TARAKAN – Pengurus Besar Lembaga Budaya Melayu Kalimantan (LBMK) turut prihatin atas peristiwa yang terjadi di Pulau Rempang, Galang, Batam, Kepulauan Riau (Kepri).
Keprihatinan itu ditunjukkan melalui pernyataan sikap yang disampaikan di kediaman Ketua Umum PB Lembaga Budaya Melayu Kalimantan, H. Fadlan Hamid di Tarakan, Kalimantan Utara (Kaltara), Senin (18/9/2023).
Pertama, mengecam keras atas tindakan aparat keamanan kota Batam yang menggunakan kekuatan dan kekerasan yang berlebihan terhadap warga masyarakat Melayu Rempang Galang, Kota Batam.
Kedua, meminta kepada Kepala Kepolisian Daerah (Kapolda) Kepri untuk menghentikan tindakan kekerasan dalam bentuk apapun dan menjamin keamanan, keselamatan dan kenyamanan semua warga Melayu Rempang Galang, Batam.
Ketiga, meminta kepada pemerintah untuk mengedepankan nilai-nilai kemanusiaan, keadilan, adab dalam menyelesaikan pengembangan investasi di pulau Rempang serta menjunjung tinggi prinsip-prinsip Pancasila.
Keempat, meminta kepada pemerintah untuk memberikan santunan dan biaya pengobatan untuk warga yang menjadi korban akibat dari terjadinya peristiwa bentrokan fisik antara aparat keamanan dengan masyarakat Melayu Rempang Galang, Kota Batam.
Kelima, meminta kepada Presiden Republik Indonesia, Kapolri, Panglima TNI, DPR RI, DPD RI, Gubernur Kepri, DPRD Kepri dan Kapolda Kepri, DPRD Batam, Wali Kota Batam dan semua stakholder untuk memastikan perlindungan dan pengakuan terhadap seluruh hak dasar masyarakat adat Melayu Rempang Galang Kota Batam.
Keprihatinan ini, menurut Ketua Umum PB LBMK, H. Fadlan Hamid, sebagai bentuk solidaritas pihaknya terhadap sesama warga Melayu.
“Sebagai Pengurus Besar Lembaga Budaya Melayu Kalimantan, kami punya rasa solidaritas menghadapi keprihatinan dan peristiwa yang terjadi di Rempang itu. Karena mereka banga Melayu yang sama dengan kami,” ujar Fadlan Hamid kepada awak media.
Menurut mantan Anggota DPRD Tarakan ini, warga Melayu tidak hanya ada di Kepri, tapi tersebar di negara-negara ASEAN. Seperti Indonesia, Malaysia, Singapura, Brunei Darussalam. Di Indonesia sendiri, warga Melayu tersebar dari Sumatera, Kalimantan, Sulawesi dan lain-lain.
Karena itu, pihaknya turut prihatin dengan peristiwa itu. Seharusnya, kejadian itu tidak terjadi jika semua pihak bisa menahan diri dan berpikir jernih dalam menyelesaikan persoalan. (jkr)
Discussion about this post