TARAKAN — Mario Attihuta harus menanggung risiko atas perbuatannya. Oknum polisi Maluku ini divonis 16 tahun penjara oleh majelis hakim dalam sidang pembacaan putusan di Pengadilan Negeri (PN) Tarakan, Rabu (2/12/2020).
Sebelumnya, Mario Attihuta ditangkap petugas Avsec Bandara Juwata Tarakan saat membawa sabu 488 gram di bandara Juwata Tarakan pada 27 Februari 2020 lalu.
Putusan majelis hakim itu lebih ringan dari tuntutan Jaksa Penuntut Umum (JPU) dalam sidang sebelumnya yang menuntut 18 tahun penjara.
Penasehat Hukum (PH) Terdakwa, Rabshody Roestam sendiri kurang sependapat dengan pertimbangan-pertimbangan yang dibacakan majelis hakim.
“Kami sudah mendengar pertimbangan-pertimbangan yang diajukan oleh majelis hakim. Tapi kami tidak sependapat, walaupun kami menghargai keputusan majelis hakim itu,” ujar Rabshody Roestam kepada awak media saat itu.
Menurutnya, putusan majelis hakim, tidak mempunyai landasan hukum yang kuat. Karena dalam pasal 132 ayat 1 Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang narkotika tidak mengupas apa alasannya. Hanya menyatakan bahwa itu kewenangan jaksa.
Selain itu, Rabshody Roestam juga menilai majelis hakim terlalu emosional membacakan putusan. Sehingga ia menilai menyinggung profesinya sebagai advokat. Padahal, Rabshody Roestam menegaskan pembelaannya didasarkan pada alasan-alasan hukum.
“Perkara tersebut jelas, kami menyatakan dalam pledoi pembelaan itu didasarkan pada alasan-alasan hukum,” jelasnya.
“Pertimbangan ini yang nyeleneh kami anggap, majelis hakim ini nyeleneh dalam membacakan putusan. Karena apa, yang disidangkan terdakwa, bukan kami sebagai advokat yang disidangkan dalam perkara ini,” keluhnya.
Karena itu, terhadap putusan itu, pihaknya akan melakukan banding. “Kami menghargai putusan hakim tapi kami menyatakan banding terhadap putusan itu,” tegasnya. (jkr-1)
Discussion about this post