TARAKAN – Tim Penggerak Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga (PKK) Tarakan mengelar Lomba Cipta Busana Kembaran Batik Tarakan.
Lomba yang digelar di ruang serbaguna Kantor Wali Kota Tarakan, Senin (30/11/2020) dengan tema “Melestarikan Batik Sebagai Warisan Budaya” dibuka Ketua Tim Penggerak PKK Tarakan, Hj. Siti Rujiah.
Kegiatan tersebut melombakan berbagai busana dengan menggunakan kain batik dengan motif khas dan dibuat di Tarakan. Lomba tersebut diikuti peserta dari anggota tim penggerak PKK se Tarakan.
Penampilan dan busana mereka dinilai oleh tiga dewan juri. Selain Ketua Tim Penggerak PKK Tarakan Hj. Siti Rujiah, dewan juri lainnya Soni Lolong yang merupakan pengrajin batik dan Cak Ato.
Ketua Tim Penggerak PKK Tarakan Hj. Siti Rujiah menjelaskan bahwa kegiatan tersebut merupakan program kerja yang tertunda beberapa bulan lalu yang baru digelar bulan ini.
“Kegiatan ini sebenarnya sudah kita laksanakan beberapa bulan yang lalu, karena adanya pandemi sehingga kegiatan ini kami tunda,” ujar Hj. Siti Rujiah kepada awak media.
Lomba cipta busana kembaran ini sekaligus menjadi ajang seleksi untuk mewakili Tarakan berlomba pada ajang yang lebih tinggi. Karena menurut Siti Rujiah, lomba cipta busana ini sampai ke tingkat nasional.
“Kegiatan lomba cipta busana kembaran ini sebenarnya sampai ke tingkat nasional. Jadi dari tingkat kota ke tingkat provinsi, provinsi ke tingkat nasional,” bebernya.
Siti Rujiah berharap mudah-mudahan dengan seleksi yang cukup ketat di lomba ini, wakil Tarakan nantinya bisa mewakili sampai ke tingkat nasional.
Adapun diangkatnya batik Tarakan, bukan tanpa alasan. Menurut Hj. Siti Rujiah, dipilihnya batik Tarakan karena pihaknya akan membudayakan batik Tarakan itu sebagai seragam yang bisa digunakan untuk kerja, ataupun seragam kembaran untuk PKK se kota Tarakan.
“Sehingga kami memilihlah batik Tarakan yang memang diproduksi di Tarakan dan harga jual lumayan tidak terlalu mahal dan terjangkau untuk ibu-ibu, batik Tarakan juga banyak motif ya, pewarna alam dan pewarna sintetis,” ungkapnya.
Sementara itu, salah satu dewan juri, Soni Lolong, memberikan penilaiannya terhadap lomba tersebut.
“Terkait yang juara-juara, ya memang sih kalau dilihat dewan juri cukup kesulitan, karena memang ada yang bagus banget, desainnya bagus, tapi kan kesesuaiannya, apakah bagus apa enggak untuk di kantor gitukan, umum, walaupun dari sisi desain memang bagus banget. Intinya ibu-ibu sudah jago mendesain,” ujarnya.
Akan tetapi, seusai dengan profesinya sebagai pengrajin batik, Soni Lolong juga menilai perlu evaluasi untuk even ke depan, terutama mengklasifikasikan batiknya.
“Saya selaku pembatik tentu lebih spesifik ke batiknya. Makanya ada hal yang perlu dievaluasi untuk event yang sama tahun depan, untuk mengklasifikasi batiknya, batik printing dan batik asli,” tuturnya. (adv/jkr-1)
Discussion about this post