TARAKAN – Keberadaan flek hitam yang muncul di kulit terkadang membuat seseorang yang mengalaminya merasa kurang percaya diri yang berdampak pada kualitas hidupnya. Tapi tahukah anda apa itu flek hitam dan bagaimana cara mencegah dan mengobatinya?
Menurut dokter spesialis penyakit kulit dan kelamin di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Tarakan dr. Yuli Megasasi Sp.KK, flek hitam atau dalam bahasa lainnya disebut melasma, merupakan bercak kehitaman pada kulit. Penyebabnya bermacam-macam.
Bisa disebabkan karena paparan sinar matahari, bisa juga karena disposisi genetik. Selain itu, penggunaan kosmetik yang berparfum juga bisa memunculkan flek hitam. Demikian juga dengan penggunaan obat-obatan yang menyebabkan sensitifitas pada kulit, stres berlebihan dan infeksi.
“Banyak sekali faktor yang menyebabkan melasma,” ujar dr. Yuli Megasasi Sp.KK kepada awak media, ditemui usai menjadi narasumber talk show kesehatan dengan tema “Melasma Journey: Flek Hitam yang Tak Selamanya Kelam” yang digelar RSUD Tarakan di lantai Satu RSUD Tarakan, Kamis (20/5).
Flek hitam ini bisa dialami oleh semua orang baik pria maupun wanita dengan usia antara 20 – 40 tahun. Namun lebih banyak dialami wanita karena terkait hormonalnya. Untuk mengetahui bahwa bercak tersebut adalah flek hitam, perlu dikenali gejala klinis atau ciri-ciri penampakkannya.
Menurut alumni Fakultas Kedokteran Universitas Brwijaya Malang ini, pada tipe epidermal bentuknya batas tegas, warnanya coklat tua. Pengobatannya biasanya memiliki respon yang baik.
Sementara pada tipe demal, batasnya tidak tegas, warnanya coklat muda hingga biru abu-abu, dan respon terhadap pengobatannya buruk. Sehingga membutuhkan waktu yang cukup lama dan memerlukan modalitas terapi yang lebih kompleks lagi.
Tipe lainnya adalah tipe campuran antara epidermal dan dermal. Tipe ini yang paling banyak dialami orang. Ciri-cirinya, batasnya tegas dan tidak tegas, kombinasi warna antara biru abu-abu terang dan coklat tua. Pengobatannya juga parsial, dalam artian ada sebagian bagus ada juga sebagian kurang respon.
Flek hitam biasanya muncul di daerah kulit yang terpapar sinar matahari. Di antaranya di sekitaran wajah seperti di hidung, pipi, dahi, atas bibir ataupun di dagu. Bisa juga di luar dari wajah seperti di leher atau lengan bawah.
Flek hitam sendiri, menurut dokter yang mengambil spesialisasinya di Universitas Brawijaya Malang ini, bukan merupakan penyakit berbahaya seperti kanker. Akan tetapi flek hitam termasuk penyakit kronis yang lama sembuhnya dan jika sudah sembuh, bisa muncul lagi karena disebabkan faktor pendukungnya.
“Jadi melasma ini sulit diobati kemudian pada saat dia diobati dan ternyata hasilnya memuaskan, itupun masih bisa kambuh lagi, karena faktor-faktor pemicu ataupun karena paparan sinar matahari,” terangnya.
Namun dr. Yuli Megasasi memastikan flek hitam bisa disembuhkan. Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Tarakan juga memiliki poli penyakit kulit yang ditangani dokter spesialis untuk menangani pasien penyakit kulit, termasuk flek hitam.
“Di RSUD nanti kita lakukan pemeriksaan dulu, kemudian kita kasih resep untuk pengobatannya terapi oral artinya terapi obat minum, kemudian dengan cream-cream. Kalau untuk tindakan sendiri di RSUD ini, bisa dengan chemical peeling,” ungkapnya.
Sebenarnya, penyakit flek hitam ini bisa dicegah kemunculannya. Yang paling efektif menurut dr. Yuli Megasasi adalah dengan menggunakan sun screen atau pelembab.
“Yang pertama, sun screen, sun screen dan sun screen. Itu yang harus kita aplikasikan sepanjang hari, sepanjang musim, walapun musimnya hujan, mendung, harus tetap kita pakai sun screen dan sun screen yang bagus itu berpsektrum yang luas, yang bisa untuk mencegah dari sinar UVA, UVB dan sinar yang tampak,” ungkapnya. Selain itu, pencegahannya juga bisa juga dengan rutim menggunakan topi atau memakai baju lengan panjang.
Lantas bagaimana dengan penggunaan masker? Menurut dr. Yuli Megasasi, jika maskernya tidak standar dan penggunaannya dalam jangka waktu lama, bisa menyebabkan komplikasi pada kulitnya.
“Jadi pada saat memakai masker di era pandemi ini memang banyak sekali komplikasi atau keluhan yang bisa disebabkan oleh masker tadi. Dermatitis kontak, acne vulgaris, melasma sendiri, bisa disebabkan karena itu tadi,” tuturnya.
“Untuk mengurangi gatalnya, untuk pemakaian maskernya harus masker yang standar, kemudian maskernya lembut, diganti setiap 4 jam sekali. Dan setiap pergantian itu sebaiknya dikasih jeda waktu kira-kira 15 menit. Pada saat jeda waktu tidak memakai masker hindari kerumunan orang,” tuturnya. (adv/jkr-1)
Discussion about this post