TARAKAN – Upaya Pemerintah Kota (Pemkot) Tarakan bersama Kantor Perwakilan Bank Indonesia (KPwBI) Provinsi Kalimantan Utara (Kaltara) menjadikan Kota Tarakan sebagai penghasil bawang merah, mulai terlihat.
Sempat gagal panen di awal tanam pada November 2020 lalu, program demplot bawang merah kini telah menuai panen yang cukup menggembirakan.
Sebelumnya, demplot bawang merah sudah dilakukan sejak November tahun lalu. Ketika itu ujicoba dilakukan oleh Kelompok Tani Sinar Harapan di Kelurahan Kampung Empat, Kecamatan Timur. Namun gagal panen.
Kini, melalui Kelompok Tani Flora dan Fauna Mandiri serta Panen Subur pada lahan yang ada di Kelurahan Juata Permai, Kecamatan Tarakan Utara, dempot bawang merah tumbuh bagus dan telah tiga kali panen.
Panen bersama yang dilakukan pada Minggu (28/11/2021), turut dihadiri Wali Kota Tarakan dr. H. Khairul M.Kes. Kebun seluas 1 hektare ini ditanami bawang merah varietas Bima Brebes.
Wali Kota dalam sambutannya menyambut baik hasil panen bawang merah. Ini membuktikan bahwa jika dilaksanakan dengan metode yang tepat, maka lahan di Kota Tarakan dapat produktif dan menghasilkan komoditas yang diperlukan masyarakat.
Bawang merah sendiri, disampaikan Wali Kota, merupakan salah satu penyumbang angka inflasi karena selama ini didatangkan dari luar Tarakan. Namun dengan bukti panen ini, Wali Kota Khairul berharap tanaman bawang merah dapat dikembangkan lebih luas di Tarakan sehingga ke depan tidak bergantung lagi pasokan dari daerah lain.
“Produksi rata-rata 8,15 ton per hektare sebagaimana panen ini jika bisa diterapkan secara luas maka akan mengurangi ketergantungan kita terhadap bawang merah dari daerah lain,” ujar Wali Kota.
Sementara itu, Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kaltara Tedy Arif Budiman menyambut baik hasil menggembirakan tersebut.
“Alhamdulillah dari dua kali panen, sebelumnya tanggal 17 dan 24, menunjukkan hasil yang sangat menggembirakan, ujar Tedy Arif Budiman kepada awak media, Minggu (21/11).
Laporan yang ia terima, panen pertama pada 17 November menghasilkan 9,6 ton per hektare bawang merah. Sementara pada 24 November mencapai 6,7 per hektare. Jika dirata-ratakan mencapai 8,15 ton per hektare. Angka yang dinilai di atas produksi bawang merah di Kaltara.
Meskipun capaian masih sedikit di bawah rata-rata nasional, Tedy bisa memaklumi. Karena ada pengaruh dari periode tanam yang dilakukan pada kondisi curah hjuan. Di samping itu, petani masih minim pengalaman karena baru pertama menanam.
Ia pun optimistis, jika petani sudah terbiasa menanam bawang merah, dan periode tanam sesuai dengan kondisi cuaca, tidak menutup kemungkinan hasilnya bisa di atas rata-rata nasional.
Dengan panen ini, Tedy berharap petani di Tarakan menjadi terbuka wawasannya bahwa lahan di Tarakan ternyata mampu menghasilkan bawang merah yang tidak kalah dengan di Pulau Jawa, sekaligus menjadi tanaman alternatif bagi petani untuk memberikan penghasilan.
Sementara bagi KPwBI Provinsi Kaltara dan Pemerintah Kota (Pemkot) Tarakan, dengan panen ini diharapkan Kota Tarakan ke depan tidak bergantung lagi dengan pasokan di luar Kaltara. Karena selama ini bawang merah disuplai dari Pulau Jawa dan Sulawesi yang dapat berdampak pada harga jual yang tinggi hingga menyebabkan inflasi. (jkr)
















Discussion about this post