TARAKAN – Selain pandemi Covid-19, penyakit stunting menyita perhatian Pemerintah Kota (Pemkot) Tarakan saat ini. Hal itu dibahas dalam rapat yang digelar Pemkot Tarakan di gedung Sebaguna Kantor Wali Kota Tarakan, Senin (14/2/2022).
“Berasarkan data BPS (badan pusat statistik) ada kenaikan, tapi saya tidak catat berapa kenaikan di Tarakan, Diduga karena selama covid ini Posyandu tidak buka,” ujar Sekretaris Daerah (Sekda) Tarakan Hamid Amren, Senin (14/2/2022).
Informasi yang diperolehnya, tiga kelurahan di Tarakan yang banyak ditemukan stunting di yakni di Kelurahan Pantai Amal, Kelurahan Selumit Pantai dan Kelurahan Karang Anyar Pantai.
Dijelaskan Hamid Amren, stunting terjadi dampak dari kekurangan gizi pada anak, sehingga menyebabkan berat badan dan tinggi anak tidak sesuai dengan usia. Kondisi ini akan mempengaruhi kecerdasan anak yang dampak lebih besarnya lagi bisa terjadi lost generation.
Menurutnya, Presiden Joko Widodo telah memberikan arahan agar angka stunting di Indonesia pada tahun 2024 dapat diturunkan menjadi 14 persen.
Dalam rangka itu, Pemkot Tarakan telah membentuk tim gabungan dari Dinas Kesehatan dan Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak, Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana Tarakan dan organisasi kewanitaan.
Tim ini diharapkan dapat mengambil langkah-langkah aksi dalam rangka menyosialisasikan pentingnya memenuhi kebutuhan gizi anak.
Mengaktifkan kembali Posyandu menjadi salah satu harapan. Karena menurut Hamid Amren, meningkatnya kasus stunting diduga karena tidak dibukanya Posyandu selama pandemi Covid-19.
Disamping itu, perlu diberikan juga pengetahuan kepada kaum ibu, khususnya ibu hamil, akan kebutuhan gizi anak sejak dalam kandungan. Misalnya saat hamil, kaum ibu tidak boleh mengikuti selera sendiri, akan tetapi memikirkan juga gizi anak dalam kandungan.
Jika itu dilakukan, Hamid Amren menilai akan mempengaruhi kondisi anak sehingga berpotensi terjadi stunting, dimana kondisi fisiknya akan kurang bagus, kemampuan berpikir juga kurang baik dan tingkat kecerdasannya juga maksimal.
Sementara itu, Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Kalimantan Utara (Kaltara) dr. Franky Sientoro Sp.A siap membantu dalam upaya pencegahan stunting.
“Saya melalui IDAI akan coba fokus di dalam melayani ini bersama dengan tentunya Dinas Kesehatan dengan organsiasi ilmu kesehatan anak,” tutur Ketua IDAI Kaltara dr. Franky Sientoro Sp.A kepada awak media, Selasa (15/2/2022).
Ia bersama 18 dokter spesialis anak di Kaltara akan membuat program terkait stategi menurunkan stunting. Franky Sientoro mengakui, pencegahan stunting sedianya dimulai sejak bayi dalam kandungan.
“Sebenarnya harus bercerita mulai dari dalam kandungan. Maka ibu-ibu yang akan memiliki anak itu harus dipersiapkan dengan baik. Tidak bisa begitu saja setelah anak lahir hanya itu, tetapi mulai dari dalam kandungan,” tuturnya. (jkr)
Discussion about this post