Oleh: Syamsuddin Arfah
Ramadan adalah bulan Al-Qur’an (syahrul-qur’an), karena pada bulan itu, awal diturunkannya wahyu ilahi, yaitu Al-Qur’an.
Salah satu surah dalam al-Qur’an ada yang bernama surah “Luqman”. Allah SWT mengabadikan nama Lukman tentulah bukan nama sembarangan, Pastilah dia orang yang istimewa melebihi orang kebanyakan.
Beberapa ulama mengatakan, Lukman seorang hamba hitam dari Sudan Mesir, bibirnya tebal dan telapak kakinya retak-retak. Ada pula cerita yang mengatakan Lukman seorang hamba bangsa Habsy, kerjanya sebagai tukang kayu dan pengembala kambing.
Lalu di mana istimewanya? Dan mengapa Allah mengabadikan namanya dalam Al-Qur’an sebagai salah satu nama surah?
Menurut Ibnu Katsir bahwa Lukman adalah seorang lelaki sholeh, ahli ibadah, mempunyai pengetahuan dan hikmah yang luas. Lalu dimana ibrahnya
Terkadang secara fisik seseorang biasa-biasa saja, bahkan cenderung tidak menarik, status sosial juga termasuk kalangan bawahan, tetapi menjadi istimewa dari kebanyakan orang, karena memiliki keistimewaan yang harus jadi pelajaran untuk dikenang di setiap pergantian generasi. Begitu cara Al-Qur’an untuk membangun narasi dan mengukir sejarahnya dari kehidupan.
Kisah-kisah dalam Al-Qur’an menjadi bagian tak terpisahkan dari isi Al-Qur’an yang menjadi referensi utama bagi orang beriman. Al-Qur’an menganjurkan untuk mempelajari dan memahami sejarah karena sejarah yang dilakukan manusia di masa lalu dinilai sebagai bahan berharga yang patut dipelajari dan ditelaah secara seksama untuk diambil pelajaran dan hikmah yang terkandung didalamnya.
Dengan demikian sejarah tidak bisa dipisahkan dalam kehidupan manusia karena manusia membuat sejarah dan manusiapun butuh sejarah.
Meski tidak sepenuhnya benar, tapi ungkapan Thomas Carlyle tentang sejarah patut direnungkan. The history of the world is but the biography of great man, sejarah tak lebih merupakan kumpulan biografi orang-orang besar, katanya. Sejarah adalah manusia.
Meski tidak sepenuhnya benar, tapi ungkapan Frans Rosental tentang sejarah patut direnungkan. Menurutnya, sejarah adalah deskripsi tentang aktivitas manusia yang terus-menerus baik dalam bentuk individu maupun kelompok. Sejarah adalah perilaku.
Meski tidak sepenuhnya benar, tapi ungkapan Nourozzaman ash Shiddiqie tentang sejarah patut direnungkan. Baginya, sejarah adalah sederetan peristiwa yang terjadi pada masa lampau dilihat dari hukum sebab akibat. Sejarah adalah peristiwa. Sejarah adalah waktu.
Ungkapan Sayyid Qutb tentang sejarah patut direnungkan. Baginya sejarah adalah interprestasi peristiwa yang memberikan dinamisme dalam waktu dan tempat. Sejarah adalah interprestasi. Sejarah adalah pelajaran.
Bahkan Imam As Suyuthi mendeskripsikan sejarah sebagai pertarungan potensi kejahatan manusia dan potensi kebaikan manusia, keduanya akan dicatat sebagai sejarah.
Ekspresi potensi jahat akan dicatat sebagai sejarah kelam, ekspresi potensi kebaikan akan dicatat sebagai sejarah gemilang
Sejarah adalah manusia dapat dibuktikan dengan adanya manusia-manusia besar dalam setiap lembaran sejarah peradaban dunia. Hanya manusia besar dan agung yang mampu mengubah arah mata angin pikiran manusia yang patut mendapatkan lisensi untuk ditorehkan dalam lembar sejarah.
Imam Ibnu Khaldun dalam kitab muqaddimah Tarikh mengatakan: “Sejarah adalah madzhab keilmuan yang paling bergengsi”. Kenapa demikian? karena semua ilmu butuh sejarah, tetapi ilmu sejarah belum tentu butuh semua ilmu. Dan sejarah adalah pengetahuan tentang proses-proses berbagai realitas dan sebab musabab nya secara mendalam, yang saya definisikan sejarah adalah mengulang dan merekonstruksi masa lalu, sebagai pijakan masa kini untuk menentukan sikap masa yang akan datang.
