TARAKAN – Persiapan terus dilakukan Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI) Kalimantan Utara (Kaltara) untuk menggelar Pekan Olahraga Provinsi (Poprov) I/2022.
Salah satu topik yang menyita perhatian induk cabang olahraga di Bumi Benuanta ini adalah terkait mekanisme cabang olahraga yang akan dipertandingkan di pesta olahraga multi event tersebut.
KONI Tarakan mengambil kebijakan untuk membatasi cabang olahraga yang akan dipertandingkan. Karena itu telah ditetapkan persyaratan cabang olahraga yang akan dipertandingkan di Poprov I/2022.
Wakil Sekretaris II KONI Kaltara H. Widodo Dwi Sontoso membeberkan pihaknya memberikan syarat di antaranya induk cabang olahraga minimal terbentuk di empat kabupaten dan kota di Kaltara.
Kebijakan ini diambil agar ada kompetisi yang tersaji dalam pertandingan nantim dalam rangka mencapai tujuan pelaksanaan Porprov yakni sebagai tolak ukur menguji capaian pembinaan atlet yang sudah dilakukan setiap daerah di Kaltara.
“Persyaratan pokok minimal terbentuk di empat kabupaten kota, minimal. Syukur bisa lima, itu lebih bagus. Karena lucu dong, bertanding tiga langsung dapat medali, satu, dua, tiga, sama saja tidak bertanding, tidak ada kompetisi. Tapi kalau empat kan berarti ada kompetisi, minimal dia harus juara tiga,” ujar Widodo Dwi Santoso, Minggu (26/12/2021).
KONI Kaltara sendiri, menurut Widodo –sapaan akrab- telah menyosialisasikan persayaratan ini kepada cabang olahraga pada pertemuan via zoom meeting. Disamping itu, pihaknya juga sudah mengirimkan surat edaran ke masing-masing induk cabang olahraga terkait hal itu.
Jika mengacu pada persyaratan tersebut, Widodo memperkirakan cabor yang bisa dipertandingkan seperti cabor yang sudah memasyarakat. Di antaranya sepak bola, bola voli, tenis meja, bulutangkis dan bola basket. Karena induk cabang olahraganya ada di setiap kabupaten dan kota.
Namun jika mengacu pada usulan anggaran, Widodo memperkirakan sementara ini sekira 30an cabang olahraga yang akan dipertandingkan, dari jumlah 56 cabang olahraga di bawah KONI Kaltara. Widodo mengakui, ada beberapa cabang olahraga yang tidak bisa dipertandingkan.
“Misalnya kayak cabor layar, itu secara kepengurusan baru ada di Tarakan dan Bulungan dan dari segi alat juga kita terbatas. Seandainya pun nyewa alat itu cukup mahal. Hanya mungkin kita eksebishi,” bebernya.
“Ada juga misalnya squash. Kan kita tidak punya gedung squash tapi kita punya atlet. Kebetulan yang bersangkutan kan mahasiswa dan kuliah di Samarinda sehingga berlatih sama atlet Kaltim, itu kita eksebishikan,” lanjut Widodo.
Sementara itu terkait rencana anggaran, pria yang juga menjabat Ketua Pengurus Provinsi (Pengprov) Federasi Triathlon Indonesia Kaltara ini mengaku pihaknya telah menyusun dan mengusulkan kepada Pemerintah Provinsi (Pemprov) Kaltara, serta berharap dapat dukungan anggaran yang cukup.
“Tim Pokja sedang bekerja. Kita sudah selesai menyusun perkiraan anggaran pelaksanaan porprov dan sudah kita ajukan ke pemerintah. Mudahan dari pemerintah ketersediaan anggaran yang cukup untuk menggelar,” ujar Widodo.
Widodo mengakui anggaran yang diusulkan kurang lebih seperti yang disampaikan Sekretaris KONI Kaltara sebelumnya sekira Rp 10 – Rp 11 miliar. Dana sebesar itu akan dipergunakan untuk membiayai kebutuhan penyelenggaraan seperti membeli peralatan dan kelengkapan pertandingan yang dibutuhkan termasuk honor wasit dan juri.
Namun menurut Widodo, berapa pun anggaran yang diberikan pemerintah kepada KONI Kaltara pihaknya akan melaksanakan sesuai anggaran dan memaksimalkan cabang olahraga yang dipertandingkan. (jkr)
Discussion about this post