TARAKAN – Kantor Perwakilan Bank Indonesia (KPwBI) Provinsi Kalimantan Utara (Kaltara) menggelar Green Ekonomi Webinar Series 2022 pada Kamis (24/2/2022).
Kegiatan yang digelar di Kayan Fuction Hall Hotel Tarakan Plaza ini dibuka Sekretaris Provinsi (Sekprov) Kaltara H. Suriansyah, mewakili Gubernur Kaltara.
Kegiatan ini terselenggara berkat sinergi KPwBI Provinsi Kaltara bersama Pemerintah Provinsi (Pemprov) Kaltara, Pemkab Bulungan, Kementerian Perindustrian, Kamar Dagang dan Indstrusi (Kadin) Kaltara dan Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia Cabang Kaltara.
Kegiatan ini digelar dalam rangka mendorong pembangunan Kawasan Industri Hijau Indonesia yang mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan dan inklusif di Kaltara.
Tema yang diangkat adalah “Prospek dan Tantangan Pembangunan Kawasan Industri Hijau Indonesia (KIHI) di Kalimantan Utara Sebagai Batu Loncatan Transformasi Ekonomi Indonesia”.
“Webinar ini juga diselenggarakan dalam rangka mendukung G-20 Indonesia 2022, di mana salah satu isu prioritasnya adalah transisi energi hijau,” ujar Kepala Perwakilan BI Provinsi Kaltara Tedy Erief Budiman dalam sambutannya.
Dalam kesempatan tersebut, Tedy juga menyampaikan perkembangan terkini terkait perekonomian Kaltara.
“Alhamdulillah perekonomian Kaltara pada triwulan ke IV yaitu Oktober sampai Desember 2021 tercatat tumbuh cukup signifikan yaitu 7,08 persen (yoy) atau lebih tinggi jika dibandingkan capaian nasional sebesar 5,02 persen (yoy),” bebernya.
Di Kalimantan, Kaltara juga menempati peringkat kedua provinsi dengan pertumbuhan ekonomi tertinggi.
“Dengan capaian tersebut secara tahunan Kaltara mencapai pertumbuhan ekonomi 3,98 persen, kembali melanjutkan tren positif setelah pada tahun 2022 lalu sempat mengalami kontraksi 1,1 persen. Pertumbuhan ini lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan ekonomi nasional secara tahunan sebesar 3,69 persen,” lanjutnya.
Dari sisi lapangan usaha, pertumbuhan ekonomi terutama didukung hampir seluruh sektor utama. Yaitu pertambangan, perdagangan, pertanian dan transportasi.
Di sisi lain, dari sisi permintaan, ekspor memiliki kontribusi sangat tinggi di tengah kontraksinya konsumsi pemerintah dan lembaga non profit yang melayani rumah tangga serta pembentukan modal tetap bruto.
Konsumsi rumah tangga juga tetap meningkat sejalan even Hari Besar Keagamaan dan Hari Ulang Tahun (HUT) Kaltara.
Kinerja positif perekonomian Kaltara pada tahun 2021, terutama didukung oleh fenomena super-cycle komoditas yang menyebabkan harga komoditas unggulan Kaltara mengalami kenaikan signifikan, terutama harga batu bara untuk ekspor, yang terus naik hingga mencapai harga tertinggi selama satu dekade terkahir.
Sejalan dengan itu produksi udang juga meningkat cukup tinggi, didukung oleh permintaan global yang semakin baik. Tercermin dari harga udang internasional yang mengalami tren peningkatan hingga akhir tahun 2021.
Di sisi lain, penjualan semen tercatat masih mangalami kontraksi sebesar 19,7 persen (y-o-y), yang mengindikasikan performa lapangan usaha konstruksi selama tahun 2021 masih cukup terkendali.
“Hal ini perlu menjadi perhatian kita bersama mengingat Kaltara merupakan provinsi baru dengan potensi pembangunan yang masih sangat terbuka lebar,” pintanya.
Bank Indonesia senantiasa bersinergi dengan pemerintah provinsi, kabupaten dan kota di Kaltara untuk mencari potensi-potensi sumber pertumbuhan ekonomi baru maupun potensi investasi yang dapat mengangkat ekonomi Kaltara tumbuh lebih tinggi lagi.
Dari sisi inflasi, pada tahun 2021 Kaltara tercatat mengalami inflasi sebesar 2,73 persen secara year to date.
“Masih sesuai target inflasi yang berada pada kisaran 3 plus minus 1 persen,” tuturnya.
Tercapainya target usaha di tahun 2021 dapat diraih berkat sinergi dan kerja sama yang baik Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) pemerintah daerah, Bank Indonesia dan para pelaku usaha.
