TARAKAN – Rukyatul hilal turut dilakukan Kantor Wilayah (Kanwil) Kementerian Agama (Kemenag) Kalimantan Utara (Kaltara) yang dipusatkan di Taman Berlabuh, Tarakan, Rabu (22/3/2023).
Pemantauan hilal menjelang Maghrib itu disaksikan juga Wali Kota Tarakan, dr. H. Khairul M.Kes, Plt. Kepala Kantor Kemenag Tarakan, Ketua MUI Tarakan, Kepala BMKG Tarakan dan pimpinan ormas Islam di Tarakan.
Dari hasil pantauan dengan menggunakan alat teropong dari BMKG Tarakan maupun teodolit dari Kantor Kementerian Agama Tarakan, pemantauan hilal terlindung awan.
“Di ufuk kita lihat masih ada awan. Ini juga kendala yang bisa menghambat terlihatnya hilal,” ujar Kepala BMKG Tarakan, M. Sulam Khilmi kepada awak media.
Selain itu, lokasi memantau hilal, dinilai Sulam Khilmi, lebih rendah dari ufuk. Ini juga kendala.
“Tempat kita memantau ini lebih rendah daripada ufuk. Yang ideal sebenarnya sama,” ungkapnya.
Namun, dari pemantauan BMKG, diperkirakan ketinggian hilal saat matahari terbenam sudah mencapai 7 derajat, 54 menit. Artinya, sudah masuk bulan baru atau bulan Ramadan.
Wali Kota Khairul juga membenarkan bahwa tempat pemantauan menjadi salah satu kendala. Karena terlindung pulau Kalimantan.
“Kita di Tarakan dan Kaltara, titik pengambilan selalu terhalang dengan Pulau Kalimantan besar. Kalau kita melihat di mana terbenam matahari lalu muncul bulan ke arah barat, pas kena Pulau Kalimantan besar,” ujar Wali Kota kepada awak media.
Namun dari pemantauan BMKG, posisi hilal pada Rabu sore, sudah mencapai 7 derajat sehingga menurut Wai Kota, mestinya bisa dilihat.
Ke depan, ada rencana memantau hilal dari tempat yang lebih tinggi. Seperti di gedung bertingkat. Namun, rencana itu masih dikaji terutama lokasi yang pas untuk memantau.
“Tim dari Kanwil Kementerian Agama dan BMKG nanti ada beberapa alternatif. Salah satunya digedung gadis (gabungan dinas), bisa juga di Hotel Swiss-bel, kita cari gedung-gedung tinggi, tapi disurvei semua dulu,” ungkap Wali Kota.
Kepala Bidang (Kabid) Haji dan Bimas Kanwil Kemenag Kaltara, H.M. Saleh membenarkan terlindungnya hilal.
“Hampir sama dengan tahun-tahun kemarin tidak bisa dilihat karena kondisi geografis kita tidak memungkinkan,” ujar Muhammad Saleh.
Meski demikian, pihaknya tetap melaksanakan karena instruksi dari Kantor Kementerian Agama. Pemantauan hilal sendiri dilakukan serentak di 99 titik di Indonesia.
Pihaknya pun menyerahkan kepada Kantor Kementerian Agama untuk menentukan 1 Ramadan 1444 Hijriah melalui sidang isbat. (jkr)
Discussion about this post