TARAKAN – Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Tarakan kembali akan menggelar hearing membahas persoalan antrean panjang di Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU).
Antrean kendaraan di SPBU, terutama roda empat jenis truk yang mengisi solar, sudah lama terjadi. Bahkan antreannya kini mengular hingga beberapa kilometer.
Seperti di SPBU Gunung Lingkas. Setiap pagi, antrean sampai di depan Pertamina Depo. Kondisi ini turut menghambat arus lalu lintas dari arah Lingkas Ujung menuju Gunung Lingkas.
Kondisi ini mendapat tanggapan dari Wakil Ketua DPRD Tarakan, Muhammad Yunus. Melalui komisi yang membidangi, direncanakan ada hearing dengan pihak terkait.
“Akan ada kami hearing lagi kembali,” ujar Muhammad Yunus kepada jendelakaltara.co.
Dalam hearing nanti, ia berharap dapat membahas terkait mekanisme pendistribusian BBM solar agar tidak terjadi antrean panjang.
“Supaya diatur mekanismenya, tidak usah antre. Kemungkinan kami akan melihat kondisi, apakah kita pakai kupon supaya jangan antre. Kalau kenanya jam sekian baru ke situ jadi tidak macet,” harapnya.
Hearing nanti, diakui anggota DPRD Tarakan Fraksi Gerindra ini, adalah yang kesekian kalinya. Sebelumnya, sudah beberapa kali mengundang pihak terkait membahas persoalan tersebut.
Dari hasil hearing sebelumnya, menurut Muhammad Yunus, pengelola SPBU juga bingung dengan antrean panjang yang sudah terjadi sebelum dibuka pengisian.
Demikian juga dengan DKUKMP dan Bagian Ekonomi Pemkot Tarakan. Di sisi lain, pihak Pertamina mengaku penyalurannya sudah sesuai kuota.
Namun, dari hasil pengamatannya, Muhammad Yunus menduga kemungkinan antrean disebabkan dampak pembangunan pabrik kertas di Juata Laut.
“Ternyata setelah kita pelajari ada pembangunan pabrik kertas di Juata yang membuat antrean BBM tinggi,” tuturnya.
Namun, dari pengamatannya pula, kondisi antrean panjang di SPBU ternyata tidak hanya terjadi di Tarakan. Beberapa daerah yang sempat dipantaunya juga mengalami hal serupa. Seperti di Tanjung Selor.
“Saya waktu kunjungan pas lewat darat, ini kok bukan di Tarakan saja terjadi. Bulungan parah juga,” tuturnya.
Muhammad Yunus sejauh ini ini menilai belum mendapatkan dugaan pengetap. Karena pengisian BBM saat ini dicatat oleh petugas SPBU dan dibatasi pengisiannya. (jkr)
Discussion about this post