Hari ini, 17 November 2022, Deddy Yevri Hanteru Sitorus berulang tahun ke-52. Anggaplah tulisan ini sebagai hadiah dari saya. Tapi hadiah kecil ini akan saya berikan untuk Ida Suryani, istrinya. Kok bisa?
Bagi politisi, usia 50 tahun adalah golden age. Seperti buah mangga, lagi ranum-ranumnya. Begitu pula Deddy Sitorus. Ia semakin matang. Tenang dan mampu menunjukkan kemampuannya menembus jagad politik papan atas.
Tidak banyak politisi new comer punya kemampuan seperti Deddy. Saya memberikan contoh satu saja. Deddy Sitorus kerap menjadi juru bicara atau juru debat dalam talk show papan atas ILC. Dia bicara mewakili partainya PDI Perjuangan.
Padahal, banyak sekali anak buah Megawati Soekarnoputri yang jago-jago. Tapi Deddy yang terpilih. Itu menandakan dia berkualitas. Retorikanya, pilihan diksinya mampu mewakili sikap PDI Perjuangan terhadap satu isu.
Saya meyakini, kemampuannya itu didapat dari seorang teman debat yang andal. Yah, siapa lagi kalau bukan Ida Suryani.
Ibu tiga anak ini bukan istri biasa. Yang hanya mengurus rumah dan tangga. Dia juga menjadi teman diskusi. Dia menjadi rem, saat Deddy terlampau laju. Sesekali, Ida yang menginjak gas, ketika suaminya mulai kendor.
Siapa Ida Suryani? Sarjana ekonomi UGM ini lahir di Ambon Maluku, 46 tahun lalu. Ayahnya seorang hakim.
“Hakim itu tugasnya pindah-pindah. makanya aku lahir di Ambon waktu Papa tugas disana,” kata Ida memulai kisahnya.
Tidak hanya Ambon dan Tual. Setiap 5 tahun sekali Ayahnya berpindah tugas. Mulai Sulawesi, Sumatera, Jawa hingga Kalimantan.
“Cuma Papua yang belum pernah. Habis Papa nolak, kalau mau dipindah ke Papua. Apalagi dulu belum kondusif,” lanjutnya.
Makanya Ida sangat familiar dengan suasana sidang pengadilan. Betapa tidak, hampir setiap hari Ia nongkrong di pengadilan. Duduk di pojok ruang sidang, sambil mengerjakan PR. Menyaksikan Ayahnya mengadili orang.
“Aku sudah biasa melihat terdakwa. Ada yang pura-pura gila. Tiba-tiba religius. Pokoknya serulah,” katanya sambil tertawa.
Uniknya, saat melanjutkan kuliah, Ida tidak mengambil jurusan hukum. Ia malah memilih akutansi. Itu karena orang tuanya membebaskan anak-anaknya memilih masa depan. Tidak ada paksaan mengikuti jejak orang tuanya.
Tapi keluarga ini akhirnya ada yang mengikuti jejak sang ayah menjadi hakim.
“Adik ku perempuan sekarang jadi hakim. Tugasnya di PN Cirebon. Untunglah dia bisa meneruskan jejak Papa,” lanjutnya.
Ida mengakui, Ia memiliki karakter tidak tegaan. Mungkin ini akibat sering melihat sidang di pengadilan. Ia mengaku tidak sampai hati menyaksikan orang yang mengiba-iba sambil menangis.
“Kalau aku jadi hakim pasti banyak terdakwa yang ku bebaskan,” kata Ida sambil tertawa.
Makanya Ida serius menjadi akuntan. Setelah lulus, Ia bekerja di kantor akuntan publik sebagai auditor. Hingga akhirnya diterima di World Bank. Untuk memperdalam ilmunya Ia juga kuliah S2 Master Business Administration Major International Finance di Universitas Gajah Mada.
Setelah itu, Ida bekerja di United Nations Development Programme (UNDP) Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB).
“Pernah juga di World Bank Programme dan USAID Programme. Sampai akhirnya, kerja di Kedutaan Besar Inggris.” tuturnya.
Saya sempat mengira Ida adalah seorang wanita Jawa. Tutur katanya lembut. Wajahnya pun tak mencirikan perempuan Batak. Rupanya Ia Batak tulen. Bermarga Nainggolan.
