TARAKAN – Effendhi Djuprianto ternyata punya cita-cita besar untuk kemajuan Kalimantan Utara (Kaltara). Ia ingin memperjuangkan Tarakan bisa menjadi pelabuhan ekspor perikanan dan kelautan.
Harapan itu muncul seiring tugas yang diamanahkan kepadanya dari Wali Kota Tarakan, untuk menjadi Ketua Tim Program Pengentasan Kemiskinan yang sudah di SK kan pada tahun lalu.
“Dari itu saya berpikir apa yang harus kita perbuat agar supaya mendorong pengentasan kemiskinan. Itu ada dua kunci, kesempatan berusaha masyarakat atau pengusaha lokal kita,” ujar Effendhi Djuprianto kepada jendelakaltara.co, Jumat (12/2/2021).
Cit-cita Effendhi Djuprianto ini juga didukung dengan demografi Tarakan yang berada di bagian terdepan perbatasan NKRI, serta janji Presiden Joko Widodo yang akan menjadikan Kaltara pintu tengah untuk kegiatan perdagangan internasional.
Dengan melihat letak demografi Tarakan, mantan Ketua DPRD Tarakan ini menilai potensi Sumber Daya Alam (SDA) kelautan dimiliki Kaltara cukup besar juga dapat menunjang pertahan dan keamanan negara.
Selain itu, Tarakan juga memanfatkan Alur Laut Kawasan Indonesia (ALKI) II wilayah Tengah Indonesia untuk kegiatan expor hasil kelautan dan perikanan.
Meskipun Tarakan tidak memiliki wilayah Kelautan, tetapi dapat memanfaatkan hasil tangkapan dari nelayan provinsi Kaltara, Gorontalo, Sulteng, Sulbar, Sulsel, Sultra, Kaltim, dan Kalsel.
Dengan pertimbangan-pertimbangan itu, Effendi Djuprianto menilai harusnya Tarakan bisa menjadi pelabuhan ekspor di bagian tengah dan sebagian timur Indonesia, daripada dikirim ke Surabaya atau Jakarta.
“Jadi garis besarnya bahwa dengan ALKI II ini sangat potensial menjadi pintu tadi, menjadi pelabuhan pengumpul, yang harusnya di Kota Tarakan ini sebagai pemicu nanti KIPI yang ada di Kalimantan Utara,” ungkap mantan anggota DPRD Kaltara periode 2014-20219 ini.
Selama ini, menurutnya, pengiriman dilakukan melalui Surabaya atau Jakarta, karena Tarakan belum bisa memenuhi volume angkut. Yang bisa hanya hasil kehutanan seperti plywood yang direct dari pelabuhan Malundung ke Jepang.
Padahal, jika melihat kondisi demografis tadi, menurutnya, sangat memungkinkan Tarakan bisa memobilisasi perusahaan-perusahaan dari daerah lain. Jika kegiatan itu marak dilakukan, Effendhi Djuprianto menilai otomatis masyarakat Tarakan punya kesempatan berusaha lebih besar.
Namun, ia pun tidak memungkiri Tarakan masih menemui kendala untuk mewujudkan hal itu. Terutama dari sisi infrstruktur seperti kawasan industri dan pergudangan.
Namun ia menilai itu bisa dilakukan tanpa harus mengharapkan investor harus dari luar negeri. Melalui konsorsium antara perusahaan daerah dan pengusaha-pengusaha lokal.
“Kita itu pengusaha yang sektor perikanan itu puluhan orang, bukan hanya satu dua. Yang saya lihat ada beberapa sudah menguasai lahan cukup luas. Kita tinggal menata kembali, kita membuat rencana besaran berapa investasi,nanti kerjasama antara perusahaan daerah dengan pengusaha,” ungkapnya.
Bahkan kalau perlu, menurut Effendhi Djuprianto sahamnya bisa dijual layaknya Persero. Namun, diakuinya, butuh jangka panjang untuk menuju ke arah itu.
Yang perlu dilakukan pada langkah awal, menurutnya, yakni meningkatkan perdagangan luar negeri yang direct. Tidak harus mengandalkan kapal laut, tapi juga pesawat dengan ukuran berbadan lebar.
Berangkat dari pemikiran itu, Effendhi Djuprianto mengaku sudah melakukan langkah awal dengan membuat proposal yang ditujukan kepada Presiden Joko Widodo.
Dalam pengajuannya, Effendhi Djuprianto menyampaikan bahwa ia mendukung komitmen Presiden Joko Widodo menjadikan Kaltara sebagai pintu kedua. Selain itu, juga mendukung perpindahan ibu kota negara ke Kalimantan.
Selain itu, ia juga sudah berkoordinasi dengan Dirjen Usaha dan Investasi Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), yang kemudian disarankan untuk bersurat ke Menko Bidang Perekonomian dan Menko Bidang Kemaritiman dan Investasi.
Ia juga sudah menemui Ditjen Penguatan Daya Saing Produk Kelautan dan Perikanan (PDSPKP) KKP dan ternyata gagasan itu mendapat respon baik. Hanya persoalannya sekarang ada beberapa negara melakukan lockdown.
“Dari situ kami diminta untuk tidak kecil hati, tetap berusaha menindaklanjuti ini karena pemikiran bagus, matangkan mengenai bentuk kawasannya dan sebagainya,” ungkapnya.
Saat berkunjung ke Kementerian Kelautan dan Perikanan, Effendhi Djuprianto mengaku tidak sendiri. Ia juga membawa Kamar Dagang dan Indsutri (Kadin) untuk membicarakannya. (jkr-1)
Discussion about this post