NUNUKAN – Bupati Nunukan Hj. Asmin Laura Hafid membuka Pegelaran Seni dan Budaya Rumpun Tidung Kabupten Nunukan Tahun 2021, sekaligus Pencanangan Kampung Cerita Sungai Bilal.
Dalam acara tersebut, bupati didampingi Sekretaris Daerah Nunukan Serfianus dan Kepala Bagian Humas dan Protokol Hasan Basri.
Acara dilaksanakan di Taman Pelangi Perbatasan Jalan Iskandar Muda, Sungai Billal. Kelurahan Nunukan Barat, Senin (22/3/2021). Dalam kegiatan tersebut juga dilakukan penandataganan Batu Alam oleh Bupati Nunukan.
Dalam arahannya, Bupati Laura menyampaikan bahwa orang-orang tua dahulu memiliki cara yang bijak saat ingin memberikan nasehat atau petuah-petuah hidup bagi anak-anaknya.
Melalui sebuah dongeng atau cerita, para orang tua kita menyelipkan nasehat atau pesan moral yang harus senantiasa dipegang oleh anak-anaknya agar hidupnya kelak bahagia.
Dongeng atau cerita itu biasa disampaikan pada malam hari, pada saat anak-anak ingin beranjak tidur atau pada saat pergelaran seni dan budaya di kampung. Disamping berisi pesan moral atau nasehat, tradisi bertutur juga membuat hubungan antara para orang tua dengan anak-anaknya menjadi begitu dekat dan hangat. Budaya bercerita atau bertutur ini dikenal oleh hampir semua suku yang ada di nusantara.
Makanya tidak heran jika tanah air memiliki kumpulan cerita rakyat yang begitu banyak. Tidak hanya itu, seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, budaya bertutur pun secara perlahan mulai ditinggalkan oleh masyarakat.
Apalagi saat ini ketika sebagian aktivitas hidup masyarakat bergantung pada perangkat telepon pintar maka budaya bercerita bisa dikatakan sudah hilang sama sekali. Para orang tua, Pemuda hingga anak-anak sekarang lebih sibuk dengan gadgetnya masing-masing.
“Orang tua sibuk dengan media sosialnya, sementara para pemuda dan anak-anak sibuk dengan permainan game online nya, Fenomena ini mengkawatirkan, dan mengancam eksistensi kita sebagai masyarakat yang beradab dan berbudaya luhur,” ucap bupati Laura.
“Sekarang ini, saya yakin anak-anak kita jauh lebih mengenal hero-hero dalam permainan mobile legends, ketimbang siapa tokoh utama dalam dongeng lutung kasarung atau Malin Kundang. para orang tua juga lebih sibuk mengurus media sosialnya daripada dongeng buat anak-anaknya ketika hendak tidur,” lanjut bupati.
“Menyikapi fenomena tersebut, maka Hari ini saya begitu antusias dan mendukung sekali launching Kampung Cerita Sungai Bilal. Semoga keberadaan Kampung cerita ini selangkah demi selangkah membangkitkan kembali budaya cerita, mendongeng, pantun, dan bersyair di tengah masyarakat,” harap bupati.
Bupati Laura mengakui bahwa gempuran budaya dari berbagai belahan dunia sedemikian besar, karena semuanya bisa diakses melalui perangkat telepon seluler. Tetapi tidak boleh menyerah dan berputus asa. Segala upaya yang harus dilakukan untuk mempertahankan dan melestarikan seni budaya dan adat istiadat milik kita sendiri.
Dalam kesempatan wawancara, mengatakan, bupati menegaskan Pemkab Nunukan mendukung acara tersebut.
“Dengan adanya inisiatif dari pemuda Gadamaruta kita bersyukur sekali ada pemuda-pemuda semacam ini yang mempunyai misi turut membangkitkan budaya daerah yang ada di sekeliling kita, dari pemerintah daerah mensupport, dan saya juga sudah komunikasi dengan dari dinas yang terkait sepanjang sesuatu bisa kita bantu dari pemerintah daerah kita pasti fasilitasi,” tutur bupati.
“Saya sudah sampaikan di Nunukan sudah kita wujudkan rumah adat Tidung, kalau bisa ke depan bisa dimaksimalkan lagi operasionalnya. Disana juga bisa dijadikan Daerah seperti tujuan destinasi wisata, di samping di sana juga ada air terjun di sana juga bisa dijadikan untuk anak-anak sekolah yang mau belajar tentang budaya dan diperkenalkan budaya-budaya khususnya adat Tidung,” pinta Laura.
Ketua Gadamaruti Kabupaten Nunukan Herison, S.Pd menjelaskan kegiatan ini merupakan pergelaran seni dan budaya rumpun Tidung. Salah satu programnya adalah sekolah budaya yang sebenarnya sudah dilakukan sebelumnya.
“Dan kita akan berkelanjutan untuk pembinaan di beberapa tempat Kampung. Salah satunya di Kampung Sungai Bilal kemudian Sungai Fatimah dan Desa Binusan,” tuturnya.
Kegiatan di sekolah budaya salah satu adalah pengenalan dalam bahasa Tidung yang ada di masing-masing kampung. Harapannya ini bisa menjadi awal untuk memberikan kesadaran kepada generasi akan pentingnya menjaga melestarikan rumpun Tidung di Kabupaten Nunukan.
Selain dari kegiatan bahasa kita perkenalkan juga budaya adat Tidung baik segi pakaian, alat kerajinan tangan, alat permainan tradisional. (humas)
Discussion about this post