TARAKAN – Perusahaan Umum Daerah (Perumda) Tarakan Angorbisnis Mandiri mulai memberikan hasil bagi Pemerintah Kota (Pemkot) Tarakan.
Peternakan ayam broiler atau ayam ras pedaging di Kawasan Usaha Peternakan (Kunak) di Jalan Aki Babu Kelurahan Karang Harapan, Kecamatan Tarakan Barat, dan benur windu di Balai Benih Udang (BBU) di Kelurahan Pantai Amal, Kecamatan Tarakan Timur, sudah dipanen.
Wali Kota Tarakan Khairul berkesempatan melakukan panen pada dua usaha yang dikelola Perumda di bawah pimpinan Ruslan, Rabu (21/10/2020).
“Inikan panen perdana dari Perumda Agrobisnis ya, tentu saya menyampaikan terima kasih dan selamatlah kepada perumda ini terutama Perumda Agrobisnis yang sudah mulai menunjukkan aktivitas kegiatannya. Mudah-mudahan ini tidak terlalu mengecewakan pemerintah kota dan juga tentu masyarakat,” ujar Khairul kepada awak media ditemui usai kunjungan.
Menurut mantan Sekretaris Daerah Tarakan ini, niat awal pendiriannya dalam rangka membantu masyarakat khususnya para petani, nelayan dan peternak dalam hal penyediaan bibit dan kemudahan masyarakat di dalam memperoleh bahan-bahan kebutuhan pokok.
Pendirian Perumda Agrobisnis Mandiri juga tujuannya bisa menekan inflasi serta membantu para petambak dalam hal penyediaan bibit udang windu. Karena Khairul menilai, selama ini 80 persen bibit didatangkan dari luar.
Khusus usaha pembibitan udang windu, Khairul menargetkan Perumda Tarakan Agrobisnis Mandiri bisa memproduksi hingga 30 juta bibit.
“Kalau selama ini produksinya hanya 1 juta. Kita berharap nanti dengan beberapa perbaikan bangunan, perbaikan sistem di situ harapan kita bisa mencapai sampai 30 juta,” ungkap mantan Sekretaris Daerah (Sekda) Tarakan ini.
Untuk pengembangan berikutnya, menurut Khairul, mungkin untuk penyediaan bibit ikan dan bibit kepiting. Khairul berharap itu bisa dilakukan, minimal membantu mengurangi suplai dari luar untuk pengadaan bibit.
Sementara itu, Direktur Tarakan Agrobisnis Mandiri Ruslan menilai hasil perdana dari usaha peternakan ayam pedaging tersebut cukup baik. Dari seribu lebih bibit ayam pedaging yang dipelihara, hanya 20 ekor saja yang tidak bertahan hidup.
“Alhamdulillah masih tersisa sekitar 1.280,” ujar Ruslan kepada awak media.
Untuk masa panennya, menurut Ruslan, sebenarnya dipanen di usia 36 hari. Akan tetapi pihaknya memanen di usia 38 hari. Karena melihat kondisi harga ayam di Tarakan yang turun.
Karena panen perdana, Ruslan membeberkan pihaknya akan menjual murah ke masyarakat dengan harga Rp 50 ribu per ekor. Dari hasil penimbangan, berat ayam hasil peternakannya bisa mencapai 2,7 hingga 2,8 kilogram per ekor. Bahkan ia memperkirakan ada yang 3 kilogram per ekor.
“Karena ini kan di sisi lain kita panen perdana, di sisi lain juga kan memang kita menjual itu di bawah dari harga yang di pasaran,” ungkapnya.
Adapun terhadap panen benur windu, Ruslan membeberkan pihaknya sudah memanen tiga bak, dari enam bak yang diisi, dengan setiap bak berisi sekitar 500 – 500 ribu ekor.
“Kita isi enam bak, Alhamdulillah kita sudah tadi malam (Selasa, 20/10/2020) sudah panen juga tiga bak, sehingga jadi tiga bak lagi yang sisa,” bebernya.
Menurut Ruslan, yang sekarang berproduksi baru 12 bak. Pihaknya saat ini sedang membuat lagi sejumlah bak. Jika jadi, pihaknya akan memproduksi 32 bak.
Untuk indukannya, pihaknya masih order dari luar. Seperti dari Aceh dan Manggar. Namun BBU yang dikelola pihaknya baru bisa mengcover sekitar 30 persen kebutuhan karena banyaknya petambak di Kaltara.
Adapun harga, Ruslan menjamin harganya lebih murah. ”Alhamdulillah kalau kita lebih murah karena kita di sisi lain bagimana menstabilkan terus di sisi lain juga kita berbisnis tapi kita di bawah pemerintah, secara otomatis kita pasti di bawah harga,” ungkapnya. (jkr-1)
Discussion about this post