Dari sisi komoditas yang konsisten menyumbang inflasi adalah angkutan udara, bawang merah dan ikan bandeng. Hal ini perlu menjadi perhatian bersama agar pada tahun 2022, performa inflasi Kaltara dapat terus terjaga.
“Untuk memitigasi tekanan inflasi sepanjang tahun 2022 ini, TPID provinsi dan kabuapten kota telah melakukan berbagai inisiatif dan antisipasi dalam kerangka 4 K, keterjangkauan harga, ketersediaan pasokan, kelancaran distribusi, dan komunikasi yang efektif,” ungkapnya.
“Antara lain melalui program inspeksi pasar, optimalisasi tol laut, peningkatan produktivitas pertanian, memperluas skema kerjasama antardaerah maupun edukasi dan sosilisasi kepada masyrakat,” lanjut Tedy.
Dari sisi fiskal, realisasi pendapatan pada tahun 2021, mencapai sebesar Rp 2,71 triliun, atau lebih tinggi jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya, sebesar Rp 2,43 triliun.
Hal tersebut sejalan dengan prosentase realisasi terhadap ekonomi 2021 yang mencapai 107,1 persen. Disisi lain, realisasi belanja pada tahun 2021 mengalami penurunan sebesar Rp 2,3 triliun atau 87,80 persen.
Kinerja fiskal ini merupakan salah satu komponen pendorong pertumbuhan ekonomi yang biasanya tercermin dari sisi permintaan PDRB pemerintah. Ia mengigatkan agar hal ini menjadi perhatian bersama untuk terus ditingkatkan.
Pada tahun 2021, Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Kaltara tercatat sebesar 71,19, atau meningkat dibanding tahun 2020 sebesar 70,63. Bahkan lebih tinggi dari sebelum masa pandemi tahun 2019 yang tercatat sebesar 71,15.
Sejalan dengan perbaikan tersebut, tingkat pengangguran terbuka atau TPT di Kaltara tercatat 4,58 persen, menurun dibandingkan semester I 2021 sebesar 4,97 persen.
“Angka TPT ini jauh lebih baik apabila dibandingkan TPT nasional sebesar 6,49 persen. Harapannya ke depan indikator-indikator ini akan terus membaik, sejalan dengan peningkatan pertumbuhan ekonomi Kaltara sehingga pertumbuhan ekonomi tidak hanya tinggi, tetapi juga berkualitas dan inklusif,” harapnya.
Dari sisi merchant KRIS, hingga Desember 2021, Kaltara tercatat mempunyai 28.506 merchant, atau tumbuh sebesar 64,66 persen secara y-t-y sejak tahun 2021. Hal ini sekaligus sebagai indikator meningkatnya literasi digital masyarakat di Kaltara.
KPwBI Provinsi Kaltara juga memproyeksikan pertumbuhan ekonomi di tahun 2022 dengan mencermati berbagai risiko yang perlu diwaspadai baik secara global maupun domestik.
Dari global adanya risiko peningkatan tensi geoplitik antara Rusia dan Ukraina di Eropa, yang berpotensi meluas di luar kawasan.
Disamping itu, masih terdapatnya gangguan pasokan global menyebabkan kenaikan harga komoditas yang dapat menyebabkan tekanan kenaikan inflasi global.
Risiko perubahan iklim juga semakin mengemuka disertai respon pemerintah global dalam penanganannya secara bersama-sama. Hal ini akan berpengaruh terhadap pertumbuhan yang lebih rendah dari dunia yang tentu akan mempegarhui demand ke negara-negara
Sementara factor domestik, varian baru Covid-19 Omicron dan proses vaksinasi booster merupakan tantangan tersendiri untuk para pemangku kepentingan baik pemerintah maupun pelaku usaha.
Tentu dibutuhkan sinergi dan kolabroasi berbagai pihak untuk dapat mengatasi dan memitigasi tantangan yang akan kita hadapi di tahun 2022 ini.
“Mencermati kondisi global maupun domestic, kami memperkirakan pertumbuhan ekonomi kaltara akan tumbuh di kisaran 4,43 sampai dengan 5,43 persen, atau lebih tinggi dibandignkan tahun 2021 yang lalu,” tuturnya.
“Proyeksi ini berdasarkan keyakinan kami bahwa perekonomian global di tahun 2022 ini masih akan tetap kuat, konsumsi domestic diperkirakan juga membaik sejalan dengan vaksinasi yang diperkirakan mencpaai 100 persen pada akhir tahun 2022 nanti,” ungkapnya. (jkr)
Discussion about this post