TARAKAN – Musyati, perempuan berusia 35 tahun ini tampak sibuk melayani pembeli saat awak media mendatangi lokasi warung jualannya, Warung Bakso dan Mie Pangsit Bedjo, di Kelurahan Kampung Satu Skip, Jumat (11/3/2022) sore.
Musyati bersama sang suami, sudah belasan tahun berjualan bakso dan bakmi ayam. Dari gerobak kecil sampai akhirnya membuka warung makan sederhana.
Dikatakan Musyati usai melayani pelanggan yang tak henti berdatangan di sore sekitar pukul 17.00 WITA kemarin, ia bersama sang suami awalnya memulai bisnis jualan bakso dan mie ayam menggunakan gerobak.
Lokasinya di depan Wisma Patra, tak jauh dari Stadion Datu Adil, tempat strategis yang paling banyak dikunjungi orang di waktu sore untu berolahraga dan bersantai.
Waktu itu awal buka di tahun 2010 lalu. Sebenarnya pekerjaan sang suami adalah tukang bangunan. Namun kadang pendapatan dari bertukang tidak setiap hari ada diperoleh.
“Suami kadang dapat kerjaan kadang tidak ada. Tidak cukup buat bayar kontrakan jadi inisiatif bikin gerobak pelan-pelan baru merintis jualan bakso,” urainya.
Kemudian berjalannya waktu, ia pun terpikirkan untuk membesarkan dagangannya. Pertama kali pinjaman dilakukan lima tahun yang lalu.
“Alhamdulillah kami selalu lancar bayar bulanannya. Makanya kami pinjam lagi dikasih. Sampai ketiga kalinya kami pinjam di BRI Tarakan,” ungkap Musyati.
Awal pinjaman diberikan KUR Rp 25 juta. Itu digunakan sebagai modal membuat gerobak anak buah berkeliling.
“Jadi modalnya kurang makanya pinjam ke BRI. Jadi sambil stay di depan Wisma Patra, kami juga ada anak buah yang keliling,” urainya.
Akhirnya demi mengembangkan usaha dan berniat membuka warung yang sekarang bernama Warung Bejo, ia pun kembali meminjam KUR ke BRI. Itu setelah pinjaman kedua sudah lunas.
“Pinjam lagi buka usaha ini di warung tahun 2018-an lalu. Terpikir pindah ke warung supaya lebih luas tempatnya, orang makan lebih leluasa,” ujarnya.
Apalagi jika hanya mengandalkan jualan gerobak di area Stadion Datu Adil, hanya dibuka sampai menjelang Magrib. Selebihnya sudah tidak berjualan lagi.
“Kalau buka warung kan bisa sampai malam kita buka. Bisa buka dari pagi sampai malam. Sekarang masih sewa sekitar Rp 15 juta per tahun,” ujarnya.
Ia optimis bisa menyelesaikan pinjaman ketiga KUR Rp 50 juta dikabulkan oleh BRI Tarakan. Yang terpenting sebenarnya manajemen keuangan harus dikelola dengan baik.
“Setiap bulan setor Rp 2,2 jutaan yang pinjamannya ketiga, insya Allah selesai tahun depan semoga bisa lunas semua. InsyaAllah diusahakan menutupi,” ujarnya.
Omzet kotor yang diperoleh di masa pandemi bisa mencapai Rp 35 juta per bulan. Per hari bisa sampai Rp 1 juta. Jika sepi hanya sekitar Rp 600 ribuan.
“Insya Allah bisa bayar bulanan, bisa bayar angsuran sama gaji pekerja dan belanja modal. Harus disyukuri. Yang terpenting mau berusaha aja. Kalau sepi bersabar, kalau ramai alhamdulillah. Rezeki sudah diatur Gusti Allah,” pungkasnya. (azi)
Discussion about this post