TARAKAN – Radio Republik Indonesia (RRI) genap berusia 76 tahun pada Sabtu (11/9/2021). Di Tarakan, Lembaga Penyiaran Publik (LPP) RRI Tarakan merayakan Hari Ulang Tahun (HUT) dengan sederhana dan menerapkan protokol kesehatan.
Kepala LPP RRI Tarakan H. La Samu S.Sos, M.Ikom hadir langsung dalam acara yang berlangsung di Auditorium Kantor LPP RRI Tarakan. Hadir juga Wakil Wali Kota Tarakan Effendhi Djuprianto dan tamu undangan lainnya.
Kepala LPP RRI Tarakan H. La Samu S.Sos, M.Ikom menjelaskan bahwa RRI telah melebarkan sayapnya hingga ke Kaltara dengan hadirnya LPP RRI Tarakan dan LPP RRI Nunukan.
“Di Kaltara inikan ada dua stasiun, stasiun RRI Tarakan dengan stasiun RRI Nunukan,” ujar La Samu kepada awak media, ditemui usai acara.
Khusus RRI Tarakan, membawahi dua stasiun relay yakni stasiun RRI Malinau dan RRI Tanjung Selor, yang didukung dengan antena pemancar.
Dengan hadirnya stasiun RRI hampir di setiap daerah di Kaltara, La Samu memastikan siaran RRI telah dijangkau meskipun masih terbatas di wilayah perkotaan.
“Kalau untuk Tanjung Selor terjangkau semua, untuk Malinau terjangkau untuk kotanya. Di Tana Tidung tercover dari Malinau dan juga bisa tercover dari Tarakan. Tapi di Tana Tidung itu belum ada pemancar kita,” tuturnya.
Pihaknya sedang berupaya menghadirkan pemancar di Kabupaten Tana Tidung, seiring adanya permintaan pemerintah setempat agar RRI bisa hadir di kabupaten termuda di Kaltara itu.
Sementara untuk wilayah pedalaman dan terpencil seperti di Krayan, dan lain-lain, diakui La Samu, secara konvensional siaran RRI masih sulit menjangkau karena wilayah Kaltara yang luas dan keterbatasan aksesnya.
Akan tetapi secara digital, La Samu menilai bisa saja diakses seiring inovasi RRI memanfaatkan teknologi dengan menghadirkan aplikasi RRI Play.
“Karena kita punya aplikasi RRI Play, di mana saja, kalau misalnya ada bandwidth itu bisa, bahkan di luar negeri bisa kita jangkau untuk RRI seluruh Indonesia,” tuturnya.
RRI sendiri terus berinovasi mengikuti perkembangan zaman agar tetap bisa memberikan informasi kepada masyarakat. Dijelaskan La Samu, sejak 2005, Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) telah mencanangkan konvergensi media yang di dalamnya mencakup media cetak, televisi, radio maupun digital.
RRI telah melakukannya dengan menghadirkan media cetak Kantor Berita Radio Nasional (KBRN) yang menyajikan informasi dari seluruh Indonesia.
Sementara untuk media radio, RRI telah hadir sejak dulu dan telah berkembang luas Indonesia dengan memiliki 65 stasiun, 30 lebih stasiun produksi dan 200 lebih stasiun relay.
Selain itu, RRI juga telah membuat media televisi dengan nama RRI net, serta menghadirkan media digital rri.co.id. Bahkan RRI membuat aplikasi RRI Play yang berisikan berbagai program yang bisa dinikmati masyarakat.
Di samping itu, RRI juga terus membenahi program-programnya. Salah satu program baru adalah RRI 30 detik, yang memberikan kesempatan kepada masyarakat untuk mengirimkan informasi yang dilihatnya yang digambarkan dalam rekaman suara disertai narasi singkat lalu dikirim ke RRI.
“Misalnya teman-teman jalan, di tengah jalan ada lubang, silahkan di foto, kasih suara yang tidak melebihi dari 24 detik, kasih narasi sedikit, kirim ke RRI 30 detik, itu langsung di baca di Jakarta dan anda mungkin dihubungi oleh reporter di Jakarta,” tuturnya.
Untuk menjaga kualitas programnya, La Samu menegaskan RRI anti hoax. Pihaknya tidak akan menginformasikan berita yang tidak jelas sumber dan kebenarannya atau opini dari reporternya, akan tetapi sesuai data dan fakta di lapangan. (jkr)
Discussion about this post