TARAKAN – Indeks Harga Konsumen (IHK) gabungan tiga kota di Kalimantan Utara (Kaltara) mencatat deflasi pada Januari 2025 hingga -1,35 % (mtm) atau -0,12 % (yoy).
Itu terungkap dalam rilis Kantor Perwakilan Bank Indonesia (KPwBI) Provinsi Kaltara, berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS).
“Inflasi gabungan tiga kota di Kaltara itu mengalami deflasi -1,35 %. Kota IHK yang diukur di Kaltara itu ada Tarakan, Tanjung Selor, ada kabupaten Nunukan,” ujar Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kaltara, Hasiando G Manik dalam Pertemuan Media dan Wartawan se-Kaltara di ruang Serbaguna Kantor Perwakilan Bank Indonesia di Tarakan, Jumat (7/2/2025).
Diskon tarif listrik yang diberikan pemerintah pusat, menyumbang andil besar bagi deflasi yang dialami Kaltara. Sumbangan mencapai -40,37 %.
Seperti diketahui, mulai Januari ini pemerintah pusat memberikan diskon tarif listrik sebesar 50 persen bagi pelanggan PLN sampai dengan 2.200 VA.
“Tarif listrik yang turun -40,30 % seiring dengan adanya kebijakan diskon tarif listrik bagi pelanggan sampai dengan 2.200 VA. Tentu kita terbantu dengan kebijakan ini sehingga itu menurunkan inflasi,” tutur Ando.
Ia menilai, kebijakan diskon tarif listrik ini sangat mempengaruhi IHK Kaltara. Apabila tidak ada kebijakan diskon tarif listrik, maka IHK Kaltara bisa mencapai inflasi 0,63 %.
“Alhamdulillah dengan kebijakan tarif listrik ini kita terbantu, sehingga inflasi kita di bulan Januari ini cukup rendah,” tutur Ando.
Selain tarif listrik, komponen penyumbang lainnya adalah bawang merah (-3,96 %), tahu mentah (-6,40 %), tempe (-5,42 %) dan angkutan udara (-1,45 %).
Sementara komoditi yang menyumbang inflasi masih datang dari cabai rawit (26,16 %), tomat (40,25 %), daging ayam ras (4,30 %), bahan bakar rumah tangga (2,12 %) dan telur ayam ras (3,0 %).
Ando sendiri mengapresiasi capaian ini. Pasalnya melihat historis, di awal tahun biasanya terjadi inflasi. Namun di awal 2025 justru mengalami deflasi yang cukup besar.
Meski demikian, capaian ini tidak membuat semua pihak lengah. Karena apabila kebijakan diskon tarif listrik berakhir, perlu lagi mewaspadai potensi inflasi.
Sementara itu, inflasi Kaltara di tahun 2025 di diprakirakan pada target inflasi nasional, 2,5±1% yoy.
Inflasi Kaltara sendiri diperkirakan tetap terjaga meskipun terdapat risiko tekanan inflasi global. Seperti kebijakan proteksionisme AS yang berdampak pada terganggunya pasokan komoditas global serta risiko inflasi dari dalam negeri seperti terganggunya pasokan komoditas dengan bobot inflasi tinggi seperti aneka cabai dan bawang merah, serta kenaikan tarif angkutan udara.
Ando menegaskan bahwa Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Kaltara akan terus bersinergi dalam upaya menjaga stabilitas harga melalui framework 4K. Keterjangkauan harga, ketersediaan pasokan, kelancaran distribusi dan komunikasi efektif.
Upayanya antara lain bekerjasama dengan pemerintah daerah menggelar pasar murah, Penerapan Good Agriculture Practices (GAP) melalui pengimplementasian penggunaan irigasi tetes terhadap komoditas cabai merah serta bantuan sarana berupa peralatan pendukung peningkatan produktivitas kepada beberapa kelompok tani binaan.
Selain itu, penerapan program Replikasi Best Practices melalui pemanfaatan teknologi digital farming berbasis Internet of Things(IoT), yang memungkinkan petani untuk memantau dan mengontrol berbagai aspek budidaya tanaman secara real-time. Serta pengembangan pola tanam produksi lipat ganda.
Selain itu, melakukan Penguatan Kapasitas Budidaya Pangan Mandiri dengan bekerjasama Pondok Pesantren melalui pelatihan digital farming diantaranya teknologi sensor cuaca, sistem irigasi otomatis dan Rapid Soil Check serta Optimalisasi Kerjasama Antar Daerah. (Rajab)
Discussion about this post