TARAKAN – Meski mampu mengendalikan inflasi pada tahun 2022, Kalimantan Utara (Kaltara), terutama Kota Tarakan, tetap harus mewaspadai potensi kenaikannya di tahun ini. Terutama dari kelompok volatile food. Seperti cabai rawit dan sayur-sayuran.
Pasalnya, Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kaltara Wahyu Indra Sukma memperkirakan, cabai rawit dan sayur-sayuran masih menjadi komoditi yang berpotensi menyumbang inflasi tinggi.
Bukan tanpa alasan. Kondisi geografis Tarakan yang hanya berupa pulau dengan luas wilayah terbatas, masih bergantung juga pada pasokan dari luar daerah.
“Cabai rawit dan sayur-sayuran prediksi kita. Itu termasuk komoditas volatile food. Sehingga mau enggak mau dia sangat bergantung pasokan dari dalam sendiri dan pasokan dari antar daerah,” ujarnya kepada awak media, beberapa hari lalu.
Selain itu, cuaca juga menjadi salah satu faktornya. Di mana fenomena La Lina yang diperkirakan masih terjadi tahun ini, bisa berdampak kurang baik pada hasil pertanian hingga pendistribusiannya.
“Isu faktor cuaca di tahun 2023 ini, ada La Nina dan sebagainya akan sangat berdampak pada yang memproduksi, termasuk juga nanti berdampak terhadap distribusinya. Jadi perlu diwaspadai,” tuturnya.
Untuk mengantisipasi itu, Indra -sapaan akrabnya- menyarankan agar Pemerintah Daerah terus menggalang kerja sama antar daerah. Karena ia menilai, hingga saat ini belum ada daerah yang mampu memenuhi kebutuhannya sendiri.
“Perlu kerja sama antardaerah karena hampir tidak ada daerah itu yang bisa memenuhi kebutuhan daerahnya sendiri, harus kerja sama,” sarannya.
Selain itu, memanfaatkan pekarangan rumah dengan menanam tanaman yang berpotensi menyumbang inflasi seperti cabai rawit dan sayur-sayuran, juga menjadi salah satu cara untuk mengatasi laju inflasi.
“Kita berharap semua orang menyadari kebutuhan sehari-harinya. Misalnya dia butuh cabai, atau butuh sayur-sayuran, dia bisa menanam sendiri, dia bisa memenuhi sendiri, harapan kita pasokannya terjaga, harganya stabil, pada akhirnya inflasinya terjaga,” harapnya.
Saat ini, sejumlah intansi di Tarakan mulai menggalakkan gerakan menanam cabai di pekarangan. Seperti yang dilakukan Kelompok Wanita Tani (KWT) Binaan Kodim 0907/Tarakan yang menanam cabai rawit di lahan kosong Mako Kodim 0907/Tarakan.
Indra menilai, cara itu berdampak baik dalam pengendalian inflasi di Tarakan. Namun, pihaknya masih butuh kajian mendalam terkait sebesar apa dampak yang dihasilkan dari upaya tersebut.
“Setidaknya apa yang kita lihat dengan gerakan menanam cabai di pekarangan, terus semua pemerintah dalam koordinasi TPID, trennya (inflasi) menurun, bahkan secara rata-rata inflasi Tarakan, ketika semuanya tinggi, kita termasuk terendah. Artinya pengendalian inflasi di sini, berjalan cukup baik,” tuturnya. (jkr)
Discussion about this post