TARAKAN – Stunting adalah kondisi tinggi badan anak lebih pendek dibanding tinggi badan anak seusianya. Stunting masih menjadi momok terhadap perkembangan balita khususnya yang mengalami gizi buruk di Indonesia.
Upaya pencegahan stunting pun menjadi prioritas Presiden RI dengan memberikan arahan strategis kepada pimpinan daerah untuk menangani permasalah gizi buruk di setiap daerah.
Satuan Kerja Khusus Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) – Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) Wilayah Kalimantan dan Sulawesi turut mendukung upaya Pemerintah Pusat mencegah stunting, khususnya di sekitar wilayah operasi.
Di antara upayanya dengan melaksanakan Forum Tanggung Jawab Sosial (sesi 2) melalui webinar dengan tema “Mengenali Akar Masalah dan Upaya Solusi Penanganan Stunting di Wilayah Sekitar Operasi Migas”, Kamis (18/11/2021).
Kegiatan ini menghadirkan narasumber berkompeten di bidangnya. Yakni Deputi Bidang Pelatihan, Penelitian dan Pengembangan BKKBN Muhammad Rizal Martua Damanik, Co Founder Ayah Asi Sogi Indra Dhuaja dan Akademisi – Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanuddin Makassar Prof. dr. Veni Hadju, M.Sc., Ph. D.
Mewakili Kepala SKK Migas Perwakilan Kalimantan-Sulawesi, Spesialis Dukungan Bisnis SKK Migas Perwakilan Kalimantan-Sulawesi Damar Setyawan mengungkapkan permasalahan stunting memang menjadi salah satu isu dari prioritas nasional di Indonesia karena berpotensi mengganggu sumber daya manusia dan berhubungan dengan tingkat kesehatan.
“Kami coba melihat dari website BKKBN sendiri bahwa berdasarkan hasil survei statistik balita Indonesia menunjukkan bahwa angka stunting saat ini memang sudah mengalami penurunan berada di angka 27,67 persen pada tahun 2019, namun angka tersebut masih dinilai tinggi oleh WHO karena WHO menargetkan angka stunting tidak lebih dari 20 persen,” ujarnya saat menyampaikan sambutan membuka kegiatan.
Disamping itu, pihaknya juga melihat di awal 2021 pemerintah menargetkan angka stunting turun menjadi 14 persen di tahun 2024. Tentunya target ini harus didukung keterlibatan dari seluruh pemangku kepentingan.
Berkaitan dengan kegiatan usaha migas yang dikoordinir oleh SKK Migas dan dilaksanakan KKKS, selain memiliki tupoksi untuk melakukan kegiatan eksplorasi migas, pihaknya juga tergerak untuk bertanggung jawab melalui program pengembangan masyarakat yang lebih dikenal dengan Corporate Social Responsibility (CSR).
“Salah satu pilar dalam program pengambangan masyarakat industri hulu migas adalah bidang kesehatan. Tentu saja kami berharap juga bisa bersinergi lebih baik lagi untuk mendukung program-program pemerintah khususnya yang menjadi isu-isu nasional, salah satunya stunting ini, terutama yang ada di daerah sekitar wilayah operasi migas,” harapnya.
Oleh karena itu, SKK Migas dan seluruh perusahaan migas di wilayah Kalimantan dan Sulawesi kembali menginisiasi forum tanggungjawab sosial dengan tema “Mengenali Akar Masalah dan Upaya Solusi Penanganan Stunting di Wilayah Sekitar Operasi Migas” yang diselenggarakan hari ini.
“Kami berharap kita semua nanti bisa mendapatkan update informasi mengenai kondisi stunting terkini sehingga tentu akan berguna bagi kita untuk lebih lagi mengenal akar masalah yang terjadi mengenai stunting sehingga upaya-upaya penanganan lebih mengarah dan lebih tepat sasaran dalam mendukung upaya-upaya percepatan pengentasan dan penanganan isu stunting di Republik Indonesia yang kita cintai ini,” harapnya.
“Terima kasih juga atas dukungan dari seluruh KKKS Wilayah Kalimantan-Sulawasi dan tentunya media partner sehingga terselenggaranya acara ini,” tuturnya. (jkr)
Discussion about this post