TARAKAN – Provinsi Kalimantan Utara (Kaltara) pada September 2022 mengalami inflasi sebesar 1,04 persen (mtm), setelah pada bulan sebelumnya mengalami deflasi sebesar 0,58 persen (mtm).
Peningkatan inflasi periode bulan lalu terutama bersumber dari Kelompok Transportasi yang dipengaruhi oleh first round effect penyesuaian harga BBM bersubsidi, ditengah penurunan inflasi pada kelompok perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar lainnya, serta berlanjutnya deflasi pada kelompok makanan, minuman dan tembakau.
“Peningkatan inflasi pada kelompok transportasi terutama dipengaruhi oleh penyesuaian harga BBM bersubsidi pada awal September yang lalu, khususnya pada komoditas perlite (0,94 persen) dan angkutan sungai, danau dan penyeberangan (0,04 persen). Penyesuaian tersebut juga mempengaruhi biaya angkutan udara dan angkutan darat,” demikian keterangan KPwBI Provinsi Kaltara dalam rilis yang diterima awak media ini.
Secara tahun kalender, inflasi IHK pada September 2022 di provinsi termuda tercatat sebesar 4,18 persen (ytd), setelah pada bulan sebelumnya tercatat sebesar 3,10 persen (ytd). Inflasi tersebut masih lebih rendah dari inflasi tahun kalender secara nasional yang sebesar 4,84 persen (ytd).
Dua kota penyumbang IHK Kaltara yaitu Tarakan dan Tanjung Selor masing-masing tercatat inflasi sebesar 0,97 persen (mtm) dan 1,32 persen (mtm). Dari total 90 Kota IHK nasional, Tarakan dan Tanjung Selor masing-masing menduduki peringkat 58 dan 22 inflasi tertinggi di Indonesia.
Sementara itu, deflasi pada kelompok makanan, minuman, dan tembakau disebabkan oleh deflasi pada beberapa komoditas, terutama pada cabai rawit (-0,16 persen), bawang merah (-0,08 persen), daging ayam ras (-0,05 persen), dan ikan bandeng/bolu (-0,02 persen).
“Berlanjutnya deflasi pada bulan September didorong telah dimulainya masa panen raya di beberapa daerah penghasil komoditas holtikultura baik secara lokal maupun diluar wilayah Kalimantan Utara,” beber KPwBI Provinsi Kaltara akan alasan terjadinya deflasi pada kelompok tersebut.
Kelompok perumahan, air, listrik, dan bahan bakar lainnya (andil 0,01 persen) mengalami penurunan tekanan inflasi sebesar 0,04 persen (mtm), lebih rendah dibanding bulan Agustus sebesar 0,23 persen (mtm).
Penurunan tekanan inflasi pada kelompok ini terutama disebabkan oleh komponen bahan bakar rumah tangga terutama pada elpiji yang pada bulan sebelumnya memiliki andil 0,03 persen menjadi 0,00 persen pada September 2022. Namun pada komponen Semen mengalami kenaikan sebesar 0,01 persen dibanding bulan sebelumnya yaitu 0,00 persen.
Merespon tekanan inflasi yang utamanya dipengaruhi oleh kondisi global akibat konflik geopolitik dunia yang Rusia – Ukraina serta pemulihan ekonomi domestik yang masih berlanjut, Bank Indonesia bersama dengan pemerintah pusat dan daerah senantiasa memperkuat sinergi dan kolaborasi yang erat dengan stakeholder, terutama dalam mendukung Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan (GNPIP) agar inflasi Kalimantan Utara tetap dapat terjaga di sasaran inflasi nasional 2022.
Pada 25 September 2022, KPwBI Provinsi Kaltara bekerjasama dengan pemerintah daerah dan OPD terkait melaksanakan Kick Off GNPIP Kalimantan Utara di Taman Berkampung, Tarakan dengan kegiatan-kegiatan yang ditujukan untuk pengendalian inflasi.
Antara lain Gelar Pangan Murah pada komoditas pangan strategis, Penandatanganan Komitmen Kerja sama Antar Daerah (KAD), pengembangan digitalisasi data dan informasi pangan strategis, serta penyerahan bantuan alat mesin pertanian dan sarana produksi pertanian.
Kegiatan dipimpin langsung Gubernur Kalimantan Utara Drs. Zainal Arifin Paliwang S.H., M.Hum yang pada even tersebut melakukan Kick Off Gerakan Tanam Sejuta Pohon Cabai Kalimantan Utara yang dilaksanakan di Juwata, Tarakan dan sedianya akan dilanjutkan di seluruh kabupaten/kota di wilayah Provinsi Kalimantan Utara.
Dengan terselenggaranya GNPIP Kalimantan Utara yang didukung oleh para pemangku kepentingan, diharapkan sinergi dan kolaborasi dalam pengendalian Inflasi di Kalimantan Utara akan semakin erat dan efektif. (*)
Sumber: KPwBI Provinsi Kaltara
Discussion about this post