TARAKAN – Ketua Badan Pengawas Pemilihan umum (Bawaslu) Tarakan, Riswanto mengakui banyak laporan yang diterima dugaan pengrusakan alat peraga kampanye.
Tahapan rapat umum terbatas dan rapat umum terbuka sedang berjalan. Kesempatan ini dimanfaatkan peserta pemilu untuk mensosialisasikan diri melalui alat perega kampanye.
Namun, tidak sedikit alat peraga kampanye berupa baliho yang tersebar di sepanjang jalan, yang tidak utuh lagi.
“Banyak laporan mengenai APK ini. Hanya saja tidak terpenuhi semua persyaratannya. Makanya kita jadikan informasi awal untuk melakukan penelusuran. Ketika tidak mendapatkan informasi lebih lagi, otomatis laporannya kita kembalikan si pelapor untuk dilengkapi persyaratannya,” ujar Riswanto di Hotel Lotus Panaya, Selasa (23/1/2024).
Pihaknya pun telah menindaklanjuti dengan mnelakukan patroli bersama kepolisian dan Satuan Polisi Pamong Praja. Namun tidak dipungkirinya, pelaku sulit ditemukan.
“Memang pengrusakan APK bikin gemes karena enggak ketemu-ketemu orangnya,” tutur Riswanto.
“Kami di Bawaslu kota tidak tinggal diam melihat fenomena ini. Artinya kita ada upaya-upaya yang sangat besar harapan kami ketemu pelakunya. Kami di Bawaslu kota melakukan patrol bersama dengan Polres dan unsur Satpol PP,” lanjut Riswanto.
Terpisah, salah satu peserta Pemilu, Mukhlis Ramlan, mengajak semua pihak untuk bertarung di dengan mengadu karya dan gagasan sehingga tidak merusak ruang demokrasi.
Hal itu disampaikannya menanggapi masifnya dugaan pengrusakan alat peraga kampanye di beberapa titik di Tarakan. Termasuk baliho miliknya.
“Narasi yang dibangun dengan merusak baliho, spanduk orang lain itu saya kira tidak dibenarkan menurut agama apa pun. Bahkan bisa berujung pidana jika OTT siapa yang merusak,” ujar Mukhlis.
“Mari kita bertarung dengan karya dan gagasan. Yang anda rusak itu sekali lagi sangat bernilai bagi siapa pun caleg. Kami miris saja, apakah ruang demokrasi ini harus kita rusak dengan cara-cara seperti ini,” tegas Mukhlis, belum lama ini.
Mukhlis bertanya penyebab rusaknya alat peraga kempanye tersebut.
Tentu kita juga bertanya apakah angin setajam ini sehingga itu bisa merusak di semua titik di kota Tarakan?,” lanjut Mukhlis.
Perbuatan ini, dinilai Muklis Ramlan, sangat merugikan dirinya sebagai peserta pemilu dengan kemampuan yang terbatas. Baginya, satu baliho sangat berharga.
“Bagi kami caleg yang bisa dibilang dengan segala macam daya upaya kami, keterbatasan kami, tentu satu baliho atau spanduk sangat berharga sekali, sangat bernilai sekali. Karena kita harus menyiapkan instrumen sampai yang masang itu, luas biasa,” keluh Mukhlis.
“Dia (baliho, spanduk) benda mati. Tidak dapat berpindah sendiri, tidak mungkin menakut-nakuti. Bahkan mustahil mempengaruhi. Tidak dapat berbicara dan tak pula mampu melahirkan acara. Mungkin satu-satunya yang salah dari baliho atau spanduk itu adalah menjadi sumber informasi, referensi bahwa kami yang punya gagasan besar, ikut dalam kontestasi,” tutur Mukhlis. (jkr)
Discussion about this post