TARAKAN – Sukses memenuhi target yang dibebankan kepada Rumah Sakit Umum Kota Tarakan (RSUKT), tidak membuat Pemerintah Kota (Pemkot) Tarakan puas diri.
Pemkot Tarakan terus membenahi rumah sakit yang sudah meraih arakreditasi bintang tiga itu agar menjadi lebih baik. Di antaranya dengan membentuk Dewan Pengawas (Dewas).
Wali Kota Tarakan dr. H. Khairul M.Kes melantik tiga orang sebagai Dewas RSUKT. Mereka adalah Hamid Amren SE sebagai Ketua, ditambah dua anggota yakni dr. Witoyo dan Dr. Syahrir A. Pasinringi MS.
Dengan dibentuknya Dewan Pengawas, kinerja RSUKT ke depan akan semakin profesional. Karena RSUKT akan diawali orang-orang berpengalaman di bidangnya.
Hamid Amren misalnya, tugas sehari-harinya sebagai Sekretaris Daerah (Sekda) Tarakan. Sementara dr. Witoyo saat ini juga menjabat Kepala Dinas Kesehatan Tarakan.
Satu nama terakhir yakni Dr. Syahrir A. Pasinringi MS, juga tidak perlu diragukan kemampuannya. Meskipun wajah baru di Tarakan, namun kaya pengalaman sebagai dewas rumah sakit.
Selain sebagai dosesn pasca sarjana, Syahrir A. Pasinringi pernah menangani Rumah Sakit Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar yang berada di Kampus Unhas, menjadi Dewas di rumah sakit Kutai Kartanegara dan Dewas di rumah sakit Bontang.
“Beliau ini juga menjadi Dewan Pengawas di beberapa rumah sakit di Indonesia. Tidak hanya di sini, di Kukar juga tidak salah, beliau juga membidangi awal-awal rumah sakit Unhas dulu waktu dibangun, beliau juga yang memanage dan Alhamdulillah sudah jalan baru beliau tinggalkan,” ujar Wali Kota dalam sambutannya.
“Kita berharap sebenarnya rumah sakit ini, rumah sakit kota karena memang juga baru lahir, mudah-mudahan di tangan-tangan yang benar ini bisa semakin kencang larinya. Karena saya tahu, tidak ragukan dewan-dewan pengawas khususnya pak Syahrir ini memang ahlinya di bidang ini,” harap Wali Kota.
Dalam kesempatan tersebut, Wali Kota kembali mengapresiasi pencapaian RSUKT. Selama hampir 2 tahun beroperasi, rumah sakit yang dipimpin dr. Joko Hariyanto ini sudah menunjukkan prestasi yang dinilai luar biasa.
Dari sisi pendapatan, RSUKT mampu melebihi target yang dibebankan. Dari hanya Rp 3 miliar yang ditargetkan, justru berhasil mencapai Rp 20 miliar.
Wali Kota pun berharap pendapatan RSUKT bisa meningkat di tahun ini. Harapan itu harus dibarengi dengan peningkatan pelayanan sehingga masyarakat lebih menyukai untuk berobat di RSUKT. Tidak hanya pelayanan orang sakit, tapi juga pelayanan untuk pencegahan kesakitan seperti general check up. Selain itu, Wali Kota juga berharap RSUKT dapat memperbanyak layanan kesehatan.
Capaian target yang diraih RSUKT ini sekaligus menjawab keraguan bahwa keberadaan RSUKT tidak akan membebankan Pemkot Tarakan. Wali Kota optimis jika dikelola dengan baik, RSUKT bisa membiayai dirinya.
Wali Kota menceritakan hadirnya RSUKT. Menurutnya, dibangunnya RSUKT sebagai bentuk kewajiban Pemkot Tarakan kepada masyarakat yang membutuhkan layanan kesehatan dan menjadi salah satu dari tujuan 16 sasaran strategis Pemkot Tarakan untuk meningkatkan kualitas kesehatan masyarakat.
Wali Kota sendiri tahu persis sejarah dibangunnya RSUKT. Diawali ketika masih menjabat Kepala Dinas Kesehatan di era Wali Kota Udin Hianggio dan Ketua DPRD Tarakan Effendhi Djuprianto.
“Kita berkolaborasi untuk membangun rumah sakit. Kenapa? Karena pada saat itu tidak ada alternatif di sini, satu-satunya rumah sakit itu hanya rumah sakit provinsi. Jadi dulu selalu keluhannya itu tempat penuh,” beber Wali Kota.
Dengan pemikiran itu, Pemkot Tarakan akhirnya membangun RSUKT dengan bantuan lahan hibah masyarakat sekitar 3 hektare. Namun, setelah dibangun, rumah sakit tersebut belum bisa dioperasikan karena belum memiliki Peraturan Daerah (Perda). Ditambah lagi berganti kepemimpinan kepala daerah.
Setelah Wali Kota Tarakan dijabat Khairul, barulah ada upaya Pemkot Tarakan untuk mengopersikan RSUK. Pasca dilantik pada 1 Maret 2019, Wali Kota langsung menginstruksikan untuk difungsikan sejak 11 Maret 2019. Sebelumnya, Pemkot Tarakan telah membentuk manajemen RSUKT. (adv/jkr-1)
Discussion about this post