TARAKAN – Penderita HIV/AIDS di kota Tarakan, kini punya alternatif mendapatkan layanan pengobatan, dengan hadirnya klinik VCT di Rumah Sakit Umum Kota Tarakan (RSUKT).
Selama ini, pengobatan pasien Orang Dengan HIV/AIDS (ODHA) dilakukan di klinik VCT Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Tarakan.
Beroperasinya klinik VCT di RSUKT dimulai bertepatan dengan peringatan Hari HIV/AIDS Sedunia, Rabu (1/12/2021). Diresmikan langsung Wali Kota Tarakan dr. H. Khairul M.Kes.
Wali Kota Khairul menyambut baik hadirnya klinik VCT sebagai upaya mendukung Pemerintah Kota (Pemkot) Tarakan dalam menangani penyakit HIV/AIDS.
“Ini adalah bagian dari sesuatu yang tidak terlalu menguntungkan tapi kewajiban, wajib bapak laksanakan, karena ini bagian dalam konteks peran rumah sakit dalam upaya-upaya pencegahan,” ujar Wali Kota Khairul.
“Dengan bekerja sama Dinas Kesehatan dan puskesmas, mudah-mudahan klinik ini bisa berjalan dengan baik sehingga harapan kita upaya-upaya tidak hanya di rumah sakit menangani kuratif, rehabilitatif, tapi juga upaya-upaya promotif dan preventifnya juga bisa berjalan dengan baik,” harap mantan Kepala Dinas Kesehatan Tarakan ini dalam sambutannya.
Laporan yang saya terima sekarang ini orang dengan HIV/AIDS ini baru 26 persen yang berobat, mestinya 100 persen ini semua dilayani,”
Sepengetahuan Wali Kota Tarakan Khairul, kasus penyakit HIV/AID di Tarakan sudah ada sejak tahun 1997. Kasus pertama ditemukan ketika kota Tarakan dalam proses perubahan status dari Kota Administratif menuju kota madya.
Sejak saat itu, penyakit HIV/AIDS terus berkembang pesat di Bumi Paguntaka. Data yang diperolehnya dari Dinas Kesehatan Tarakan, saat ini ada 985 kasus. Namun yang belum diketahui diperkirakan jumlahnya lebih banyak.
“Kalau kita tahu bahwa rumus dari HIV/AIDS ini sebenarnya kan seperti fenomena gunung es. Jadi yang 985 kasus cuma puncak gunungnya saja, tetapi kaki gunungnya itu masih banyak,” ungkap wali kota.
Informasi yang diperoleh Khairul dari pengelola program, prevalensi penyakit HIV/AIDS di Tarakan saat ini mencapai 1,3 persen. Sehingga jika penduduk Tarakan sekira 270 ribu, maka diperkirakan ada sekira 2.700 sampai 3.000 penderita HIV/AIDS di Bumi Paguntaka.
Adapun pasien ODHA yang berobat, menurut laporan yang diterima Wali Kota Khairul, persentasenya masih kecil, sekitar 26 persen. Padahal mestinya semua pasien ODHA harus berobat.
Sementara itu, Direktur RSUKT dr. Joko Haryanto M.M berharap klinik VCT ini dapat berjalan dengan baik. Karena itu, pihaknya akan membangun jejaring yang kuat baik dengan Dinas Kesehatan, puskesmas, komunitasw ODHA maupun Lembaga Sosial Masyarakat (LSM).
Ia juga berharap hadirnya klinik VCT ini dapat memberikan alternatif bagi pasien ODHA untuk mendapatkan pengobatan di rumah sakit.
“Mudah-mudahan dengan alternatif ini, dengan pelayanan yang baik, yang santun, yang lengkap dari rumah sakit kota menjadi pilihan juga bagi teman-teman ODHA,” harapnya, ditemui awak media, Rabu (1/12/2021).
Terkait pembiayaan, Joko menyakinkan pasien ODHA agar tidak perlu khawatir karena sudah diprogramkan. Joko Haryanto menegaskan pasien tidak akan terbebani karena RSUKT merupakan bagian dari Pemerintah Kota (Pemkot) Tarakan yang mempunyai kewajiban untuk mengelola permasalahan kesehatan, salah satunya penderita HIV.
Saat ini baru ada tiga klien yang ditangani klinik VCT di RSUKT. Semua merupakan pasien rawat jalan. Akan tetapi, pihaknya telah menyiapkan juga ruang perawatan apabila ada pasien yang harus menjalani rawat inap.
Klinik VCT di RSUKT sendiri dilengkapi ruang rawat jalan, ruang pemeriksaan, laboratorium, ruang perawatan serta ditunjang juga dengan peraltan, obat-obatan dan tenaga medis baik dokter spesialis maupun perawat dan analis. Namun, untuk obat-obatan, pihaknya masih mendapatkan suplai dari Dinas Kesehatan Tarakan. (jkr)
Discussion about this post