TARAKAN – Majelis Ulama Indonesia (MUI) Tarakan merespon cepat keresahan masyarakat Tanjung Pasir akan dugaan adanya kelompok lesbian di wilayah itu.
Sebelumnya, informasi itu diketahui setelah warga Tanjung Pasir, Kelurahan Mamburungan resah karena menduga ada kelompok lesbian di wilayahnya.
Warga kemudian melakukan rembuk bersama pada Jumat (24/6/2022) untuk menolak kehadiran sekelompok tersebut.
Mendengar informasi tersebut, MUI Tarakan melakukan kunjungan ke lokasi yang dimaksud pada Senin (27/6/2022) sore.
Dipimpin Ketua MUI Tarakan K.H Muhammad Anas, organisasi ulama di Bumi Paguntaka itu berdiskusi dengan perwakilan warga dan kelompok yang diduga lesbian di salah satu masjid di Tanjung Pasir, Kecamatan Tarakan Timur.
Dari hasil kunjungan itu, diantara hasilnya, MUI Tarakan merekomendasikan kepada Pemerintah Kota (Pemkot) dan kepolisian untuk mengambil sikap tegas dalam menyikapi keresahan warga.
“Rekomendasi Kami nanti kepada Pemkot sama kepolisian untuk mengambil sikap-sikap yang tegas,” ujar Dewan Pertimbangan MUI Tarakan H. Syamsi Sarman kepada awak media, ditemui usai pertemuan.
Sikap tegas yang dimaksud, dicontohkan pria yang juga Ketua menjabat PW Muhammadiyah Kaltara ini, seperti mengumpulkan sekelompok orang yang diduga lesbian, guna dimintai keterangan benar atau tidaknya dugaan masyarakat, serta dicarikan solusinya.
Pemerintah dan kepolisian dinilai Syamsi Sarman, lebih punya kewenangan untuk mengumpulkan mereka dibandingkan MUI. Sehingga dengan kewenangan itu, kelompok yang diduga lesbian serta warga Tanjung Pasir bisa memenuhi undangan untuk datang.
Dari pertemuan itu nanti, bisa diberikan pencerahan agar mereka sadar. Pemkot Tarakan juga bisa mengundang MUI untuk memberikan pembinaan dari sisi agama, kepolisian untuk menerangkan dari aspek hukum maupun dokter kejiawaan dari aspek rehabilitasinya.
MUI sendiri, menurut Syamsi Sarman, siap membantu penanganan mereka, termasuk anggaran untuk rehabilitasi.
“Kalau dia (kelompok diduga lesbian) sudah ada kemauan saya kira kita dukung itu. Soal biaya nggak usah takutlah, InsyaAllah kami akan bantu,” tegasnya.
MUI merespon cepat persoalan ini karena informasi yang diperoleh, kelompok ini terus bertambah jumlahnya dan kini mencapai di atas 50 orang. Hal ini menjadi penyakit dan jika dibiarkan akan menular ke orang lain.
“Nah kalau ini kita biarkan yang pertama dia akan menular. Biasanya kalau sudah korban pasti akan mencari korban lagi. Kalau dia sudah pernah diperlakukan katakanlah pelecehan seksual, dia akan mencari korban berikutnya,” ungkap Syamsi Sarman.
“Yang kedua, kenapa di sini bisa lebih banyak? Saya mencurigai ini komunikasi dari mulut ke mulut. Jadi mereka akan berkomunikasi hey di sini enak nih, di Tanjung Pasir kita aman di sini, banyak kelompok kita sini, akhirnya yang di kota-kota, yang berhambur, kumpul di sini,” lanjutnya.
Rekomendasi lainnnya, MUI juga meminta masyarakat Tanjung Pasir untuk tidak main hakim sendiri dalam menyikapi persoalan ini.
“Karena ini sudah terlalu banyak, 50an saya dapat infonya, jangan sampai masyarakat main hakim sendiri, itu bahaya juga. Seperti tadi kita sudah dengar ada pak RT yang harus diusir, segala macam, sementara pembuktiannya agak sulit,” pintanya.
Sementara itu, salah satu warga yang diduga kelompok lesbian mengaku siap direhabilitasi agar penampilan dan sikapnya kembali kepada kodrat wanita.
“InsyaAllah kami siap terima rehabilitasi,” ujarnya wanita yang enggan disebutkan namnya.
Namun, ia membantah dengan hal yang disangkakan kepadanya. Ia perlu bukti terhadap dugaan tersebut.
“Saya pribadi hampir 7 tahun, aku enggak pernah melakukan seperti itu, itu pun aku tinggal sama sepupu, kalau begini kan sudah dianggap jelek. Tapi saya bisa menjamin, insya Allah saya bisa menjamin,” bantahnya yang enggan disebutkan namanya.
Wanita itu menyadari perbuatan tersebut dilarang agama. Namun, menurutnya berpenampilan tomboy tidak lantas menandakan sifat mereka juga ikut jelek.
Di sisi lain, ia perlu bukti akan dugaan masyarakat, apakah benar yang dilihat melakukan hal itu adalah dirinya, atau orang luar.
“Penampilan kan tidak mencerminkan jelek. Siapa tahu penampilan saja begitu. Tapi kan namanya kita tomboy dipandang jelek,” ungkapnya. (jkr)
Discussion about this post