Oleh: Effendy Gunardi (TGUPP Bidang Ekonomi Kaltara)
Kunjungan kerja Presiden RI Joko Widodo ke Kalimantan Utara pada 28 Febuari hingga 1 Maret 2023, adalah berkah bagi masyarakat Kalimantan Utara (Kaltara).
Seperti diketahui, Presiden RI ke-7 kembali meninjau progres pembangunan kawasan Kalimantan Industrial Park Indonesia (KIPI) Tanah Kuning dan Mangkupadi, Bulungan, setelah tahun lalu, Presiden juga melakukan peletakkan batu pertama atau groundbreaking.
Setelah itu, kepala negara bersama istri dan sejumlah Menteri, terbang ke Tarakan untuk memantau harga bahan pangan di pasar Tenguyun.
Masih di Tarakan, Presiden juga berkunjung ke kampung nelayan di Tanjung Pasir. Di salah satu wilayah di Tarakan Timur itu, Presiden menyerap aspirasi nelayan terhadap kebijakan pemerintah.
Kunjungan kerja Presiden ditutup dengan melakukan peletakan batu pertama pembangunan PLTA Mentarang Induk PT Kayan Hydropower Nusantara di Malinau.
Ini menunjukkan komitmen Pemerintah Pusat untuk menjadikan Kaltara sebagai masa depan Indonesia. Sebab, di Kaltara, sedang dibangun kawasan industri yang menggunakan teknologi mutakhir dan akan menghasilkan sodium-ion, lithium-ion, semikonduktor, petrochemical, serta turunannya, untuk dapat menghasilkan produk-produk yang menjadi gaya hidup masyarakat.
Kawasan ini juga diprediksi Presiden menjadi kawasan industri hijau terbesar di dunia yang ditopang dengan energi hijau dari PLTA Mentarang Induk yang juga mulai dibangun.
Dari kacamata Tim Gubernur Untuk Percepatan Pembangunan (TGUPP) Bidang Ekonomi, PLTA Mentarang Induk yang berkapasitas 1375 MW dan akan terintegrasi dengan kawasan KIPI/KIHI di Bulungan akan mendukung rencana besar Indonesia dalam melakukan transformasi ekonomi menuju ekonomi hijau.
Integrasi dari kawasan Sungai Mentarang menuju kawasan KIPI di Kabupaten Bulungan bukan merupakan suatu pekerjaan yang mudah. Apalagi proyek yang dikerjakan secara konsorsium oleh PT Kayan Patria Pratama (Indonesia) dan Sarawak Energy Berhad (Malaysia) tersebut juga membutuhkan anggaran yang tidak kecil, yaitu sekitar Rp40 triliun.
Dampaknya pun bakal dirasakan warga Kaltara. Karena itulah pria yang juga menjabat Ketua Kadin Tarakan ini menilai kehadiran Presiden sebagai berkah dan perlu disambut dengan baik oleh masyarakat dengan ambil bagian dalam mewujudkan harapan itu.
Tak hanya berhenti pada sikap mendukung, kita harus ambil bagian, ambil kesempatan. Pelaku ekonomi, apa pun bisnisnya, apa pun usahanya, kita harus terlibat pada apa yang sudah dicanangkan Presiden. Bisnis turunannya itu bisa dimaksimalkan untuk peningkatanan ekonomi masyarakat Kaltara.
Ke depan, perlu adanya peta investasi penunjang wilayah mega industri ini. Maka koordinasi intens antara pemerintah daerah dan pusat sangat dibutuhkan dalam menterjemahkan potensi bisnis turunan yang dimaksud. Selain untuk mengukur ketersediaan sumber daya, peta investasi juga dibutuhkan guna menyiapkan tenaga kerja lokal yang nantinya akan terserap mulai dari tahap konstruksi hingga komersialisasi.
Master plan tentu menjadi aspek penting untuk memastikan perkembangan industri bermanfaat optimal, menjadi prime mover untuk kesejahteraan wilayah. Kita ambil contoh industri di Morowali yang saat ini sudah berjalan dimana aktivitas investasi mampu menyerap hingga 75 ribu pekerja dengan investasi tambang nikel yang diklaim hampir mencapai US$30 miliar atau sekitar Rp436 triliun.
Itu adalah gambaran industri arus utamanya. Bagaimana kemudian dengan potensi turunannya? Ekonomi daerah ini meroket seiring dengan perkembangan industrinya.
Kini, Kabupaten Morowali bukan lagi daerah yang sunyi, sepi, dan tertinggal. Etalase Morowali benar-benar telah berubah. Perubahan yang memberikan dampak signifikan ini menghadirkan ragam usaha di dalamnya. Misalnya, kini terlihat di sisi jalan raya terdapat banyak Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM), penginapan, hingga indekos. Ini sebagian kecil dari potensi bisnis penunjang yang dapat dikembangkan di wilayah industri.
Untuk itu, Kaltara sebagai kekuatan baru ekonomi Indonesia harus menyiapkan diri dengan baik. Sinergitas semua pihak dibutuhkan dalam menunjang kesiapan Kaltara dalam merespon semua potensi ekonomi yang lahir dari aktivitas industri ini. Seperti halnya Presiden, kami pun optimistis para investor memiliki pandangan bahwa Indonesia khususnya Kaltara sebagai tempat terbaik untuk investasi hijau.
Penting untuk kita ketahui, selain PLTA Mentarang, saat ini juga tengah berproses PLTA berdaya 9000 MW di Long Peso, Kabupaten Bulungan. Ekonomi masa depan Indonesia sudah di depan mata untuk Kaltara yang Berubah, Maju dan Sejahtera.
Dengan langkah itu, memberikan kepastian akan terkendalinya harga kebutuhan pokok, sehingga masyarakat, terutama saudara kita umat muslim, tidak khawatir di tengah menjalankan ibadah puasa dan menyambut hari kemenangan dihari raya Idul Fitri.
Terakhir, saya menilai kehadiran Presiden di kampung nelayan, memberikan kepastian kepada pelaku dunia perikanan, terutama nelayan, bahwa pemerintah tetap memperhatikan kesejahteraan mereka melalui kebijakan yang terarah. Tutup Effendy Gunardi (*)
Discussion about this post