TARAKAN – Bagi dunia kesehatan khususnya yang bergelut dengan penyakit stroke, dikenal istilah waktu adalah otak. Karena lewat satu menit saja seseorang yang terserang stroke terlambat dibawa ke rumah sakit, sebanyak 1,9 miliar sel-sel saraf akan mati.
Karena itu, dokter spesialis saraf di RSUD Tarakan dr. Febriyanto Powatu M.Kes, Sp.S menyarankan agar masyarakat tidak mencari pertolongan lain ketika pertama kali mengalami gejala stroke, akan tetapi segera ke UGD rumah sakit agar cepat tertolongi.
“Karena 1,9 miliar sel-sel saraf akan mati setiap bapak terlambat ke rumah sakit untuk ditangani,” ungkap alumni S-2 Kesehatan di Universitas Hasanuddin ini.
Menurut Febriyanto, ada dua cara penanganan stroke dan Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Tarakan bisa melakukannya dengan dilengkapi peralatan medis yang memadai.
Cara pertama adalah dengan perawatan intensif hingga operasi untuk mengurangi peningkatan tekanan intracranial. Cara ini juga dibantu dengan peralatan CT Scan kepala, dimana rumah sakit milik Pemprov Kaltara ini telah memiliki peralatan tersebut sehingga masyarakat Kaltara yang terkena serangan stroke, bisa berobat ke RSUD Tarakan.
“Fasilitas CT Scan sangat penting untuk mendiagnosis pasti bapak mengalami stroke, pecah pembuluh darah atau tersumbat. Karena itu sangat berbeda penanganannya,” tuturnya.
Selain dengan CT Scan, RSUD Tarakan juga telah menerapkan penanganan pasien stroke dengan terapi trombolisis intravena yang lagi tren dilakukan rumah sakit yang bisa menangani penyakit stroke.
Namun dengan catatan, pasca kejadian stroke, pasien langsung dibawa ke rumah sakit dengan jangka waktu tidak lebih dari 4,5 jam. Dengan penanganan yang dilakukan, RSUD Tarakan bisa memecahkan penyumbatan yang terjadi di pembuluh darah otak dengan terapi trombolisis intravena.
“Kita masukkan obat di pembuluh darahnya bapak untuk segera mengalir ke otak memecahkan sumbatannya, tapi itu dengan catatan di bawah 4,5 jam, jika sudah lebih dari 4,5 jam, ya kami akan melakukan juga penanganan yang lain tapi tidak akan sebaik jika bapak datang 4,5 jam setelah bapak ibu mengalami serangan stroke,” tuturnya.
Dengan terapi trombolisi intravena ini bisa mencegah kematian sel-sel otak yang lebih luas karena dengan metode tersebut aliran darah yang menuju sel-sel otak bisa dipulihkan. Rata-rata pasien yang ditangani dengan terapi ini, kembali normal dan tidak perlu dipapah atau menggunakan kursi roda. Namun dengan catatan cepat dibawa ke rumah sakit di bawah 4,5 jam.
Sejak April 2018, RSUD Tarakan sudah menerapkan standarisasi penanganan pasien stroke akut sama dengan rumah sakit di kota lain di Indonesia. Bahkan sepengetahuannya, RSUD Tarakan adalah rumah sakit pertama di Indonesia yang menerapkan terapi trombolisis intravena sejak 2018.
Masyarakat juga tidak perlu khawatir dengan biaya pengobatannya. Karena menurut Febriyanto bisa ditanggung dengan BPJS Kesehatan.
“Kita punya obat-obat yang semua ditanggung BPJS, jadi masyarakat ya tidak perlu ragu datang, asal memiliki asuransi, memiliki BPJS, semua ditanggung, gratis, tidak ada satupun bayaran, yang penting kami hanya minta datang cepat,” sarannya.
Di luar dari penanganan secara medis, Febriyanto mengingatkan kepada masyarakat untuk tidak percaya dengan beberapa mitos terkait penanganan penyakit stroke.
Di antaranya dengan cara mencucuk tangan dengan jarum. Metode itu dinilai Febriyanto hanya mitos yang tidak bisa memberikan efek sembuh pada orang yang terserang penyakit stroke. Justru berpotensi mengakibatkan penyakit baru seperti infeksi.
“Faktanya itu mitosnya tusuk tangan supaya darahnya mengalir. Tapi faktanya stroke terjadi sumbatan di otak, tapi kalau ditusuk di tangan ya beda target, tidak ada guna. Justru jarumnya yang dipakai tusuk itu bisa menyebabkan infeksi,” ungkapnya. (jkr)
Discussion about this post