TARAKAN – Rektor Univesitas Borneo Tarakan (UBT) Prof Adri Patton mengapresiasi komitmen Presiden Joko Widodo yang merealisasikan salah satu Nawacitanya, yakni membangun Indonesia dari pinggiran.
ia menilai, dampak dari program tersebut, UBT telah banyak mendapatkan perhatian dari Pemerintah Pusat. Di antaranya dibangun sejumlah gedung untuk mendukung aktivitas perkuliahan di universitas negeri terbesar di Kaltara itu.
“Selaku rektor, mas Menteri, kami mengucapkan terima kasih kepada komitmen pak Joko Widodo dengan Nawacita yang ketiga membangun Indonesia dari pinggiran, ternyata sejak tahun 2017, kami diberikan hadiah yang luar biasa. Dimana ada tiga gedung, Alhamdulillah sekarang sudah berdiri, Fikes, FKIP dan laboratorium teknik,” ujar Adri Patton.
Tidak hanya itu, dalam perjalanannya, UBT kembali dibangunkan lagi gedung laboratorium dan perkuliahan terpadu serta gedung laboratorium sentral ilmu hayati. Sebelum hadirnya gedung ini, Adri Patton mengakui proses perkuliahan mahasiswa UBT terpaksa terpencar.
“Oleh karena itu sekali lagi kami mengucapkan terima kasih dengan komitmen pak Jokowi dan itu diimplementasikan melalui mas Nadiem Makarim selaku Mendikbudristek,” ungkapnya.
Mantan Sekretaris Daerah (Sekda) Malinau ini juga menyampaikan perjalanan UBT untuk bisa membuka prodi fakultas kedokteran.
“Ketika pak Gubernur menginstruksikan supaya bagaimana UBT ini memiliki fakultas kedokteran, itu adalah mimpi besar kami pak, di saat kami dilantik pada tanggal 22 Maret 2017,” beber Adri Patton.
Menindaklanjuti instruksi Gubernur Kaltara itu, ia bersama Wali Kota Tarakan dr. H. Khairul M.Kes berkonsultasi ke Konsil Kedokteran Indonesia ketemu dengan Prof Ikrar Taruna.
“Waktu itu program untuk fakultas kedokteran dimoratorium sehingga dari kunjungan kami, kami diberikan waiting list nomor 14,” tuturnya.
Hasil pertemuan di Jakarta dilaporkan kembali Gubernur Kaltara. Ditindaklanjutilah dengan mengagendakan pertemuan dengan Mendikbudristek untuk memperjuangkan hadirnya fakultas kedokteran karena Kaltara sebagai daerah perbatasan masih banyak membutuhkan tenaga dokter.
“Setelah kami siap, kami berkunjung, langsung diterima mas Nadiem bersama Pak Dirjen, Alhamdulillah mas Menteri kalau saya lihat-lihat, gesturnya, cara bahasanya, mengiyakan fakultas kedokteran untuk dibuka, ini masih filling pak,” ungkapnya.
Benar saja, tiga minggu kemudian ia mendapat surat penugasan bersama Rektor Univesitas Bangka Belitung dan Rektor Universitas Sulawesi Barat untuk pembentukan fakultas kedokteran.
Ia pun langsung membentuk tim akselerasi yang menggandeng semua pihak terkait. Seperti kepala daerah maupun rumah sakit. Pihaknya juga telah melaporkan semua persyaratan yang hampir terpenuhi.
Namun, diakui juga Adri Patton, ada beberapa permasalahan yang dihadapi. Pertama, semua dosen di rumah sakit umum di Kaltara berkenan menjadi dosen.
“Hanya saja, ada hal yang mungkin perlu diberikan afirmasi, kebijakan khusus melalui mas Menteri, kepada dokter-dokter yang ada di rumah sakit untuk bisa mengajar tanpa harus pindah homebase dari rumah sakit ke UBT. Tapi Alhamdulillah sekarang ini sudah ada 3 dosen kita yang punya komitmen untuk pindah ke UBT,” ungkapnya.
Adri Patton juga bersyukur karena UBT akan mendapatkan bantuan untuk pembangunan gedung fakultas kedokteran.
“Setelah kami mendapatkan begitu banyak perhatian pembangunan dari mas Menteri, terutama pembangunan-pembangunan fisik, saat ini juga baru Wakil Rektor II saya melaporkan saat ini sedang ada rapat di Jakarta dan insya Allah kita akan diberikan lagi bantuan untuk pembangunan fakultas kedokteran, sehingga itu gayung bersambut. Kami harapkan ini akan benar-benar teralisasi,” harapnya.
Dalam kesempatan itu, Adri Patton juga mengungkapkan dukungan Presiden Joko Widodo terhadap dibangunnya Dome di UBT, saat melakukan kunjungan kerja ke Tarakan pada 2019 lalu.
“Permintaan kami itu satu, adalah bagaimana pembangunan dome untuk mahasiswa UBT ini bisa terlaksana, karena jujur selama ini hampir 2-3 tahun kami itu wisudanya di lapangan tenis,” tuturnya.
Menurutnya, permohonan itu langsung direspon positif Presiden dengan menginstruksikan Menteri PU dan Perkrim untuk diakomodir tahun 2020. Namun karena Covid-19, sehingga menjadi tertunda.
Kini, pihaknya mengajukan lagi melalui Kemendikbudistek agar UBT yang berada di perbatasan, ada kesejajaran dengan daerah lainnnya. (jkr)
(jkr)
Discussion about this post