TARAKAN – Perusahaan Umum Daerah (Perumda) Tirta Alam Tarakan terpaksa mengambil kebijakan mendistribusikan air bersih secara bergilir mulai Minggu (18/7/2021).
Kebijakan itu berlaku terhadap pelanggan yang dialiri air bersih dari embung Kampung Binalatung. Pasalnya, embung tersebut mengalami krisis air dampak berkurangnya curah hujan di Tarakan. Sementara embung Binalatung tidak memiliki sumber cadangan lain selain air hujan.
Dalam kondisi normal, embung Binalatung sebenarnya bisa menampung hingga 500 ribu meter kubik yang disuplai ke Instalasi Pengolahan Air (IPA) Kampung Satu dan Kampung Bugis. Namun saat ini tinggi air hanya mencapai 47 centimeter.
Karena air baku di embung Binalatung berkurang, PDAM Tirta Alam tidak mengoperasikan satu unit IPA di Kampung Bugis dengan kapasitas 60 liter/detik karena keterbatasan air baku.
“Kondisi embung Binalatung tinggal kurang lebih 47 centimeter. Maka satu IPA Kampung Bugis 60 liter/detik tidak produksi, karena air baku dari embung Binalatung tidak bisa dikirim ke Kampung Bugis. Untuk sementara fokus produksi di IPA Kampung Satu karena air bakunya terbatas,” ujar Direktur Perumda Tirta Alam Tarakan Iwan Setiawan, Minggu (18/7/2021).
Dampaknya PDAM Tirta Alam Tarakan terpaksa menggilir pendistribusian air bersih di beberapa daerah yang disuplai oleh embung Binalatung. Seperti Karang Anyar, Karang Anyar daerah gunung, Perumnas, Kampung Bugis dalam seluruhnya, Asrama Polisi Kampung Bugis, Kampung Baru, Karang Balik, Sebengkok dan Gunung Belah.
“Dampak ini tidak dirasakan semua, Ini sedang digilir sementara ini,” tuturnya.
Sedangkan untuk daerah lainnya yang disuplai dari IPA Persemaian, IPA Kampung Satu dan IPA Juata masih aman. Terutama IPA Persemaian karena air bakunya diambil dari embung Bengawan yang cadangan air bakunya masih cukup.
Iwan Setiawan mengharapkan masyarakat dapat memahami kondisi ini. Ia juga mengimbau untuk melakukan penghematan air karena curah hujan yang semakin berkurang. (jkr)
Discussion about this post