TARAKAN – Melalui program Corporate Social Responsibility (CSR), PT Pertamina EP Aset 5 Tarakan Field terus mendorong masyarakat untuk berkarya dan mandiri.
Selain membina Kelompok Lingkungan Peduli Covid-19 (Kelingan) di Kelurahan Kampung Enam, Kecamatan Tarakan Timur, PT Pertamina EP Aset 5 Tarakan Field juga bermitra Kelompok Usaha Bersama Disabilitas Tarakan (Kubedistik).
Mendengar nama kelompoknya yang menyinggung disabilitas, kelompok ini memang didirikan sebagai wadah berkarya kaum disabitilitas.
Di rumah disabilitas yang beralamat di RT 07 nomor 05 Kelurahan Kampung/1 Skip, Kecamatan Tarakan Tengah, Kota Tarakan, mereka belajar cara membatik.
Sudah setahun lebih para penyandang difabel tersebut berkarya dan mandiri melalui Kubedistik, sejak terbentuk pada Juni 2019.
“Kalau secara kelompok, kelompoknya lebihdulu daripada rumah difabelnya. Kalau kelompoknya itu Juni 2019,” beber Sony Lolong, Pembina Kubedistik kepada jendelakaltara.co, Kamis (5/11/2020), menceritakan awal berdirinya kelompok tersebut.
Menurut Sony Lolong, PT. Pertamina EP Aset 5 Tarakan Field pun sudah ikut berkontribusi sejak awal terbentuknya Kubedistik. Di antaranya memberikan modal untuk membeli bahan-bahan membuat batik.
Selain itu, keberadaan rumah disabilitas yang menjadi tempat beraktifitas Kubedistik saat ini, juga tidak lepas peran PT. Pertamina EP Aset 5 Tarakan Field. Sejak pindah pada Januari 2020, kondisinya kini lebih memadai dibandingkan ketika menempati rumah di Kelurahan Karang Anyar pada tahun lalu.
“Waktu itu saya di Karang Anyar kan, melihat kondisi rumah kurang begitu memadai untuk sebuah aktifitas yang cukup banyak orang, akhirnya kami bersama-sama pihak Pertamina EP mencari solusi, ya itu tadi kita harus mencari rumah yang lebih layaklah untuk dipakai aktifitas anak-anak difabel ini,” tuturnya.
Selama perjalanannya, anggota Kubedistik terus bertambah. Dari awal berdiri hanya lima orang, sekarang mencapai 22 orang dengan berbagai keterbatasan fisik.
Sony Lolong tergerak hatinya untuk membina kaum difabel arena merasa peluang kerja mereka sangat terbatas baik di instansi swasta maupun pemerintah.
Di sisi lain, Sony Lolong melihat mereka punya potensi, talenta dan kemauan. Latar belakang itulah yang membuatnya membina mereka agar punya keterampilan hidup.
Dengan kemampuan membatik yang dimilikinya, ilmu tersebut diajarkan kepada kaum difabel yang bergabung dalam Kubedistik. Tidak mudah memang awalnya, karena dituntut bisa berkomunikasi, menyesuaikan dengan kekurangan mereka.
“Awal sangat susah sekali sih karena mayoritas dari 22 orang inikan, 80 persennya adalah penyandang tuna rungu yaitu tuli. Daya dengarnya kurang, untuk bicara juga susah,” tuturnya.
Tidak ada pilihan lain bagi Sony Lolong selain harus belajar bahasa mereka. Namun, karena setiap hari bertemu dan berinteraksi, ia hanya butuh kurang lebih sebulan untuk memahami.
Hingga kini, Sony Lolong menilai, beberapa dari mereka sudah menunjukkan kemajuan yang sangat bagus. Mereka tidak hanya bisa membuat, tapi juga mampu mengoreksi pekerjaannya sendiri. Bahkan sudah bisa diandalkannya untuk membatik.
Tidak hanya belajar membatik, bersama Pertamina Aset 5 Tarakan Field, mereka juga akan dibekali cara menumbuhkembangkan kewirausahaan tentang manajemen UMKM.
“Itu yang akan kita ajarkan bersama Pertamina. Kalau sekedar membatik saja sekarang sudah lolos,” ungkapnya.
Pertamina EP Aset 5 Tarakan Field pun bersyukur dengan kemajuan yang dicapai Kubedistik saat ini. Terutama dari sisi pemberdayaan, di mana anggota Kubedistik terus bertambah.
“Rumah batik sendiri pencapaiannya sudah lumayan banyak. Dari sisi pemberdayaan anggota difabelnya juga. Semula hanya ada 5 orang, Alhamdulillah satu kelompok ini sekarang sudah memberdayakan 22 orang difabel. Dari total jumlah difabel yang ada di Tarakan berdasarkan data Dinas Sosial ada 206, 22 orang di antaranya atau bisa dikatakan 10 persen sudah bisa terserap di kelompok Kubedistik binaan Tarakan field,” ujar Relation and Formality Staff PT. Pertamina EP Aset 5 Tarakan Field, Kiky Muhammad Ridzky, Kamis (5/11/2020).
Pertamina EP Aset 5 Tarakan Field bukan tanpa alasan membina Kubedistik. Menurut Kiky Muhammad Ridzky, kaum difabel sebagai kelompok marjinal, banyak terlupakan oleh kalangan orang.
Namun di sisi lain pihaknya melihat banyak potensi yang masih sangat mungkin digali dari para difabel yang ada di Kota Tarakan. Selain itu, semangat dan kemampuan mereka untuk belajar juga menjadi latar belakang mengapa pihaknya mengembangkan Kubedistik.
Tidak hanya bisa belajar, Kiky Muhammad Rizky juga mengakui mereka sudah bisa mendapatkan tambahan penghasilan melalui penjualan masker dan hazmat.
Mereka dilibatkan secara aktif dalam penanggulangan covid-19 di Tarakan melalui Kubedistik peduli covid-19, dan kini telah membuat 1.500 masker dan 25 hazmat.
“Kami juga ada namanya Kubedistik peduli covid-19, jadi mereka membuat masker sendiri, kemudian mereka membagi-bagikan maskernya kepada masyarakat umum,” ungkapnya.
Kiky Muhammad Ridzky berharap produk dari Kubedistik dapat diterima banyak orang, tidak hanya sebatas di Tarakan dan Kalimantan Utara, tapi bisa seluruh Indonesia.
Kiky Muhammad Ridzky juga berharap program ini terus konsisten sampai Kubedistik benar-benar mandiri. Pihaknya menargetkan, program ini bisa survaive pada tahun 2023 dan bisa menumbuhkan Kubedistik di kelurahan lain di Kota Tarakan. (jkr-1)
Discussion about this post