TARAKAN – Sebagai salah satu Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID), Kantor Perwakilan Bank Indonesia (KPwBI) Provinsi Kalimantan Utara (Kaltara) terus memantau perkembangan ekonomi di Bumi Benuanta.
Salah satu fokus perhatian adalah terkait inflasi. Terlebih menjelang Natal dan Tahun Baru pada Desember nanti, pengalaman sebelumnya momentum itu selalu memberikan andil terjadinya inflasi di Kaltara.
Salah satu komoditi yang sering menyumbang inflasi Kaltara di akhir tahun menyangkut transportasi udara. Itu juga yang menjadi kekhawatiran KPwBI Kaltara. Ini sudah tampak sejak Oktober lalu.
Rilis KPwBI Provinsi Kaltara menunjukkan terjadi inflasi sebesar 0,49 persen (mtm) di Kaltara pada Oktober lalu. Disumbangkan Kota Tarakan mengalami inflasi 0,68 persen (mtm) sedangkan Tanjung Selor deflasi 0,30 persen (mtm).
Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kaltara Tedy Arief Budiman menilai, meskipun inflasi masih terkendali, namun ia tidak pungkiri ada tantangan yang akan dihadapi ke depan. Terkait momentum Natal dan Tahun Baru.
“Dari indikator inflasi kita cukup terkendali, namun kami masih memiliki tantangan terbesar yaitu dalam rangka akhir tahun. Natal, Tahun Baru itu biasanya ada gejolak,” ujar Tedy Arief Budiman di kantornya, Kamis (25/11/2021).
Kelompok transportasi udara mendapat perhatian Teddy. Pasalnya, ada kemungkinan terjadi peningkatan penumpang seiring pelonggaran Pemberlakukan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) yang berlaku di sejumlah daerah. Momentum ini bisa dimanfaatkan masyarakat untuk “balas dendam” dengan berlibur ke luar kota.
“Ada beberapa wilayah destinasi wisata sudah dibuka. Kekhawatiran atau tantangan yang terlihat di depan mata adanya fenomena ada semacam tanda petik balas dendam orang ingin liburan, ini yang menjadi tekanan tersendiri, terutama di angkutan udara,” tuturnya.
Untuk mengantisipasi kemungkinan terjadi lonjakan inflasi di akhir tahun, Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Tarakan telah merumuskan dalam rapat beberapa waktu lalu agar maskapai dapat menambah penerbangan.
“Kita sedang berkoordinasi juga dengan pihak bandara. Dari bandara sih pada prinsipnya welcome saja. tinggal maskapainya karena maskapai kan harus menghitung. Ini yang memang masih menjadi tantangan,” tuturnya.
Adapun komoditi lainnya seperti bahan makan dan lain-lain, Tedy Arief tidak khawatir. Karena berdasarkan laporan masih terkendali.
Meski memperkirakan terjadi lonjakan inflasi di akhir tahun, Tedy Arief masih optimis tidak melebihi 3,0 persen ±1 persen.
“Kami tetap otptimis masih di bawah range 3 persen ±1 persen. Berarti kan yang terendahnya 2, tertingginya 4, insya Allah Kaltara masih di batas itu,” tuturnya.
Karena itu, selain pemerintah daerah, Tedy Arief juga mengharapkan peran masyarakat untuk menjaga inflasi. Dengan cara tidak membeli barang berlebihan. Karena menurutnya, gejolak harga salah satunya dipicu borong barang.
“Jadi masyarakat juga punya andil untuk menjaga inflasi. Pemerintah daerah dalam hal ini berupaya untuk menjaga stok,” tuturnya. (jkr)
Discussion about this post