TARAKAN – Bank Indonesia senantiasa mengingatkan masyarakat mengenai hukuman terhadap tindak pidana pemalsuan uang Rupiah.
Ancaman pidana pemalsuan Rupiah sendiri diatur dalam Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2011 tentang Mata Uang.
“Sebagaimana diatur dalam pasal 36 Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2011 tentang Mata Uang, setiap orang yang memalsukan Rupiah dipidana dengan pidana penjara paling lama 10 tahun dan pidana denda paling banyak Rp 10.000.000.000,00,” demikian keterangan tertulis Kantor Perwakilan Bank Indonesia (KPwBI) Provinsi Kaltara, Rabu (1/1/2025).
Tidak hanya bagi pembuat uang palsu, masyarakat yang dengan sengaja mengedarkan uang palsu pun bisa terjerat ancaman pidana.
“Selain itu, setiap orang yang mengedarkan dan/atau membelanjakan Rupiah yang diketahuinya merupakan Rupiah Palsu dipidana dengan pidana penjara paling lama 15 (lima belas) tahun dan pidana denda paling banyak Rp 50.000.000.000,00,” lanjut KPwBI Provinsi Kaltara.
Selain itu, membelah uang Rupiah juga merupakan salah satu tindakan yang dapat dikategorikan dalam merusak uang dan merupakan pelanggaran dengan sanksi pidana.
Ini diatur dalam Pasal 35 UU Nomor 7 Tahun 2011 tentang Mata Uang. Bahwa setiap orang yang dengan sengaja merusak, memotong, menghancurkan dan/atau mengubah Rupiah dengan maksud merendahkan kehormatan Rupiah sebagai simbol negara akan dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 tahun dan pidana denda paling banyak Rp 1 miliar.
Sebagai upaya represif Bank Indonesia mendorong pengenaan sanksi yang lebih tinggi kepada pelaku tindak pidana uang palsu sebagaimana amanat UU No.7 Tahun 2011 tentang Mata Uang.
Bank Indonesia secara berkala berkoordinasi dengan seluruh unsur Badan Koordinasi Pemberantasan Rupiah Palsu (Botasupal). Meliputi BIN, Polri, kejaksaan, DJBC, perbankan dan instansi terkait lainnya dalam melakukan pencegahan dan pemberantasan uang palsu.
Selain itu, melalui edukasi yang dilakukan dalam program CBP Rupiah, Bank Indonesia senantiasa melakukan sosialisasi ciri keaslian uang Rupiah serta menghimbau masyarakat untuk memastikan keaslian uang Rupiah.
Bank Indonesia juga turut menghimbau masyarakat untuk senantiasa menjaga dan merawat uang Rupiah dengan baik guna memudahkan masyarakat dalam mengenali keaslian uang rupiah.
Untuk itu, masyarakat agar senantiasa menerapkan 5 Jangan. Yaitu Jangan Dilipat, Jangan Dicoret, Jangan Distapler, Jangan Diremas, dan Jangan Dibasahi.
Diseminasi informasi ciri keaslian uang Rupiah secara berkelanjutan dilakukan melalui sosialisasi dan edukasi publik, konten media sosial, dan website Bank Indonesia. (jkr)
Discussion about this post