NUNUKAN – Memperingati Hari Lingkungan Hidup Sedunia, dilaksanakan Coastal Clean Up (CCU) serentak di 135 titik di 37 provinsi se-Indonesia, Sabtu (10/6/2023). Kegiatan ini merupakan program tahunan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (kLHK).
Di Kalimantan Utara (Kaltara), kegiatan bersih-bersih dilaksanakan di Pantai Mamolo, Kelurahan Tanjung Harapan, Kabupaten Nunukan.
Tema CCU tahun 2023 adalah Beat Plastic Pollution dan fokus pada upaya memerangi dan mengendalikan sampah plastik, terutama yang berada di lautan.
Dalam aksi yang dimulai pukul 07.30 WITA sampai pukul 11.00 WITA itu, peserta memungut sampah botol plastik sisa budidaya rumput laut.
Masyarakat berpartisipasi secara aktif dalam kegiatan bersih-bersih pantai. Kondisi cuaca yang gerimis tidak menjadi penghalang bagi peserta untuk giat mengumpulkan sampah yang didominasi oleh botol plastik.
Sampah yang dikumpulkan kemudian ditimbang dan diangkut menggunakan kendaraan pengangkut sampah DLH untuk dibawa ke TPA yang berlokasi tidak terlalu jauh dari pantai Mamolo. Proses pengumpulan sampah tidak berlangsung lama, hanya sekitar 1 jam.
Warga yang mengumpulkan sampah dan ditimbang memperoleh kupon dan berkesempatan untuk meraih doorprize yang telah disediakan. antusiasme warga cukup tinggi, di akhir acara sampah yang berhasil dikumpulkan mencapai 2,3 ton.
Kegiatan CCU ini merupakan bagian dari program Aliansi Kerja Bebas Sampah (Akar Basah) yang merupakan program pengelolaan sampah yang fokus pada pemanfaatan sampah plastik menjadi produk daur ulang pelampung rumput laut ramah lingkungan.
Program Akar Basah sudah dilaksanakan sejak tahun 2020 dan tahun ini memasuki tahun keempat program tersebut.
Kegiatan tersebut dibuka Bupati Nunukan, Hj. Asmin Laura Hafid, SE, MM, Ph.D itu. Sementara Menteri Lingkungn Hidup dan Kehutanan, Siti Nurbaya hadir secara virtual dari Pantai Banua Patra, Balikpapan, Kaltim.
Pertamina EP Tarakan Field juga terlibat pada kegiatan itu. Hadir manajemen PEP Tarakan Field bersama unsur Forkopimda Nunukan seperti DPRD Nunukan, Dandim 0911/Nunukan, Polres Nunukan serta Danlanal Nunukan.
Hadir juga stakeholder terkait seperti Dinas Lingkungan Hidup, Muspika, Bank Sampah Karya Bersama, Dinas Perikanan dan Asosiasi Petani Rumput Laut. Sedangkan peserta dari CCU Nunukan dari warga sekitar Pantai Mamolo serta tamu undangan.
“Tiap individu berhak atas lingkungan yang bersih, namun lingkungan Mamolo justru sebaliknya. Semangat dari kegiatan CCU ini adalah bagaimana kita masyarakat menjaga lingkungan agar bersih dan asri dari sampah plastik. Mohon peran ketua RT untuk menggerakkan masyarakat agar Bersama-sama menjaga lingkungan. Masalah lingkungan lebih kepada kesadaran diri masyarakat untuk menjaganya. Pemerintah punya banyak program terkait lingkungan dan kebersihan, tapi bila tidak ditunjang oleh kesadaran masyarakat menjadi percuma. Karena nanti yang merasakan dampak langsungnya ya masyarakat. Bersama-sama kita bersinergi mewujudkan kebersihan lingkungan terutama di wilayah Mamolo,” tutur Bupati dalam sambutannya.
Bupati juga mengapresiasi komitmen dan kontribusi PEP Tarakan Field yang nyata terhadap kesejahteraan masyarakat dan juga lingkungan, ditunjukkan dari program-program CSR-nya.
Dilaksanakannya kegiatan CCU di Pantai Mamolo karena komoditas utama Kabupaten Nunukan adalah rumput laut yang hasil panennya mencapai 3 ton setiap bulan.
Pantai Mamolo, Kelurahan Tanjung Harapan merupakan salah satu sentra penghasil rumput laut bahkan dikenal sebagai Kampung Rumput Laut Nunukan. Mayoritas masyarakat Mamolo berprofesi sebagai petani rumput laut.
Rumput laut di Nunukan masih dibudidayakan dengan cara konvensional. Yaitu diikat di tali yang disebut dengan bentangan dan disebar di lautan lepas tidak jauh dari pesisir. Agar mengapung, petani setempat menggunakan botol bekas sebagai pelampung pada bentangan mereka.
Botol bekas yang digunakan tidak memiliki masa pakai yang panjang karena mudah rusak terkena air laut. Botol bekas pelampung yang sudah rusak umumnya dibuang oleh petani di sekitar rumah mereka atau pesisir pantai. Sekitar 1,2 ton sampah plastik diproduksi dari budidaya rumput laut.
Oleh Akar Basah, sampah plastik yang berjenis HDPE itu didaur ulang menjadi pelampung rumput laut ramah lingkungan. Pelampung produksi Akar Basah digunakan oleh petani sebagai pelampung pada bentangan mereka.
Sementara itu, PJs Field Manager Ramona Ginting menjelaskan bahwa CCU merupakan bagian dari program CSR untuk mendorong kesadaran masyarakat agar memperhatikan lingkungan.
“Kegiatan CCU di Mamolo ini dilaksanakan sebagai bagian dari program CSR kami, yakni Akar Basah. Tujuan utamanya adalah untuk mendorong kesadaran masyarakat untuk lebih memperhatikan lingkungan. Manfaat dari lingkungan yang bersih tidak hanya dirasakan kita saat ini, tapi juga bagi generasi mendatang,” ujarnya.
Program Akar Basah merupakan komitmen perusahaan untuk berkontribusi pada penghidupan masyarakat dan juga pada kelestarian lingkungan.
Masyarakat Mamolo mayoritas berprofesi sebagai petani rumput laut dan merupakan penghasil sampah terbesar.
Ribuan botol plastik terbuang setiap harinya di sekitar pemukiman warga dan juga sepanjang pesisir Mamolo dan Pulau Nunukan.
Akar Basah hadir menawarkan alternatif solusi, yaitu mengganti botol plastik bekas dengan pelampung rumput laut ramah lingkungan yang lebih kuat dan dapat dipakai untuk jangka Panjang.
Akar Basah juga mengedukasi masyarakat untuk memikirkan dampak negative aktifitas budidaya rumput laut pada lingkungan. (jkr)
Discussion about this post