TARAKAN – Pemungutan suara untuk Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur Kalimantan Utara (Kaltara) telah berlangsung pada Rabu (9/12/2020). Komisioner Komisi Pemilihan Umum (KPU) Kaltara Divisi Teknis Penyelenggaraan Teguh Dwi Subagyo memberikan tanggapan terhadap pelaksanaannya.
“Kalau secara umum proses pelaksanaan pemungutan suara itu berjalan dengan lancar,” ujar mantan Ketua KPU Tarakan ini kepada jendelakaltara.co, dihubungi melalui telepon genggamnya, Kamis (10/12/2020).
Terkait penerapan protokol kesehatan, menurut Teguh –sapaan akrabnya- telah diterapkan dengan ketat. Dan berdasarkan pengamatannya yang bertugas memantau pelaksanaan di Tarakan, serta komisioner lainnya yang menyebar di Nunukan, Malinau, Bulungan maupun di Kabupaten Tana Tidung, ia menilai secara umum relatif sangat memuaskan.
“Karena kita kan penyelenggara sudah dibekali dengan APD, dengan protokol yang ketat, kemudian masyarakat datang ke TPS juga sudah di dalam C pemberitahuan disampaikan apa yang harus dilakukan mereka, kemudian di TPS, mereka diundang dengan membagi jam kehadiran, ya walaupun memang kan tidak sepenuhnya mungkin persis, tetapi setidaknya dengan pembagian jam kehadiran itu sebagian besar pemilih itu datang menyesuaikan dengan jam yang ditentukan oleh KPPS, sehingga yang paling dikhawatirkan dalam kontek pencegahan covid itu kan berkerumunnya orang itu, nah itu menurut pengamatan saya relatif dapat dicegah,” bebernya.
Adapun terkait proses pemungutan suara, Teguh mengakui, namanya hajatan yang sifatnya massal, ada saja kekurang sempurnaan. Akan tetapi secara umum ia menilai berjalan lancar dan tidak ada kejadian-kejadian yang bisa berpengaruh terhadap hasil pemungutan suara secara umum.
Disinggung soal tingkat partisipasi pemilih, Teguh mengaku belum menghitung. Akan tetapi dari hasil pantauannya di Tarakan, ia memperkirakan kemungkinan tingkat partisipasi pemilih di Tarakan tidak mencapai target nasional 77,5 persen. Akan tetapi ia memperkirakan lebih baik dari tingkat partisipasi pemilih pada pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur Kaltara tahun 2015.
“Secara umum sih memang kemungkinan tingkat partisipasi tidak sesuai dengan target 77,5 persen nasional. Tetapi dengan fakta kondisi pandemi seperti ini, ya mungkin perkiraan mendekat-mendekat ke 70 persen lah, artinya tidak terlalu jauh dengan Pilwali Kota Tarakan tahun 2018,” ungkapnya.
”Tahun 2015 kita hanya 54,75 (persen), nah ini untuk Pilgub Kaltara saat ini, Tarakan itu jauh di atas pencapaian 2015. Artinya dengan kondisi pandemi ya kesadaran masyarakat mungkin karena teman-teman KPU Tarakan berhasil melakukan sosialisasi dengan optimal ya jauh lebih baik partisipasi daripada Pilgub 2015. Tapi di daerah lain seperti KTT, saya belum pasti tapi secara kuantitatif kalau menurut penjelasan teman-teman partisipasinya tinggi,” jelasnya.
Dari hasil wawancaranya dengan sejumlah masyarakat saat melakukan pemantauan di beberapa Tempat Pemungutan Suara (TPS) di Tarakan, Teguh mengaku ada beberapa alasan yang diutarakan masyarakat.
Di antaranya dibeberkan Teguh, karena kondisi cuaca hujan. Selain itu, Teguh juga mengakui ada beberapa masyarakat yang menyampaikan pesan melalui media sosial kepada dirinya, mereka ingin menghindari kerumunan. Ada juga alasan karena takut terpapar Covid-19.
Sedangkan hasil pantauannya di tiga TPS di Kelurahan Pantai Amal, banyak pemilih yang karena faktor ada kelesuan di bisnis rumput laut, kembali ke kampung halamannya. Padahal sebelumnya sudah dimasukkan dalam Daftar Pemilih Tetap (DPT) karena sudah menjadi warga Tarakan.
Meski demikian, tahapan Pilkada serentak 2020 terus berlanjut. Teguh membeberkan, mulai hari ini (10/12/2020) hingga besok (11/12/2020), sebagian besar dari kecamatan yang ada di Kaltara mungkin sudah mulai melakukan proses rekapitulasi tingkat kecamatan.
Sementara rekapitulasi tingkat kabupaten/kota dijadwalkan tanggal 13 -17 Desember. Akan tetapi Teguh memperkirakan, dilakukan pada 15 atau 16 Desember 2020. Sehingga ia memperkirakan tingkat provinsi punya kesempatan antara 16 – 20 Desember 2020.
Teguh berharap tidak ada sengketa yang muncul. Karena dari proses pemungutan dan penghitungan suara yang dilakukan di TPS, ia menilai tidak ada kejadian-kejadian yang terkesan mempengaruhi hasil yang merugikan atau menguntungkan salah satu pasangan calon.
“Sehingga saya tidak melihat dan tidak mendapat laporan secara spesifik dan signifikan ada potensi itu. Dan kemudian saya melihat di media massa, seluruh pasangan calon baik pasangan calon yang hitung cepat sudah dinyatakan unggul di beberapa media, lalu pasangan calon yang perolehan suaranya di bawahnya juga sangat luar biasa menurut saya. Pasangan calon yang suaranya di bawah dengan logo menyampaikan, mengucapkan selamat kepada pasangan yang suaranya di atas,” ungkapnya. (jkr-1)
Discussion about this post