TARAKAN – Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIA Tarakan semakin memaksimalkan perannya sebagai tempat pembinaan bagi Warga Binaan Pemasyarakatan (WBP), agar kembali memiliki kepribadian yang baik saat kembali ke masyarakat.
Di antaranya membekali mereka dengan keterampilan melalui program pembinaan kemandirian. Sejak beberapa tahun lalu, Lapas Kelas IIA Tarakan telah bekerjasama dengan berbagai pihak untuk melaksanakan pelatihan kepada warga binaan. Baik dengan pihak swasta maupun pemerintah daerah.
Seperti menggelar pelatihan barista dengan menggandeng narasumber berpengalaman dari cafe The Uncle.
Selain itu, juga bekerjasama dengan Pemkot Tarakan, melalui Unit Pelaksana Teknis (UPT) Lembaga Latihan Kerja (LLK), untuk berbagai program kegiatan. Seperti menjahit, menyablon, mengelas, membuat mebeler, membuat kue, membuat kerajinan tangan (hand scrub) dan lain-lain.
“Dengan adanya keterampilan ini, harapan kita para warga binaan, setelah bebas, mungkin sudah membuat usaha sendiri di luar. Jadi tidak hanya mengingat kejadian masa lalu dia yang kurang baik. Kebanyakan warga binaan ini kan faktor ekonomi masuk ke sini. Dengan adanya usaha begini ekonomi mereka mungkin terbantu di luar,” ujar Kepala Seksi (Kasi) Kegiatan Kerja Lapas Kelas IIA Tarakan, Andhika Abrian.
Lapas Tarakan terbuka bagi semua warga binaan yang ingin mengikuti pelatihan. Mereka nantinya diseleksi dengan mempertimbangkan masa hukuman, berkelakuan baik dan punya komitmen untuk disiplin.
Dari mengikuti pelatihan, mereka mendapatkan sertifikat yang bisa digunakan untuk mencari pekerjaan jika telah bebas.
Kini, hasilnya telah bisa dirasakan. Lapas Kelas IIA Tarakan sementara ini memfasilitasi mereka untuk mengelola usaha di Lapas Tarakan. Ada 55 warga binaan yang diberdayakan untuk turut mengelola berbagai usaha.
Seperti membuka warung kopi Buih, warung bakso Lamok, menyablon kaos, menjahit, membuat kerajinan tangan dan lain-lain.
Bahkan, Andhika mengakui, untuk warung kopi Buih dan warung bakso Lamok, paling laris di antara usaha lainnya. Karena banyak yang memesan baik warga binaan maupun pengunjung yang datang. Bahkan bisa dipesan juga oleh warga di luar Lapas Tarakan melalui aplikasi ojek online seperti Gojek dan Grab.
Selain itu, pihaknya juga terkadang memenuhi undangan jika ada instansi yang mengadakan kegiatan. Seperti belum lama ini membuka stand warung kopi pada kegiatan Ombudsman Perwakilan Kaltara.
Sedangkan untuk pemasaran kue dan kerajinan tangan, pihaknya mendapatkan stand khusus di UMKM Center milik Pemkot Tarakan. Pihaknya juga membuka pesanan bagi warga yang ingin memesan mebeler seperti kursi dan lain-lain. Khusus kue, pemesannya sudah sampai di Kaltim.
Dari usaha ini, warga binaan mendapatkan penghasilan 50 persen dari keuntungan yang diperoleh yang dimasukkan dalam tabungan dan bisa diambil ketika telah bebas. Sedangkan sisanya digunakan untuk modal melanjutkan usaha.
Selain itu, melalui usaha ini, warga binaan juga turut berkontribusi dalam pembangunan. Karena sebagian dari penghasilan disetor ke kas negara sebagai Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP).
“Sesuai peraturan, keuntungan yang kita berikan 50 persen dari laba berupa tabungan. Sisanya kita setorkan ke negara,” tuturnya.
Melalui pembinaan yang dilakukan, sekaligus menghilangkan kesan menakutkan jika masuk di Lapas Tarakan. Andhika memastikan, kondisi di Lapas Tarakan sangat kondusif dan jauh dari kesan menyeramkan.
“Kalau dulu mungkin kesannya seram, ganas-ganas orang di penjara. ternyata tidak,” ungkapnya.
Kepala Lapas Kelas IIA Tarakan, Mohammad Ridwantoro mendukung penuh kegiatan yang dilakukan untuk pembinaan warga binaan.
“Saya mendukung saja untuk kegiatan yang positif di Lapas Tarakan. Mudah-mudahan bisa berkembang terus. Warga binaan juga bisa keluar untuk keperluan pribadi atau masyarakat,” tuturnya. (jkr)
Discussion about this post