TARAKAN – Terkadang masyarakat menyepelehkan, saat mengalami hipertensi atau tekanan darah tinggi tanpa ada keluhan, tidak mau berobat.
Padahal dalam dunia kedokteran, begitu ada keluhan, berarti sudah ada masalah yang ditimbulkan dampak penyakit tersebut. Dengan kondisi itu sulit untuk ditangani oleh dokter.
Lewat acara info sehat yang digelar di lantai Satu Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Tarakan, Kamis (17/6/2021), rumah sakit milik Pemerintah Provinsi (Pemprov) Kaltara ini memberikan edukasi terkait penyakit hipertensi, gejala dan cara pengobatan serta pencegahannya.
Spesialis penyakit dalam RSUD Tarakan, dr. Gusti Hariyadi Maulana M.Sc, Sp.PD, KGH membeberkan definisi penyakit hipertensi adalah suatu keadaan dimana tekanan darah melebihi 140/90 mmHg.
“Akan tetapi sejak 130 saja itu sudah termasuk pra hipertensi sehingga kita sudah harus perhatian lagi pada tubuh kita,” ujar Gusti di awal penjelasan materi yang disampaikannya.
Menurut dokter alumni S-1 Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat ini penyakit hipertensi biasa disebut juga dengan sillent killer. Karena biasanya tanpa merasakan gejala, tiba-tiba seseorang terserang penyakit berbahaya lainnya seperti stroke atau gagal gijal, atau gagal janjung.
Data yang diperoleh RSUD Tarakan, berdasarkan hasil pengukuran tekanan darah secara massal terhadap 69.888 orang pada tahun 2017. Faktanya banyak yang tidak menyadari mereka menderita hipertensi.
“Jadi waktu kita ukur massal, ternyata itu hanya 1 dari 10 orang yang sadar, saya tekanan darah tinggi, jadi sesungguhnya banyak yang tidak sadar,” ungkapnya.
Faktanya juga, banyak penderita hipertensi yang tidak menerapkan pola pengobatan yang teratur dengan meminum obat anti hipertensi secara rutin. Perbandingannya 1 berbanding 6 orang dewasa.
Yang paling memprihatinkan, 1 dari 2 orang dewasa yang meminum obat anti hipertensi, masih memiliki tekanan darah di atas 140/90.
Penderita hipertensi dapat digolongkan dalam dua bagian. Yakni primer yaitu penderita hipertensi yang tidak mengetahui penyebab pastinya, dan sekunder yakni penderita yang disebabkan penyakit lain seperti penyakit ginjal, tiroid dan sebagainya.
Seseorang yang mengalami hipertensi yang terlambat, akan merasakan gejala seperti sakit kepala, gelisah, jantung berdebar, pusing, penglihatan kabur, rasa sakit di dada dan mudah lelah.
“Kalau sudah muncul gejala ini, tetap saja bisa diatasi, jangan takut. Tapi lebih rumit daripada dia masih hipertensi saja,” ungkap dokter yang mengambil spesialis penyakit dalam di Universitas Gadjah Mada ini.
Ada yang tidak bisa diubah terhadap faktor risiko hipertensi. Seperti usia yang semakin tua secara otomatis tekanan darah semakin tinggi. Kemudian jenis kelamin dimana perempuan lebih berisiko dibandingkan laki-laki. Juga faktor keturunan atau genetik, dimana jika salah satu dari kedua orangtuanya menderita hipertensi, maka si anak 6 kali lebih berisiko terkena hipertensi.
Sedangkan faktor risiko yang bisa diubah, seperti perilaku hidup tidak sehat, merokok, konsumsi garam berlebih, kegemukkan atau obesitas dengan lingkar perut bagi perempuan lebih dari 90 centimeter dan laki-laki lebih dari 80 centimeter, makan kurang serat, kurang aktifitas fisik dan konsumsi alkohol, kolesterol tinggi dan stres.
Mengapa penyakit hipertensi berbahaya? Karena menurut dokter yang mengambil konsultan penyakit ginjal dan hipertensi ini, karena penyakit ini bisa menyebabkan komplikasi. Seperti penyakit jantung, stroke, ginjal, gangguan mata, gangguan pada pembuluh darah tepi, gangguan syaraf, gangguan otak.
“Kadang-kadang tangan saya sekarang kok agak dingin-dingin ya, nah itu mungkin akibat dari hipertensi dan metabolis lainnya. Atau kadang-kadang vertigo atau pusing berputar yang tidak disadari, yang ringan-ringan tapi kadang-kadang dia berputar,” ungkapnya mencontohkan. (jkr)
Discussion about this post