TARAKAN – Perumda Tirta Alam Tarakan belakangan ini mendapat sorotan dari pelanggannya karena kualitas air yang mengalir ke rumah, kurang jernih sehingga sulit untuk digunakan keperluan sehari-hari.
Direktur Perumda Tirta Alam Tarakan, Iwan Setiawan tidak menampik kondisi tersebut. Akan tetapi bukan tanpa sebab.
Menurutnya, ini disebabkan pemadaman listrik yang sering terjadi dalam 2 bulan terakhir terutama di daerah Kampung Satu yang merupakan lokasi Instalasi Pengolahan Air (IPA) Kampung Satu dan IPA Indulung.
Pemadaman yang terus berulang itu berdampak pada kualitas kejernihan air yang diterima pelanggan.
“2 bulan terakhir ini PLN itu sering sekali melakukan pemadaman listrik di daerah Kampung Satu, terutama di IPA di Kampung Satu, di Indulung juga. Ini berdampak besar buat pelayanan PDAM,” ujar Iwan Setiawan, Senin (22/7/2024).
“Begitu pemadaman PLN terjadi, produksi kita langsun turun, tekanan kita juga langsung drop. Karena tidak bisa mengolah air baku secara maksimal karena di sumber-sumber kami itu, PLN dilakukan pemadaman akhirnya tidak bisa mengirim air baku,” lanjut Iwan Setiawan.
“Ini mengakibatkan pipa-pipa kita banyak yang kosong, tekanan juga kurang. Begitu PLN menyala lagi, akibatnya tekanan kita naikkan lagi, akhirnya terjadi turbulensi di pipa mengakibatkan keruh. Makanya sering di masyarakat itu tiba-tiba keruh, tiba-tiba jernih lagi,” terang Iwan Setiawan lagi.
Tidak hanya berdampak pada kualitas air, pemadaman listrik yang sering terjadi juga menyebabkan terhambatnya distribusi air, terutama ke rumah pelanggan yang berada di daerah pesisir. Seperti di Kelurahan Selumit Pantai.
“Lebih parah itu daerah ujung-ujung pelayanan. Misalnya Jembatan Bongkok, Beringin. Kalau misalnya listrik mati sekarang, untuk sampai lagi airnya ke sana itu butuh 2 sampai 3 hari,” beber Iwan Setiawan.
Menurutnya, Perumda Tirta Alam Tarakan sebenarnya memiliki genset. Akan tetapi berdampak pada efisiensi keuangan apabila sering menggunakan genset karena membutuhkan bahan bakar solar yang tidak sedikit. Sementara, solar yang digunakan adalah solar industri.
Berdasarkan catatan Perumda Tirta Alam Tarakan, sejak Januari hingga 2024, pihaknya sudah mengunakan BBM untuk genset mencapai 17 ton. Ini dampak dari pemadaman listrik yang terjadi.
Karena itu, Iwan Setiawan mengharapkan keandalan listrik yang berkesinambungan dari PLN. Jika sering terjadi pemadaman, berdampak juga pada pelayanan Perumda Tirta Alam Tarakan.
“Kita butuh continuitas PLN. Makanya kalau PLN-nya bermasalah, kami juga bermasalah. Tiba-tiba keruh, tiba-tiba jernih,” tegas Iwan Setiawan. (jkr)
Discussion about this post