TARAKAN – Umat Islam berbondong-bondong mendatangi lokasi pelaksanaan sholat Idulfitri 1443 Hijriah, Senin (2/5/2022). Termasuk di Tarakan, Kalimantan Utara (Kaltara).
Wali Kota Tarakan dr. H. Khairul M.Kes beserta keluarga melaksanakan sholat Idulfitri di halaman SD Negeri 024, Kampung Bugis, Kelurahan Karang Anyar, Kecamatan Tarakan Barat.
Di lokasi itu, Wali Kota sholat Idulfitri bersama jamaah Masjid Nurul Iman yang merupakan warga dari sejumlah Rukun Tetangga (RT) di sekitarnya.
Salat Idulfitri dilaksanakan sekira pukul 07.00 WITA. Bertindak sebagai imam sekaligus khatib adalah Wali Kota Tarakan.
Dalam khutbahnya, Wali Kota menilai bahwa bulan Ramadhan telah mendidik umat Islam akan banyak hal, agar kelak menjadikan pribadi bertakwa yang akan menghasilkan efek sangat kuat, bukan hanya untuk diri sendiri, tetapi juga untuk masyarakat sosial.
“Ramadhan merupakan arena kita berlatih menahan diri dari segala macam godaan material yang bisa membuat kita lupa diri, diwujudkan dalam bentuk larangan dalam hal-hal yang sebelumnya halal seperti makan dan minum,” ujar Wali Kota.
Selayaknya siswa sekolah yang mendapatkan rapor setelah melewati masa-masa krusial ujian, demikian pula orang-orang yang berpuasa. Setelah melewati momen puasa 1 bulan penuh, umat Islam berhak mendapatkan hasilnya.
Jawabnya tidak lain adalah predikat takwa sebagaimana firman Alllah Subhanahu Wa Ta’ala dalam Qur’an Surat Al-Baqarah ayat 183.
Takwa merupakan standar paling tinggi tingkat kemuliaan manusia. Bukan orang yang paling tinggi jabatannya, bukan pula orang yang paling kaya.
Dalam kontek puasa Ramadhan, tentu takwa tidak bisa digapai hanya dengan sebatas menahan lapar dan dahaga saja, ada hal lebih substansial yaitu menahan syahwat dan hawa nafsu. Lantas apa ciri-ciri orang yang bertakwa?
Sebagaimana dijelaskan dalam Al-Qur’an Surat Ali Imran ayat 134, ciri-ciri orang bertakwa di antaranya orang-orang yang menafkahkan sebagian hartanya baik pada saat senang maupun susah.
“Orang yang bersedekah pada saat senang itu biasanya gampang, tetapi yang susah biasanya kita bersedekah itu adalah pada saat kita susah karena kita sendiri juga membutuhkan. Tetapi di sinilah kita diuji ketakwaan kita, pada saat kita bisa sedekat saat senang dan susah, itulah salah satu tanda ketakwaan,” beber Wali Kota.
Kedua, adalah orang-orang yang mampu menahan amarahnya. Marah merupakan manusiawi, tapi orang-orang yang bertakwa tidak akan mengumbah marah begitu saja.
“Selayaknya seorang yang bertakwa, semestinya mampu menyembunyikan panas di dadanya, sehingga orang-orang disekitarnya tidak tahu ia sedang marah. Bisa jadi ia tetap marah, namun ketakwaaan mencegahnya melancarkan itu karena tahu mudharat yang bakal ditimbulkan,” tutur Wali Kota.
Ciri ketiga orang bertakwa adalah memaafkan kesalahan orang lain. Sepanjang Ramadhan, umat Islam paling dianjurkan memperbanyak permohonan maaf kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala.
“Maaf merupakan sesuatu singkat namun bisa sangat berat karena persoalan ego, gengsi dan unsur-unsur nafsu lainnya. Sempurnalah ketika kita usai membersihkan diri dari kesalahan-keselahan kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala, selanjutnya kita saling memaafkan kesalahan masing-masing di antara manusia,” ungkap Wali Kota.
Di luar ketiga ciri takwa tersebut, hal paling utama setelah bulan Ramadhan, adalah mempertahankan konsistensi pasca Ramadhan. Sebagai madrasah tempat melatih diri, maka sejatinya tantangan besar yang dihadapi umat Islam yang berpuasa adalah mempertahankan apa yang sudah dilatih selama bulan Ramadhan dan secara konsisten mempertahankannya di luar Ramadhan. (jkr)
Discussion about this post