TARAKAN – Wakil Wali Kota (Wawali) Tarakan Effendhi Djuprianto menilai dijadikannya Tanjung Pasir sebagai Kampung Nelayan Maju merupakan bentuk hadirnya negara untuk mendorong ekonomi kerakyatan di daerah tersebut.
Wawali turut mendampingi kunjungan kerja Menteri Kelautan dan Perikanan ke Tanjung Pasir, Kamis (30/3/2023) pekan lalu. Kedatangan Sakti Wahyu Trenggono untuk melihat kondisi Tanjung Pasir yang masuk dalam program Kampung Nelayan Maju.
Tidak dipungkiri Wawali, Tanjung Pasir saat ini masih kekurangan fasilitas. Dengan masuk dalam program tersebut, negara akan mendorong ekonomi kerakyatan berjalan dengan baik di daerah itu.
“Saat ini kampung kita ini kaitannya dengan sarpras sangat kurang, maka dari itu dengan adanya kedatangan ini, negara hadir bagaimana mendorong ekonomi kerakyatan bisa berjalan dengan baik,” ujar Wawali kepada jendelakaltara.co.
Jika berjalan sesuai harapan, Wawali meyakini akan berdampak baik pada upaya pemberantasan kemiskinan dan penurunan stunting di daerah tersebut.
Pemkot Tarakan saat ini sedang berupaya menurunkan angka kemiskinan maupun stunting dan dari upaya yang dilakukan, telah ada hasil yang dicapai untuk penurunan stunting. Di mana menurut Wawali, stunting sudah turun 10 persen dan menjadi daerah nomor 1 di Indonesia yang tingkat penurunan stuntingnya menurun drastis.
Di sisi lain, Pemkot Tarakan berupaya mengantisipasi dampak dari program Kampung Nelayan Maju. Ini dilakukan karena Wawali menilai, program ini akan mempengaruhi inflasi daerah. Di mana akan banyak material kayu yang digunakan untuk membangun infrastruktur pendukung.
Ini berdasarkan usulan sejumlah Rukun Tetangga (RT) di Tanjung Pasir yang banyak mengusulkan pembangunan jalan dengan material kayu (ulinisasi). Sementara, Tarakan bukan penghasil kayu. Sehingga diperkirakan Tarakan bakal kekurangan kayu.
“Untuk pengembangan perbaikan kawasan nelayan ini, yang saya lihat banyak penggunaannya nanti jembatan menggunakan bahan baku kayu-kayuan, ulin, bengkirai dan sebagainya. Di satu sisi, Tarakan tidak punya lahan untuk kayu-kayuan. Tergantung daripada Kabupaten Bulungan,” tuturnya.
Untuk itu, berdasarkan izin dari Wali Kota, Wawali telah berkoordinasi dengan Kepala Kepolisian Daerah (Kapolda) melalui Wakapolda, untuk mencari solusi agar pembangunan Kampung Nelayan Maju nantinya tidak terhambat dengan ketersediaan bahan baku.
Selain ke Kapolda, Ia juga berencana bertemu Gubernur Kaltara guna membicarakan hal yang sama. Kedua pejabat tersebut penting ditemui karena merupakan unsur Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) Kaltara. Hanya saja, khusus Gubernur, Wawali masih mencari waktu yang tepat menyesuaikan agenda Gubernur.
“Kalau tidak nanti akan mempengaruhi inflasi daerah. Maka itu saya minta izin pak wali ke Kapolda agar persoalan kesediaan bahan baku dari kayu ini bagaimana? Nanti juga ke Gubernur,” ungkapnya.
Sementara itu, untuk mendukung kegiatan nelayan tangkap di Tarakan, Wawali berharap dibangun Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum Nelayan (SPBUN) berskala kecil di beberapa titik agar bisa dijangkau nelayan. SPBUN itu nantinya menyiapkan BBM subsidi khusus nelayan.
Menurut Wawali, nelayan di Tarakan tersebar di beberapa titik. Seperti di Kelurahan, Mamburungan, Mamburungan Timur, Selumit Pantai, Lingkas Ujung, Karang Anyar Pantai dan Juwata. Jika SPBUN ditempatkan di Kampung Nelayan Tanjung Pasir, ia khawatir menyulitkan nelayan di daerah lain untuk menjangkaunya.
Di sisi lain, dengan SPBUN berskala kecil, diyakini wawali bisa dikelola oleh masyarakat melalui koperasi sehingga mendorong tumbuhnya ekonomi kerakyatan. Karena investasinya tidak besar dengan kapasitas tangki hanya mampu 2-3 ton. Tinggal mencari lokasi yang tepat.
“Memudahkan tidak harus nelayan menggotong-gotong pakai jeriken. Makanya didekatkan dengan daerah-daerah nelayan. Ini yang dipikirkan Pemkot Tarakan, kenapa harus SPBUN sekala kecil semacam Pertashop,” tuturnya.
Wawali juga berterima kasih atas peran Gubernur Kaltara yang cukup memperhatikan Tanjung Pasir dengan beberapa kali melakukan kunjungan ke daerah itu.
“Terima kasih saya atas nama masyarakat Kota Tarakan kepada Pak Gubernur selalu mengunjungi Tanjung Pasir. Setiap tahun pasti ada, kalau tidak salah tahun 2022 saja minimal 3 kali. Alhamdulillah selain KIHI di Mangku Padi, juga memikirkan Tarakan khususnya para nelayan yang saat ini masih termasuk nelayan kecil,” tuturnya. (jkr)
Discussion about this post