KRAYAN – Batu Ruyud Writing Camp (BRWC) I merupakan ajang literasi penting Kalimantan Utara (Kaltara) dengan menghadirkam para pegiat literasi nasional yang akan mengeksplorasi serta menjelajahi misteri perbatasan sesuai latar belakang serta kepakaran masing-masing.
Seturut dengan tema kegiatan literasi “Menjelajahi Misteri Perbatasan”, selama ini keunikan wilayah perbatasan jarang terekspos di tingkat nasional. Perbatasan juga belum dianggap sebagai kekayaan nasional yang memiliki pesonanya sendiri, karenanya belum menjadi isu nasional yang menarik untuk dibicarakan.
BRWC I dibuka secara resmi Jumat (28/10/2022) bertepatan dengan Peringatan Sumpah Pemuda, sekaligus peresmian prasasti literasi Batu Ruyud dan mengumandangkan Sumpah Literasi untuk Indonesia sebagai tonggak dimulainya kegiatan literasi di tanah Kalimantan, khususnya Kalimantan Utara.
Selama kurang lebih delapan hari, para pegiat literasi dari berbagai latar belakang dan keahlian itu berada di perbatasan Kalimantan-Malaysia, tepatnya di Ba’ Binuang, Kecamatan Krayan Tengah, Kabupaten Nunukan.
Dalam menggali potensi perbatasan, mereka berinteraksi dengan warga setempat membicarakan berbagai hal, khususnya kehidupan berbangsa dan bertanah air di wilayah yang berbatasan langsung dengan negeri jiran Malaysia. Hasil selama berliterasi di perbatasan adalah buku yang akan mereka tulis sesuai minat dan kepakaran.
Dr. Yansen TP, M.Si selaku penggagas acara ini mengatakan, perbatasan ini banyak dibicarakan, sering dibahas, tetapi tidak banyak yang tahu seperti apa kondisi sebenarnya di sana. Bahkan adanya tiga desa milik Indonesia yang diklaim sebagai wilayah Malaysia, kata Yansen, tidak menjadi isu nasional dan tidak ada penyelesaiannya sampai sekarang.
“Saya berharap, kegiatan Batu Ruyud Writing Camp ini membuka mata para pemangku kebijakan di manapun mereka berada, juga membuka pikiran seluruh rakyat Indonesia, bahwa wilayah perbatasan seperti di Krayan Tengah ini masih menyisakan misteri,” kata Yansen.
“Nantinya para peserta yang ikut kegiatan literasi Batu Ruyud Writing Camp ini bisa melihat langsung kondisi perbatasan sekaligus menghasilkan karya tulis dan fotografi yang bisa dilihat khususnya oleh para pengambil keputusan tingkat Pusat,” lanjut penulis tujuh judul buku yang juga Wakil Gubernur Kaltara ini.
Pesta literasi rakyat ini bukan sekadar “writers festival” seperti di Ubud atau di Makassar, melainkan pesta rakyat perbatasan di Krayan Tengah yang berbatasan langsung dengan Sarawak, Malaysia, di mana selain menjadi peserta, rakyat yang sudah melek literasi juga menjadi narasumber bagi para pegiat literasi yang menyemarakkan BRWC I ini.
Pesta literasi rakyat cocok disematkan untuk acara yang direncanakan diselenggarakan secara tahunan ini karena peserta terbanyak justru masyarakat Krayan Tengah sendiri. Mereka akan mengikuti beragam acara; mulai pelatihan menulis, workshop profesi, pendampingan, hingga diskusi tak kenal waktu selama tujuh hari tujuh malam.
Sebanyak 11 penulis dan pegiat literasi yang berasal dari Jakarta, Yogyakarta, Solo, Bogor, Tangerang, Serang, dan Pontianak, hadir sebagai mentor sekaligus peserta BRWC. Dari mereka inilah diharapkan hadir berbagai judul buku yang merupakan hasil penjelajahan di perbatasan.
Hadir pula “empat serangkai” pegiat literasi, yaitu Yansen TP, Masri Sareb Putra, pria asal Jangkang Kalimantan Barat penulis 110 judul buku, Pepih Nugraha mantan wartawan Kompas, pendiri Kompasiana, kelahiran Tasikmalaya yang sudah menghasilkan 9 judul buku, dan Dodi Mawardi penulis buku laris Gramedia yang telah menghasilkan lebih dari 75 judul buku.
Penerbit Elex Media Komputindo (Gramedia Group) turut memeriahkan acara ini dengan menyumbangkan sejumlah ratusan buku baru bagi warga setempat. Selain pegiat dan pelaku literasi, BRWC I juga dimeriahkan pentas kuliner, seni, dan budaya Dayak Lundayeh, termasuk penampilan spesial seniman dan budayawan Dayak Lundayeh, Ellyas Yesaya.
Beberapa lokasi dan produk khas Krayan Tengah seperti batu peneropong musim, misteri jejak peradaban manusia sungai Krayan, sumber alami garam gunung, minyak ulat Klantang, padi Adan, sumber air dari batang pohon, dan kehidupan manusia perbatasan, siap dijelajahi seluruh peserta. (*)
Discussion about this post