Sejarah adalah perilaku dapat dibuktikan catatan perilaku Qobil yang jahat dan Habil yang bijak, Namrudz yang biadab dan Ibrahim yang beradab, Fir’aun yang zalim dan arogan dan Musa yang alim serta santun, Abu Jahal yang tidak beradab dan Muhammad Rasulullah yang berakhlak mulia.
Sejarah sebagai peristiwa dan waktu dapat dibuktikan dengan adanya fragmen pejuang kebenaran melawan pengusung kebathilan, pembela keadilan melawan penebar kezhaliman, penyeru Islam melawan pemuja kekufuran, penjaga kemuliaan Al-Qur’an melawan sang penista, dan fragmen pertarungan penegak Islam melawan penghalang perjuangan Islam.
Sejarah sebagai interprestasi dan pelajaran dapat dibuktikan dengan ditenggelamkannya Raja Fir’aun dan diselamatkannya Nabi Musa. Serta dihinakannya Abu Jahal dan dimenangkan Rasulullah. Ditaklukkannya Konstantinopel dan dimenangkannya Muhammad Al Fatih, ditumbangkannya pasukan Eropa dan dimenangkannya Shalahuddin Al-Ayyubi.
Warisan sejarah Rasulullah dalam perjuangan Islam bukanlah sekedar romantisme tanpa makna atau hanya sekedar menjadi berhala tanpa ruh yang di banggakan dan diceritakan dimana-mana. Sejarah Rasulullah juga bukan sekedar dokumentasi negatif yang hanya dipampang di rak-rak perpustakaan, atau sekedar bangunan narasi tanpa ukiran sejarah. Sejarah Rasulullah adalah warisan nilai agung sarat dengan pelajaran.
Sementara Allah sendiri menegaskan bahwa peristiwa sejarah akan terus dipergulirkan diantara manusia hingga ujung zaman. Akan selalu lahir orang-orang besar yang berjuang mengubah dunia melalui perubahan arah pemikiran manusia.
Tapi akan diiringi juga lahirnya manusia-manusia durjana penghalang kebaikan. Artinya sejarah akan terus berulang walau dengan motif dan waktu yang berbeda tetapi substansi dan esensinya tetap sama. Oleh karena sejarah juga menjadi penting karena salah satu faktornya adalah hal tersebut di atas.
Jika demikian, maka marilah membangun narasi kehidupan dengan melukis sejarah diri kita. Melukis dan menulis dari cerita kehidupan. Usia boleh dibatasi waktu, apalagi kita sebagai umat Nabi Muhammad yang usia dari kehidupan tidak lebih dari 60-70 tahun.
Tetapi menjadi panjang tercatat dalam sejarah kehidupan, karena karena narasi sajarah kehidupan kita patut untuk di kenang sepanjang generasi, dengan berbagai etnis dan suku.
Lihatlah usia Pangeran Soedirman yang 34 tahun, tercatat sebagai pahlawan Indonesia, pernahkah membayangkan usia dari Imam An-Nawawi yang hidup hanya 40 tahun, melahirkan sekian banyak karya monumental, dan salah satu karyanya adalah buku berjudul Riyadu-Sholihin, adakah dari umat Islam yang tidak pernah mendengar nama nya disebutkan? Atau karya nya di bacakan.
Jika hidup hanya sekedar untuk hidup tanpa memaknai dan melukisnya dalam dinding sejarah, jangan sampai anak dan keturunan kita hanya bisa membaca catatan ukiran di nisan kuburan tentang kita terlahir dan wafat nya saja. Tanpa ada yang bisa dikenang dari narasi kehidupan untuk anak dan generasi kita yang akan datang.
Tentu kita pernah mendengar kisah Uwais Al-Qorni, yang kehidupan nya tidak di kenal di bumi, tetapi menjadi masyhurdi langit. Tentu cerita nyentrik dari Sahabat Bilal Bin Robah, seorang budak berkulit hitam legam, bersuara merdu yang jika dia mengumandangkan adzan, membuat pintu langit terketuk, yang bunyi terompah nya di dengar Rasulullah di surga. Pelajaran ini memberikan arti bahwa boleh jadi manusia tidak memandang kita secara terhormat, tapi Allah memuliakan kita. Untuk itu, mari melukis narasi kehidupan dengan mengukir sejarah kita dengan tinta Al-Qur’an.
Allahu a’lamu bis-shawab.
Discussion about this post