Tapi, Ida begitu kontradiktif dibandingkan suaminya. Deddy terkesan keras. Terdengar dari intonasi suaranya. Itulah mungkin pasangan ini saling melengkapi. Ida sebagai penyejuk saat hati suaminya gundah gulana. Dan cendrung mengalah.
Sikap ini Ida tunjukkan saat mendapat beasiswa sekolah di luar negeri. Ia ingin sekali mengambil kesempatan itu. Namun, disaat bersamaan Deddy Sitorus juga memperoleh beasiswa di Inggris. Nah, bingunglah mereka. Apalagi saat itu, punya dua anak kecil. Akhirnya, Ida yang mengalah. Dia memilih mengubur impiannya demi suami dan anaknya.
Begitu pula ketika Deddy Sitorus gagal saat pertama kali ikut pertarungan legislatif di Riau. Kala itu, bersama anak-anaknya, Ida menemani suaminya mencari suara. Sayang, dikesempatan pertama itu Deddy Sitorus gagal. Pengalaman yang sungguh sangat menyakitkan. Keluarga kecil ini terpukul. Tapi sebagai istri, Ida terus memompa semangat suaminya.
Kiprah Deddy di dunia politik terus berlanjut meski tak lolos ke Senayan. Ia malah dipercaya masuk dalam tim pemenangan Joko Widodo periode pertama. Setelah Jokowi menang, Deddy direkrut menjadi Staf Ahli Menteri BUMN Rini Sumarno. Ia juga diangkat menjadi Komisaris disejumlah BUMN.
Akhirnya masuk waktu kampanye. Trauma di Riau sudah sirna. Deddy Sitorus pun ditunjuk untuk ikut bertarung memperebutkan kursi DPR RI Dapil Kalimantan Utara.
Ida Suryani juga kembali turun gunung. Ia ikut mendampingi suaminya. Kampanye dari desa ke desa di pedalaman. Usaha memang tidak menghianati hasil. Hampir satu tahun lebih bolak-balik Jakarta-Kaltara dia lakoni. Ikut mengorganisir relawan. Membangun jaringan dan yang paling utama adalah mendampingi suaminya. Mempersiapkan seluruh tetek-bengek. Mulai makanan, suplemen, pakaian hingga membuat agenda.
Makanya jangan heran, popularitas Ida nyaris sejajar dengan Deddy Sitorus. Ia sangat dikenal di kantong-kantong suara Deddy.
Setelah terpilih pun, Ida tetap menemani Deddy dalam kunjungan Dapil. Saya melihat sendiri, Ida tergopoh-gopoh mencari tempat yang nyaman untuk mengikuti zoom meeting kantornya. Atau saat Deddy menemui warga Ia kerja di mobil.
Itulah caranya membagi waktu. Tetap bekerja sambil mendampingi suaminya. Apakah itu kemauan Deddy Sitorus? Ida mengakui iya. Tapi, mendampingi suami saat kunjungan kerja di Dapil adalah perintah Ketua Umum PDI Perjuangan.
“Ibu Mega menyampaikan itu saat mengumpulkan istri-istri anggota DPR RI yang baru. Tugas kami selain mendampingi juga diminta untuk memperkenalkan partai,” jelasnya.
Makanya tak jarang, Ida juga membuat postingan terkait agenda kerja Deddy Sitorus di Dapil.
“Kami para istri juga dipantau partai,” uangkapnya.
Satu lagi pesan Megawati yang selalu diingat Ida. Apa itu? Soal penampilan. Megawati tidak ingin istri anggota DPR RI hidup glamour. Pakai tas branded atau mengenakan barang-barang mewah.
Ketua Umum PDI Perjuangan itu tak ingin penampilan istri wakil rakyat malah tidak merakyat.
“Ibu Mega kadang menegur di depan umum kalau ada teman-teman pakai tas branded. Beliau mengingatkan, bahwa PDI Perjuangan adalah partai wong cilik. Harus bisa menyesuaikan dengan kondisi rakyat,” ucapnya.
Itulah Ida Suryani. Penampilannya selalu sederhana. Pakai celana jeans, t-shirt plus topi New Yorkers. Kalau berada ditengah-tengah warga desa, kita tak bisa membedakannya.
Tapi jangan ditanya perannya. Saya menjulukinya, anggota DPR RI kursi ke 4 Dapil Kaltara.
Selamat ulang tahun Deddy Sitorus. Tulisan ini adalah hadiah untuk Ida Suryani. (pai)
Discussion about this post