TARAKAN – Sejak tahun 2017, Unit Donor Darah (UDD) Palang Merah Indonesia (PMI) Tarakan telah menggunakan peralatan canggih untuk pemeriksaan darah pendonor.
Ini dilakukan sebagai upaya menyiapkan darah berkualitas kepada masyarakat. Melalui mesin bernama Sysmex HISCL-800, bisa diketahui apakah darah pendonor tertular penyakit berbahaya atau tidak.
“Alat kita Sysmex HISCL-800, pemeriksaannya untuk empat parameter pendonor. Yakni Hepatitis B, Hepatitis C, Sifilis dan HIV,” ujar Petugas Laboratorium UDD PMI Tarakan, Rahmah.
Dengan alat tersebut, petugas tidak menggunakan rapid test lagi untuk memeriksa darah pendonor. Sampel darah langsung ditempatkan pada mesin untuk diperiksa secara otomatis.
Waktu yang dibutuhkan untuk mengetahui hasilnya juga lebih singkat. Yakni hanya 17 menit. Berbeda dengan menggunakan rapid test yang butuh waktu lebih lama.
Sejak dioperasikan pada 2017, diakui Rahmah, peralatan ini sudah banyak menguji darah pendonor. Hasilnya juga telah dimanfaatkan banyak masyarakat yang membutuhkan darah.
Sekretaris PMI Tarakan, Amrin menegaskan bahwa dengan peralatan ini, merupakan salah satu upaya pihaknya untuk menyiapkan darah yang berkualitas.
“Dengan adanya alat ini, salah satu bagian upaya PMI Tarakan di dalam menyiapkan darah yang berkualitas dan baik kepada calon penerima darah,” tuturnya.
Menurutnya, PMI Tarakan terus berbenah dalam memberikan pelayanan terbaik kepada masyarakat dengan tetap mengikuti perkembangan zaman.
Awalnya pemeriksaan darah hanya menggunakan rapid test, seiring perkembangan zaman, alat pemeriksaan berganti dengan ELISA yang tingkat akurasinya lebih baik daripada rapid test.
Setelah itu, sejak 2017, PMI Tarakan mengganti dengan alat Sysmex HISCL-800 yang tingkat akurasinya lebih baik dan mampu memeriksa empat parameter penyakit menular.
“Kenapa kita gunakan? Kita ingin memutus mata rantai penularan HIV ataupun penyakit seksual lainnya lewat darah. Kalau dengan rapid test kita butuh waktu 60 hari setelah dinyatakan positif, dengan menggunakan ini dalam waktu 15 hari setelah dia terdeteksi penyakit menular melalui darah, sudah bisa terbaca dengan alat,” bebernya.
“Artinya darah yang kita tranfusi ke masyarakat, jauh lebih aman dan menghindari yang Namanya penularan baru kepada masyarakat yang membutuhkan darah,” lanjut Amrin.
Di Kaltara, sepengetahuan Amrin, baru PMI Tarakan yang menggunakan peralatan tersebut. Namun ke depan menyusul PMI Bulungan. Sementara PMI lainnya masih menggunakan mesin ELISA. (jkr)
Discussion about this post