TARAKAN – Ditemukannya sejumlah kasus Hepatitis akut di Indonesia menyita perhatian pemerintah. Sikap kewaspadaan pun mulai diambil untuk mengantisipasi kemungkinan penyakit yang masih misterius penyebabnya ini meluas.
Pemkot Tarakan sendiri melakukan upaya pencegahan dengan mengingatkan masyarakat akan cara penularan penyakit Hepatitis.
“Hepatitis ini kan ada macam-macam, bisa dari makanan kalau Hepatitis A, Hepatitis B dari darah. Biasanya kalau bayi berarti dari ibunya,” ujar Wali Kota kepada awak media, Selasa (10/5/2022).
Karena itu, menurut Wali Kota, vaksin Hepatitis untuk bayi baru lahir dapat diberikan paling lambat 7 hari pasca lahir, agar dapat membentuk kekebalan tubuh pada bayi. Wali Kota berharap kasus Hepatitis akut misterius ini tidak muncul di Tarakan.
Munculnya Hepatitis akut sudah diprediksi Wali Kota sebelumnya. Ini karena dalam dua tahun terakhir, Pemerintah hanya fokus pada pencegahan pandemi Covid-19. Sementara imunisasi dasar untuk bayi dan anak kurang diperhatikan.
“Pada saat kita konsentrasi dengan Covid-19, bukan hanya Hepatitis, beberapa penyakit-penyakit P3DI namanya, penyakit-penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi itu bisa rebound lagi, kita enggak perhatikan lagi, imunisasi anak hilang semua,” ujarnya.
Imunisasi Hepatitis untuk anak dan bayi misalnya, menurut Wali Kota yang juga alumni Magister Kesehatan Universitas Hasanuddin Makassar ini, paling lambat harus diberikan 7 hari setelah lahir. Namun upaya itu tidak bisa dilakukan Pemkot Tarakan karena tidak adanya vaksin untuk itu.
Tidak hanya itu, Pemkot Tarakan juga tidak bisa memberikan imunisasi Difteri, Pertusis, dan Tetanus (DPT) karena Posyandu yang merupakan tempat pelayanan imunisasi, tutup karena khawatir akan penyebaran Covid-19.
Akibatnya, kasus Difteri sudah muncul sejak tahun lalu. Padahal penyakitnya sempat hilang selama beberapa tahun lalu.
Wali Kota sendiri mengaku sudah mengingatkan dinas terkait dari awal akan kemungkinan hal itu. Namun, permasalahannya ada pada pemerintah pusat karena tidak adanya vaksin untuk penyakit-penyakit tersebut.
“Sudah kita warning dari awal, saya juga sudah ingatin dinasnya, tapi problemnya memang seperti vaksin bukan dari kita, kan dari pusat. Kalau tidak di drop mau nyuntik apa?,” ungkapnya. (jkr)
Discussion about this post