TARAKAN – Indek Harga Konsumen (IHK) gabungan tiga kabupaten dan kota di Kalimantan Utara (Kaltara) kembali mencatatkan deflasi pada Februari 2025.
Dalam rilis Kantor Perwakilan Bank Indonesia (KPwBI) Provinsi Kaltara, IHK gabungan Kaltara sebesar -0,17% (mtm), berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS).
“Berdasarkan data BPS, gabungan tiga kabupaten dan kota IHK Provinsi Kaltara pada Februari 2025 tercatat mengalami deflasi sebesar -0,17% (mtm). Kondisi itu, tidak sedalam deflasi bulan sebelumnya sebesar -1,35% (mtm),” demikian rilis KPwBI Provinsi Kaltara, Kamis (13/3/2025).
Sementara secara tahunan, inflasi gabungan tiga kabupaten dan kota IHK di Kaltara tercatat sebesar -0,49% (yoy), lebih rendah dari capaian nasional yang mengalami deflasi sebesar -0,09% (yoy).
Deflasi ini mayoritas didorong kelompok perumahan, air, listrik dan bahan bakar rumah tangga, terutama pada komoditas tarif listrik (andil -0,39%).
“Penurunan pada komoditas tarif listrik disebabkan oleh penurunan harga tarif listrik sejalan dengan Keputusan Menteri ESDM Nomor 348.k/TL.01 tentang Pemberian Diskon Biaya Listrik Untuk Konsumen Rumah Tangga PT Perusahaan Listrik Negara (Persero),” demikian keterangan KPwBI Kaltara.
“Pemberian diskon 50% diberikan kepada pelanggan rumah tangga dengan daya di bawah 2.200 VA yang berlaku selama dua bulan. Yaitu Januari dan Februari 2025,” lanjut KPwBI Kaltara.
Selain itu, kelompok makanan, minuman dan tembakau juga turut memberi andil deflasi. Terutama pada tomat (andil -0,13), cabai rawit (andil -0,07), bawang merah (andil -0,05) dan telur ayam ras (andil -0,02%).
Andil komoditas tomat dan cabai rawit disebabkan terjaganya pasokan sejalan dengan mulai masuknya musim panen di daerah sentra produksi dan masuknya pasokan dari Sulawesi.
Sementara itu, inflasi Kaltara tetap terjaga meski terdapat risiko tekanan inflasi global. Seperti kebijakan proteksionisme AS yang berdampak pada terganggunya pasokan komoditas global, serta risiko inflasi dari dalam negeri seperti terganggunya pasokan komoditas dengan bobot inflasi tinggi seperti aneka cabai dan bawang merah, serta kenaikan tarif angkutan udara.
Namun demikian, TPID Kaltara terus bersinergi dalam upaya menjaga stabilitas harga melalui framework 4K.
Dalam rangka menjaga inflasi berada dalam kisaran target 2025, TPID se-Kaltara secara konsisten terus bersinergi dalam pengendalian inflasi.
Beberapa strategi berlandaskan 4K (Keterjangkauan Harga, Ketersediaan Pasokan, Kelancaran Distribusi, dan Komunikasi Efektif) di antaranya adalah dukungan optimalisasi pasar murah pada komoditas strategis dengan pelaksanaan 220 kegiatan pasar murah di Kaltara.
Selain iru, penerapan Good Agriculture Practices (GAP) melalui pengimplementasian penggunaan irigasi tetes terhadap komoditas cabai merah serta bantuan sarana berupa peralatan pendukung peningkatan produktivitas.
Dilakukan juga penguatan komunikasi efektif seperti pelaksanaan High Level Meeting, mendorong diversifikasi produk konsumsi produk olahan serta melaksanakan sidak pasar, operasi pasar murah serta himbauan belanja bijak melalui kanal sosial media dan radio sebagai pengendalian ekspektasi.
KPwBI Provinsi Kalimantan Utara juga mendorong program fasilitasi distribusi pangan dengan bersinergi dengan Pemerintah Daerah melalui pengangkutan barang pasar murah ke daerah Tertinggal, Terdepan, dan Terluar sehingga masyarakat pelosok bisa mendapatkan komoditas pangan dan pertanian dengan harga yang lebih murah. (jkr)
Discussion about this post