TANJUNG SELOR – Kantor Perwakilan Bank Indonesia (KPwBI) Provinsi Kaltara bekerjasama dengan Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Bulungan menyelenggarakan tanam perdana padi menggunakan metode hazton, Sabtu (26/6/2021).
Ini dilakukan dalam rangka meningkatkan kapasitas produksi komoditas pangan strategis Provinsi Kalimantan Utara (Kaltara), khususnya di kabupaten tertua di Bumi Benuanta itu.
Kegiatan ini dilaksanakan di Desa Sajau Hilir, Kecamatan Tanjung Palas Timur, Kabupaten Bulungan. Bersamaan itu dilakukan juga penandatanganan Nota Kesepahaman antara KPwBI Provinsi Kaltara dan Pemkab Bulungan terkait pengembangan komoditas pertanian, perkebunan dan peternakan di Bulungan yang disaksikan juga Gubernur Kaltara Zainal Arifin Paliwang.
Berdasarkan data yang diperoleh Bank Indonesia, petani di Sajau Hilir menghasilkan padi 5 ton perhektare, hampir menyamai produktivitas nasional sekitar 5,7 ton perhektare. Namun, secara keseluruhan produktivitas padi di Bulungan rata-rata masih di angka 3 hingga 4 ton perhektare atau masih di bawah produktivitas nasional.
Kegiatan tersebut adalah salah satu upaya KPwBI Provinsi Kaltara untuk meningkatkan ketahanan pangan di daerah Bulungan dan Kaltara, serta ke depan untuk mewujudkan Kaltara sebagai daerah penyokong ibu kota Negara.
Sebelum tanam perdana ini dilaksanakan, pada tanggal 19 Juni 2021 lalu, KPwBI Provinsi Kaltara juga telah mengawali rangkaian kegiatan ini dengan penyelenggaraan sekolah lapang bagi kelompok tani di sekitar Desa Sajau Hilir, Kecamatan Tanjung Palas Timur.
Pada sekolah lapang tersebut salah seorang penemu metode hazton, Anton Komarruddin, dihadirkan sebagai narasumber dan langsung berinteraksi dengan para petani.
Berbeda dengan sistem tanam konvesional yang telah dilakukan, untuk metode hazton sendiri memiliki masa persemaian yang lebih lama, yaitu sekitar umur 25–30 hari. Selanjutnya, bibit padi tersebut ditanam hingga 25 sampai dengan 30 bibit padi perlubang tanam.
Metode padi Hazton telah sukses diterapkan di berbagai wilayah di Indonesia. Metode ini telah terbukti diberbagai daerah mampu meningkatkan 2-3 kali lipat dari produktivitas sebelumnya, sehingga diharapkan para petaniBulungan dapat mengambil contoh dan menerapkannya pada lahan pertaniannya.
Kegiatan ini dihadiri langsung oleh Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kaltara Yufrizal, Gubernur Kaltara Zainal Arifin Paliwang, Bupati Bulungan Syarwani, Wakil Bupati Bulungan Ingkong Ala, Kepala BPTP Provinsi Kaltim, Komandan Kodim 0903 Tanjung Selor, dan para kelompok tani yang berada di Bulungan.
Dalam sambutannya, Yufrizal menyampaikan bahwa pihaknya terus berupaya mendorong peningkatan kapasitas produksi beras di Kabupaten Bulungan sebagai salah satu komoditas pangan strategis Provinsi Kalimantan Utara.
“Pengembangan klaster komoditas ketahanan pangan erat kaitannya dalam rangka pengendalian inflasi. Berdasarakan Data Laporan Survei Volume Penjualan Beras Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2020 dari BPS, konsumsi beras perkapita Provinsi Kalimantan Utara adalah 5.88 kg perbulan perkapita,” beber Yufrizal.
Dengan jumlah penduduk Kaltara mencapai 742.245 jiwa (data sensus 2020) maka kebutuhan beras di Kaltara adalah 52.372 ton beras. Adapun produksi beras Kaltara pada tahun 2020 lalu 19.802 ton.
“Hal ini menunjukkan bahwa pada tahun 2020 terjadi defisit beras Kaltara yang harus dipenuhi dari pasokan luar daerah. Dengan demikian, apabila produksi tahun 2021 ini masih sama dengan tahun lalu, ditambah dengan pertumbuhan jumlah penduduk setiap tahun, maka Kaltara akan mengalami defisit beras yang cukup besar,” ungkapnya.
Dengan luas panen padi tahun 2020 lalu yang mencapai 9.883 hektare, maka apabila seluruh metode konvensional dikonversi menjadi metode hazton, dengan asumsi hasil hazton mencapai 6 – 8 ton, maka Kaltara setidaknya dapat memproduksi kurang lebih 59.298 hingga 79.064 ton pertahun gabah kering atau sekitar 34.974 sampai 46.632 ton pertahun beras.
“Dengan peningkatan produksi dari 19.802 ton menjadi 34.974 sampai dengan 46.632 ton pertahun tersebut, maka defisit komoditas beras di Kalimantan Utara dapat dikurangi hingga 15.174 s.d 26.830 ton pertahun,” tutur Yufrizal.
Lebih lanjut Yufrizal juga berharap metode ini dapat direplikasi di wilayah lainnya di Kaltara. “Kami berharap dengan adanya bukti peningkatan produktivitas budidaya menggunakan metode hazton ini nantinya, maka metode yang sama dapat direplikasi di lahan-lahan pertanian yang ada di wilayah Provinsi Kalimantan Utara untuk meningkatkan produktivitas komoditas pangan strategis Kaltara,” harapnya. (Humas KPwBI Kaltara)
Discussion about this post