TARAKAN – Wali Kota Tarakan dr. H. Khairul M.Kes menjadi narasumber Sarasehan Gerakan Indonesia Membaca (GIM) Tahun 2020 bertempat di Ruang Pertemuan SMP Negeri I Tarakan, pada Selasa (24/11/2020).
Kegiatan tersebut digelar oleh Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Tarakan dengan tema “Gerakan Indonesia Membaca untuk Mewujudkan Tarakan sebagai Kota Literasi Menuju Smart City”.
Wali kota menyampaikan hasil survei Programme for International Student Assessment (PISA), mulai 2009 sampai dengan 2018, yang menempatkan Indonesia selalu di urutan 10 besar terbawah dari negara-negara yang tergabung dalam Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD).
Survei dilakukan terhadap anak-anak usia 15 tahun dengan melihat kategori yakni kemampuan membaca, science dan matematika.
“Kita melihat dulu posisi kita lah ya, Indonesia, di negara-negara dunia ini. Kalau hasil survei Programme for International Student Assessment (PISA), mulai 2009 sampai dengan 2018, Alhamdulillah posisi kita itu selalu di peringkat 10, terbawah, bukan 10 di atas,” ujar wali kota sampai menyisipkan gaya bercandanya dalam penyampaikan materinya.
Dimulai dari hasil survei tahun 2009, di mana menurut wali kota, menempatkan Indonesia urutan ke 57 dari 65 negara.
“Jadi kita kira-kira, di bawah kita hanya ada 8 negara. Atau kita ini peringkat ke 9 dari bawah,” bebernya.
Peringkat yang tidak jauh berbeda juga terjadi pada hasil suvei tahun 2012, di mana Indonesia kembali di bawah rata-rata. Di mana kategori sciencenya mencapa skor hanya sebesar 382, padahal rata-rata di negara-negara anggota OECD itu, rata-ratanya minimal 501.
“Dan kita hanya satu tingkat di atas Peru, sekaligus kita di bawah Colombia dan Qatar,” jelasnya.
Peringkat Indonesia pada hasil survei 2015, sama juga, kita tidak beranjak peringkat 10 besar terbawah dengan memperoleh rata-rata 403, sementara negara-negara OECD itu rata-ratanya 493. Bahkan 8 tingkat di bawah Thailand yang baik negara maupun penduduknya lebih kecil dari Indonesia.
Di tahun 2018, posisi Indonesia berada di peringkat 74 dari 79 negara. Di bawah Indonesia hanya ada lima negara saja.
Gambaran menunjukkan inilah kondisi Indonesia sampai 2018. Survei akan keluar lagi di 2021, tahun depan. Karena 3 tahun sekali dilakukan survei.
Apa arti dari angka-angka itu? Menurut wali kota, hasil kajian dari para ahli sekarang, ada tiga hal penting yang menentukan keberhasilan anak-anak di masa depan.
Yang pertama adalah karakter yang meliputi dua bagian, karakter moral dan karakter kinerja. Karakter moral adalah beriman, bertakwa dan jujur. Sementara Karakter kinerja, kerja kerasa, ulet, tuntas, tangguh.
Tentu tidak ingin generasi berikutnya moralnya bagus, jujur, tapi pemalas. Atau sebaliknya melahirkan seorang generasi yang pekerja keras tapi tidak jujur, tidak bermoral dan curang.
“Yang bagus adalah kalau dua-duanya, generasi kita berikutnya ini mempunyai karakter moral, yang baik dan juga karakter kinerja yang baik, dia jujur, dia beriman, dia bertakwa tetapi juga pekerja keras, ulet, tahan banting,” tuturnya.
Yang kedua adalah dari proses pendidikan ini, generasi penerus Indonesia memiliki kompetensi. Ada empat kompetensi yang harus dimiliki.
Pertama adalah kompetensi kritis, berani memberikan pendapat tentang sesuatu yang tidak benar. Yang kedua, melahirkan kompetensi kreatif, anak-anak harus kreatif. Yang ketiga adalah harus melahirkan kompentensi komunikatif. Dan yang keempat adalah kolaboratif.
Keberhasilan pendidikan yang ketiga adalah literasi. Yaitu bagaimana membuka wawasan anak-anak. Literasi meliputi di antaranya baca menulis, teknologi atau science, digital, keuangan.
Pemkot Tarakan sendiri, menurut wali kota, sudah banyak melakukan terkait literasi, dan hal itu sudah diarahkan kepada Dinas Perpustakaan Daerah dan Kearsipan Tarakan untuk membuat kegiatan-kegiatan supaya minat baca meningkat.
Wali kota mengaku mensupport kegiatan tersebut berusaha hadir kalau ada kegiatan literasi, selama masih berada di Tarakan dan tidak bertabrakan dengan kegiatan yang sangat penting.
Kedua, Pemkot Tarakan berupaya bagaimana menarik minat orang datang ke perpustakaan. Wali kota mengaku sudah meminta Dinas Perpustakaan Daerah dan Kearsipan Tarakan agar jam buka bisa diperpanjang.
Pemkot Tarakan juga sedang memprogramkan taman bermain ramah anak yang dibangun di empat kelurahan, dilengkapi juga dengan perpustakaan digital. (jkr-1)
Discussion about this post