TARAKAN – Wali Kota Tarakan, dr. H. Khairul, M.Kes meminta teori ilmu kesehatan dapat diterapkan juga dalam pengendalian inflasi.
Sebagai seorang dokter, Khairul menilai hal itu ada hubungannya. Misalnya perlu menjaga kestabilan tekanan darah agar kesehatan sesorang tetap terjaga.
Jika sampai turun melewati batas minimal atau justru naik melewati batas maksimal, akan membahayakan kesehatan manusia.
“Inflasi ini kan seperti tekanan darah. Kalau terlalu tinggi bahaya, terlalu rendah juga bahaya. Terlalu tinggi stroke terlalu rendah juga semaput. Teori dokter kan begitu, yang normal itu 120/80, itu yang kita jaga. Kalaupun turun ya di angka 100, jangan di bawah 100/60,” tutur Khairul.
“Sama juga kalau misalkan harga telur ayam murah, berarti ada masalah di ekonomi kita, artinya uang tidak beredar. Makanya teori dokter bisa dipakai juga di dalam ekonomi,” sambung Khairul, saat menyampaikan sambutannya pada launching Mini Distribution Center (MDC) di halaman parkir Pasar Tenguyun Tarakan Rabu (17/12/2025).
Karena itu Khairul meminta seluruh pihak terkait untuk selalu menjaga inflasi agar tetap pada range-nya. Yaitu diantara 1% hingga 3,5% year on year. Sebab jika melewati batas minimal dan maksimal, akan membahayakan perekonomian Tarakan.
Khairul mengingatkan pentingnya pengendalian inflasi untuk keberlangsungan pembangunan. Sebab inflasi sering menjadi penyebab munculnya persoalan lain.
“Pengalaman kita dan juga pengalaman di dunia bahwa sering terjadi persoalan politik dimulai dari persoalan ekonomi, persoalan perut. Kalau masyarakat sudah tidak bisa makan, harga susah, mereka sudah tidak bisa mendapatkan kebutuhan pokok, biasanya akan timbul kerusuhan sosial dan timbulah keos,” ungkap Khairul.
Menurutnya, kondisi ini pernah dialami Indonesia pada tahun 1997 hingga 1998. Di mana terjadi krisis ekonomi yang mengakibatkan kondisi politik menjadi terganggu.
Tidak hanya Indonesia, Tarakan juga pernah mengalami hal serupa. Di mana ketika ia masih menjabat Sekretaris Daerah Kota Tarakan, inflasi Tarakan sempat mencapai 11℅. Pemicunya karena persoalan kelistrikan dan air bersih.
“Tarakan dulu saya ingat waktu saya Sekda sempat 11% inflasinya. Pada saat itu harga listrik dan air. Kalau dulu masalah listrik di Tarakan luar biasa karena bisa pemadaman bergilir 3 bulan. Kalau sudah listriknya terganggu akhirnya air pun ikut terganggu. Dan dulu harga listrik kita mahal sekali. Habis itu air karena sering mati, akhirnya orang beli profil tank yang lebih mahal juga,” beber Khairul.
Selain itu, juga dipicu persoalan pangan. Karena ketika itu distribusi pangan terhambat terutama di pelabuhan. KIni berbagai hambatan yang dihadapi selama ini sudah dapat teratasi. Sehingga berdampak pada terjaganya inflasi kota Tarakan.
Ini dibuktikan dengan inflasi Tarakan selalu terjaga di angka 2,5℅ sampai 2,6% (year on year). Artinya tidak melebihi batas minim 1℅ dan batas maksimal 3,5%. (jkr)
Gubernur Lantik Denny Harianto sebagai Sekprov Kaltara
TANJUNG SELOR – Gubernur Kalimantan Utara (Kaltara) Dr. H. Zainal A. Paliwang, S.H., M.Hum secara resmi melantik H. Denny Harianto,...
Read moreDetails



















Discussion about this post