JAKARTA – Ditengah tantangan nasional menghadapi gelombang baru Covid-19, industri hulu migas selama periode Semester I tahun 2021, berhasil menghasilkan penerimaan negara sekitar US$ 6,67 miliar atau setara Rp 96,7 triliun. Penerimaan sebesar ini adalah 91,7 persen dari target yang dicanangkan dalam APBN 2021.
“Seperti juga dirasakan oleh sektor lain, pandemi Covid-19 memberikan tantangan yang cukup berat bagi industri hulu migas. Namun SKK Migas bersama KKKS (Kontraktor Kontrak Kerja Sama) menghadapi pandemi ini dengan melakukan usaha-usaha yang kreatif. Syukur pada Semester I tahun 2021 ini kami berhasil memberikan penerimaan negara yang optimal,” kata Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto dalam kegiatan jumpa pers Kinerja Hulu Migas Semester I tahun 2021 pada Jumat (16/7) di Jakarta.
Dwi menambahkan bahwa tingginya penerimaan negara tidak lepas dari harga minyak yang berangsur membaik setelah sempat jatuh di tahun 2020 lalu.
“Harga ICP (Indonesian Crude Price) menunjukkan kenaikan, bahkan per Juni 2021 mencapai US$ 70,23/barel. Momentum ini akan kami gunakan secara maksimal untuk mendorong KKKS agar lebih agresif dalam merealisasikan kegiatan operasi,” ujarnya.
Penerimaan negara yang maksimal juga merupakan buah usaha hulu migas mengoptimalkan kegiatan dan biaya. Kegiatan yang dilakukan antara lain melalui pemilihan prioritas kegiatan work order dan maintenance routine & inspection, efisiensi general administration khususnya akibat adanya pembatasan kegiatan.
“Upaya ini berhasil membuat biaya per barel pada semester I tahun 2021 sebesar US$ 12,17/BOE, lebih rendah dibandingkan Semester I tahun 2020 sebesar 13,71 US$/BOE,” jelas Dwi.
Capaian lifting migas pada Semester I tahun 2021 rata-rata 1,64 juta barel setara minyak per hari (MBOEPD). Dari sejumlah itu, lifting minyak sebesar 667 ribu barel minyak per hari (BOPD), atau 95 persen dari target APBN yang ditetapkan untuk tahun ini sebesar 705 ribu BOPD. Sedangkan lifting gas sebesar 5.430 MMSCFD dari target APBN sebesar 5.638 MMSCFD atau tercapai 96 persen.
Untuk mengejar capaian target lifting, Dwi menjelaskan SKK Migas dan KKKS sedang bahu membahu merealisasikan program Filling The Gap (FTG).
“Melalui program FTG, telah ada tambahan minyak rata-rata 1.900 BOPD. Tambahan ini di luar rencana tambahan yang direncanakan dalam WP&B (Work, Program, & Budget) 2021. Ke depan, kami akan meneruskan program FTG dan juga mengajak KKKS untuk melakukan akselerasi WP&B-nya sehingga diharapkan target APBN 2021 dapat terpenuhi,” tegas Dwi.
Usaha lain yang dilakukan SKK Migas untuk mengejar capaian target adalah mengupayakan 3 insentif hulu migas agar dapat disetujui oleh pemerintah.
Ketiga insentif tersebut adalah tax holiday untuk pajak penghasilan di semua wilayah kerja migas, penyesuaian biaya pemanfaatan kilang LNG Badak sebesar US$ 0,22 per MMBTU, dan dukungan dari kementerian yang membina industri pendukung hulu migas (industri baja, rig, jasa dan service) terhadap pembahasan pajak bagi usaha penunjang kegiatan hulu migas.
Realisasi Program Kerja dan Upaya Peningkatan Cadangan
Realisasi aktivitas utama hulu migas sepanjang Semester I 2021 telah dilakukan 186 pemboran sumur pengembangan, 309 kegiatan workover, dan 11.307 kegiatan well service.
“Nilai TKDN (tingkat kandungan dalam negeri) dari kegiatan-kegiatan hulu migas secara keseluruhan juga berada diatas target mencapai 58%,” kata Dwi.
Sedangkan untuk proyek hulu migas 2021, sepajang Semester I ini sebanyak 7 proyek sudah dapat direalisasi, dan memberikan tambahan produksi sebesar 10.710 BOPD dan gas sebesar 475 MMSCFD.
“Nilai investasi proyek-proyek tersebut mencapai US$ 1,4 miliar atau setara Rp. 20,9 triliun,” tambahnya.
Selain itu SKK Migas juga mengawal realisai proyek hulu migas yang dikatagorikan sebagai proyek strategis nasional. SKK Migas berusaha mengawal agar proyek Jambaran Tiung Biru yang saat ini kemajuannya mencapai 91,93 persen tetap dapat melakukan onstream pada Kuartal – IV 2021.
Upaya penggantian cadangan yang telah diproduksikan (Reserve Replacement Ratio – RRR) juga terus dilakukan untuk menjaga kesinambungan produksi migas yang berkelanjutan. SKK Migas telah memproses persetujuan 14 Plan of Development (POD) yang diajukan KKKS, dari persetujuan tersebut menghasilkan tambahan cadangan migas sebesar 131,2 juta barel oil equivalent (BOE).
Ditambahkan oleh Dwi, sepanjang Semester I tahun 2021, terdapat (tujuh) 7 sumur eksplorasi yang telah selesai di bor/tes (sumur tajak tahun 2021) dengan hasil gas discovery (Maha-02 dan Fanny-02), oil discovery (Hidayah-01 dan MSDE-01A) dan dry (Barakuda-1X, NSD-1 Exp Tail dan Plajawan Dalam).
“Total jumlah sumberdaya post drill (P50 atau 2C recoverable) sebesar 87.25 MMBOE dari Sumur Hidayah-01 sedangkan pre-drill P-50 Sumur Maha-02, Fanny-02 dan MSDE-01A adalah sebesar 154.71 MMBOE,” ungkapnya.
Untuk kegiatan eksplorasi lainnya, saat ini sudah dilakukan survei seismik 2D sepanjang 1.917 km, survei seismik 3D sepanjang 673 kmpersegi, dan 67 kegiatan studi G&G.
“Khusus untuk kegiatan Survei Full Tensor Gravity Gradiometry (FTG) di wilayah timur Indonesia, FTG Area Akimeugah sedang berjalan hingga Agustus 2021. Pelaksanaan kegiatan saat ini mencapai 13 persen. Kalau kegiatan ini selesai, kami akan melanjutkan dengan kegiatan FTG Kepala Burung seluas 45,580 km persegi,” pungkas Dwi. (skk migas)
Discussion about this post