TARAKAN – Kesempatan berharga diperoleh Rumah Sakit Umum Kota Tarakan (RSUKT) dalam upaya meningkatkan mutu dan kualitas pelayanan.
Rumah Sakit milik Pemerintah Kota Tarakan (Pemkot) ini dipilih Kementerian Kesehatan (Kemenkes) untuk mendapatkan pendampingan program menurunkan angka kematian ibu dan bayi baru lahir.
Kegiatannya pun telah dilakukan secara online beberapa waktu lalu, yang ditindaklanjuti dengan kegiatan lapangan yang dilakukan Selasa s/d Rabu (18-19/10/2022).
“Ini merupakan salah satu bentuk peningkatan mutu layanan di rumah sakit untuk penurunan angka kematian ibu dan bayi. Jadi kita memang memperkuat layanan ibu dan bayi baru lahir di rumah sakit ini melalui pendampingan dari Rumah Sakit vertikal Kementerian Kesehatan, salah satunya rumah sakit RSUD dr. Sardjito,” ujar Direktorat Gizi dan KAI Kemenkes dr. Irwan Pancawaryaseno, M.Km.
“Saat ini offline, artinya turun ke rumah sakitnya dan langsung memberikan pendampingan baik tata kelola klinisnya maupun tata kelola manajemennya. Jadi offline-nya kami dua hari,” lanjutnya kepada jendelakaltara.co, Rabu (19/10/2022).
Dipilihnya RSUKT, bukan tanpa sebab. “Kenapa dipilih Rumah Sakit Tarakan? Setelah melihat kriteria dan sebagainya, sepertinya RSU Kota Tarakan ini punya potensi untuk bisa menjadi rumah sakit rujukan regional. Makanya kita pilih di sini untuk didampingi,” ungkapnya.
“Kriterianya tentunya dari sumber daya rumah sakit itu sendiri sudah mumpuni, yang utama adalah komitmen dan itu dimiliki dari pemerintah daerahnya,” lanjut Irwan.
Karena RSUKT dipersiapkan menjadi rumah sakit rujukan regional ibu dan bayi, pihaknya akan intens melakukan pendampingan. Karena itu, Kemenkes akan terus memantau perkembangannya. Setelah satu bulan ke depan, pihaknya akan menggelar pertemuan kembali secara online untuk mengevaluasi penerapannya.
Sementara itu, dalam kegiatan pendampingan secara offline, Kemenkes mengajak tim dari Rumah Sakit dr. Sardjito Yogyakarta untuk memberikan materi. Fokus utama adalah penanganan kegawatdaruratan pada persalinan ibu.
Rumah sakit untuk menurunkan angka kematian ibu dan angka kematian bayi ini bersama teman aku main ke situ kan punya program untuk melakukan pendampingan untuk menurunkan angka kematian ibu dan kematian neonatus di beberapa lobus dari mulai tahun 2020 ya.
“Kami, rumah sakit vertikal dr. Sardjito diberikan tugas untuk membina rumah sakit sebagian Kalimantan, salah satunya adalah Rumah Sakit Umum Kota Tarakan,” ujar dr. Irwan Taufiqurrahman Sp.OG (K).
“Yang kita lakukan adalah peningkatan kompetensi tenaga kesehatan baik tenaga kesehatan maternal dan perinatal supaya bisa melakukan upaya penanganan kegawatdaruratan yang terstandar. Sehingga diharapkan bisa menurunkan angka kematian ibu dan kematian bayi,” lanjutnya didampingi bidan Rodiah.
Dalam penyampaian materi secara klinis, pihaknya mengedepankan kasus-kasus yang banyak dijumpai. Pihaknya juga melibatkan tim dokter, tim perawat, tim bidan, tim SDM dan petugas elektromedik untuk melakukan pendampingan.
Melalui kegiatan ini, tidak hanya petugas medis saja yang di upgrate keterampilannya, tetapi pihaknya juga memperhatikan peralatan maupun pemeliharaannya yang harus terstandar.
Sebelum pendampingan di lapangan, pihaknya telah melakukan pendampingan secara online dengan meminta data peralatan dan SDM di RSUKT untuk memastikan standar.
“Sebelumnya kami melihat hasil assessment pengisian instrumen disimagneo yang ada di Rumah Sakit Tarakan ini. Setelah itu kita lakukan daring dua kali untuk pembahasan instrumen-instrumen yang sudah diminta oleh Kemenkes kemudian kami yang melihat instrumen itu,” ungkap Bidan Rodiah.
Direktur RSUKT dr. Joko Hariyanto M.M bersyukur dan menyambut baik kepercayaan yang diberikan Kemenkes.
“Ini sebuah program yang baik, kolaborasi antara rumah sakit dengan puskesmas perlu kita jalin dengan baik. Bagaimana sistem rujukan itu akan dibangun. Bagaimana transfer ilmu pengetahuan itu harus dilaksanakan oleh dokter spesialis kepada teman-teman di puskesmas baik dokter umum maupun bidan,” ujarnya.
Karena itu, sebagai rumah sakit pemerintah, pihaknya mendukung program tersebut karena di RSUKT juga memiliki SDM yang sarana yang memadai. Seperti dokter spesialis kebidanan dan kandungan, spesialis anak dan anastesi, ditambah bidan dan perawat.
Pihaknya pun siap menjadikan RSUKT sebagai rumah sakit rujukan untuk kebidanan dan kandungan. (jkr)
Discussion about this post