YOGYAKARTA – Industri hulu minyak dan gas bumi (migas) masih memegang peranan sangat penting dalam perekonomian nasional.
Menurut Kepala Divisi Program dan Komunikasi Satuan Kerja Khusus Pelaksana Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) Hudi D Suryodipuro, dari dulu industri hulu migas telah menyumbang ribuan triliunan rupiah bagi pendapatan negara dan telah dimanfaatkan untuk pembangunan.
Ia mengakui produksi migas saat ini memang menurun. Namun kebutuhan masyarakat akan migas terus meningkat. Diperkirakan kebutuhan minyak pada tahun 2050, mencapai 139 persen dan gas mencapai 298 persen.
Itu sekaligus menepis anggapan kalau industri hulu migas adalah industri sunset.
“Artinya apa? kalau dikatakan industri hulu migas adalah industri yang sunset, itu sebenarnya tidak benar. Karena walaupun dengan net zero emition, kita itu masih memiliki andil yang cukup besar untuk mensupport ke arah sana,” timpal Hudi Suryodipuro dalam sambutannya pada kegiatan Sharing dan Gatering Media bersama puluhan wartawan di Ballroom Hotel Novotel, Yogyakarta, Selasa (1/8/2023).
Dari fakta yang ada, lanjut Hudi, konsumsi minyak juga lebih besar dari produksi migas. Hal ini mengakibatkan Indonesia harus mengimpor kebutuhan minyak.
Dengan adanya transisi energi baru dan ramah lingkungan yang sudah menjadi komitmen pemerintah untuk mewujudkan net zero emition di 2060, menjadi satu tantangan baru bagi pihaknya.
Namun di sisi lain, pihaknya dituntut meningkatkan produksi minyak agar dengan peningkatan itu, dapat mengurangi subsidi maupun impor sehingga turut mengurangi juga beban negara terhadap devisa.
Sementara untuk gas, kini memegang peranan baru. Selain menjadi bahan bakar, juga sebagai energi transisi menuju net zero emition karena dianggap memiliki karbon emition yang lebih kecil.
Indonesia sendiri masih menyimpan potensi migas yang cukup besar. Menurutnya, saat ini, dari total 128 cekungan di Indonesia, yang baru berproduksi sebanyak 20 cekungan. Sisanya masih belum dimaksimalkan.
Cadangan minyak sendiri mencapai 4,17 miliar barel dan gas sebanyak 55 triliun kubik
“Artinya apa? Kita masih ada 100 lebih cekungan yang menjadi salah satu potensi besar, di mana itu masih bisa berpotensi untuk kita exploitasikan ke depan,” ujar Hudi Suryoputro.
Ia menegaskan bahwa hulu migas pasti akan mendukung kebutuhan dalam negeri. Salah satunya untuk gas bumi. Di mana pendistribusiannya saat ini sudah mencapai 67 persen dari alokasi untuk kebutuhan domesik. Sisanya untuk ekspor.
Gas juga menjadi salah satu tulang punggung ke depan. Karena penemuan hasil produksi migas, kebanyakan menemukan gas. Sehingga harapannya ke depan dapat mendukung kebutuhan gas untuk domestik. (jkr)
Discussion about this post