TARAKAN – Provinsi Kalimantan Utara (Kaltara) memiliki potensi sumber daya alam, manusia, dan finansial yang sangat besar. Hal ini dikarenakan wilayah Indonesia yang strategis terhadap Malaysia, Filipina, dan Brunei Darussalam.
Seperti yang disampaikan Gubernur Kaltara Zainal A. Paliwang, dalam rapat bersama Syarikat Regional Business Development Center Sendirian Berhad (RBDC) dari Brunei Darussalam secara daring, Kamis (1/4/2021).
Didampingi Pelaksana tugas (Plt) Kepala Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP) Kaltara Faisal Saybaruddin, Gubernur memaparkan tujuh peluang investasi di Kaltara.
Pertama adalah sektor perkebunan dan pabrik kelapa sawit yang tersebar di Kabupaten Bulungan, Tana Tidung, dan Nunukan.
“Saat ini sudah mampu menghasilkan 870.000 ton minyak sawit. Perkebunan kelapa sawit juga telah mampu menurunkan angka kemiskinan dan tingkat pengangguran di Kaltara,” paparnya.
Pemprov Kaltara telah mengalokasikan lahan seluas 808.900 hektar. Namun yang sudah termanfaatkan sekitar 526.464 hektar untuk perkebunan kelapan sawit beserta pabriknya. Serta diperkirakan total produksi CPO Kaltara mencapai 2.105.859 ton per tahun.
“Peluang investasinya adalah masih tersedia 282.436 hektar untuk pengelolaan lahan perkebunan yang masih belum optimal, pembangunan pabrik olahan sawit menjadi produk jadi di kawasan KIPI (Kawasan Industri Pelabuhan Internasional),” jelas Gubernur Zainal.
Selain itu, Gubernur juga menuturkan Pemprov Kaltara telah mencanangkan program Food and Rice Estate di tiga kabupaten, yakni di Bulungan, Malinau dan Nunukan. Program ini ditujukan untuk mendukung ketahanan pangan Ibu Kota Negara (IKN) baru di Kalimantan Timur nantinya.
Rincinya, Kabupaten Bulungan telah menyiapkan lahan seluas 164.512 hektar dengan komoditas utama berupa padi, cabai dan bawang.
Sementara di Kabupaten Malinau juga telah disiapkan lahan seluas 168.720 hektar dengan komoditas utama berupa padi dan jagung. Kabupaten Nunukan sendiri tersedia lahan pertanian seluas 325.123 hektar dengan komoditas utama berupa padi, cabai dan bawang.
“Peluang investasinya terdapat lahan pertanian yang masih tersedia seluas 658.355 hektar, dan pembangunan pabrik olahan hasil pertanian menjadi produk jadi,” sebut pria kelahiran Makassar ini.
Kemudian dalam Sektor pariwisata, Pemprov Kaltara telah menyusun studi kelayakan pariwisata yang berada di dua kabupaten, yaitu Kabupaten Malinau dan Kabupaten Tana Tidung pada tahun 2020.
Kedua kabupaten ini memiliki potensi pariwisata berupa wisata budaya dan alam. Menurutnya, sektor ini sangat potensial untuk dikembangkan oleh para investor seperti pengembangan fasilitas penunjang berupa hotel, restoran, arena bermain, sarana transportasi, dan lainnya.
Pada tahun 2019 lalu diperkirakan jumlah wisatawan yang berkunjung ke Kaltara sekitar 547.313 kunjungan, baik lokal maupun asing. Dari jumlah wisatawan tersebut tentu tidak berbanding lurus dengan jumlah akomodasi yang tersedia.
“Masih dibutuhkan investasi di bidang industri pariwisata seperti perhotelan, agen perjalanan, money changer, transportasi, kuliner, dan lain-lain,” ujar Gubernur Zainal.
Pada sektor energi dan industri, Gubernur Zainal menyampaikan Kaltara sedang membangun KIPI Tanah Kuning–Mangkupadi di Kabupaten Bulungan dengan total area mencapai 10.100 hektar, dan Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) dengan kapasitas 21.580 Megawatt (MW). Keduanya masuk dalam Proyek Strategis Nasional (PSN).
“Masih ada peluang investasi untuk mengembangan energi terbaharukan dan industri olahan di Kaltara,” tuturnya.
Dia menambahkan, saat ini Pemprov Kaltara membuka peluang investasi pada sektor energi dan energi terbaharukan. Seperti Hydropower, Geothermal dan Biofuel.
Gubernur Zainal menjelaskan bahwa dalam investasi PLTA Kaltara memiliki potensi yang sangat besar dengan sumber energi berasal dari 5 aliran sungai besar. Jika dibangun hydropower plant dari 5 aliran sungai tersebut, maka dapat dihasilkan energy listrik sebesar 21.580 MW.
Ada beberapa perusahaan yang telah berminat berinvestasi Hydropower di Kaltara. Antara lain PT. Kayan Hydro Energy (Indonesia-China), PT. Kalimantan Electricity (China), Serawak Energy (Malaysia), PT. INALUM, Hyundai (Korea) dan terakhir Fortescue Metals Group (FMG) dari Australia.
“PLTA ini akan menjadi sumber energi listrik bagi pembangunan Kaltara dan Indonesia, khususnya di KIPI Tanah Kuning – Mangkupadi,” katanya.
Dalam kesempatan tersebut, Gubernur Zainal juga mengaku, bahwa Kaltara membutuhkan rumah sakit berskala besar untuk kebutuhan fasilitas pelayanan kesehatan.
Ia membeberkan bahwa Tanjung Selor sebagai Ibu Kota Kaltara sangat strategis untuk dibangun rumah sakit berskala besar, hal ini dapat mendukung pelayanan kesehatan masyarakat di lima kabupaten/ kota, pekerja kawasan industri, dan pelabuhan internasional di Kaltara.
“Pada sektor pendidikan Kaltara juga sangat membutuhkan fasilitas pendidikan yang representatif bagi kelanjutan pembangunan sumber daya manusia di masa depan, seperti sekolah dan universitas bertaraf internasional,” ungkap Gubernur Zainal.
Serupa dengan sektor kesehatan, di Tanjung Selor sangat strategis untuk dibangun fasiltas pendidikan bertaraf internasional. Karena Kaltara memilki potensi masyarakat pelajar sebanyak 100 ribu orang.
“Karena dapat mendukung peningkatan mutu pendidikan masyarakat di kota Tarakan dan empat kabupaten sekitar yaitu Bulungan, Tana Tidung, Malinau, Nunukan dan satu dari Kaltim yaitu Berau,”pungkasnya. (sur/Diskominfo)
Discussion about this post